48. ALAMAT

4 4 0
                                    

Pagi yang cerah. Kehidupan sekolah kembali dijalani setiap murid. Terasa begitu indah dan menyenangkan. Mereka, para murid pergi ke sekolah seolah tak memiliki beban apapun.

Ayu berjalan santai memasuki gerbang sekolah yang terbuka dengan lebar. Ia tersenyum ramah kala seseorang menyapanya.

Semenjak Rian mengungkapkan sesuatu yang menyakitkan, Ayu lebih banyak diam.

Bahkan Dian, adiknya sampai terheran-heran melihat kakaknya yang tidak merespon kala ia mengusiknya.

Bohong jika Ayu bilang ia tidak sakit hati dengan ucapan Rian. Ayu cukup sadar diri bahwa ia tidaklah seluar biasa seperti Nita.

Nita cukup cantik. Wajah dan tutur katanya penuh kelembutan. Sementara dirinya? Ia terlalu bar-bar.

Namun walaupun begitu, apa harus Rian berkata seperti itu? Meskipun Ayu mencintai Rian, Rian tetap tidak berhak menghakimi cintanya.

Ayu manusia. Ia berhak mencintai. Kepada siapapun itu, ia berhak untuk mencintainya. Dan orang tidak boleh menghakimi cintanya. Mereka tidak punya hak untuk itu.

Kata-kata Rian tempo hari cukup membuat Ayu menangis dalam keadaan tertentu. Dan itu berlangsung beberapa hari.

Saat hampir mendekati pintu kelas, Ayu menghentikan langkahnya.

Di depan sana, di pintu kelas samping kelas Ayu, Rian dan Nita sedang berdiri sambil berbincang dengan seru.

Sekali-kali mereka tertawa. Entah apa obrolan itu, Ayu sama sekali tidak tau.

Ayu berdiam diri sambil melihat dua insan itu. Mereka cukup akrab. Bahkan sangat akrab. Apa mereka sudah berpacaran? Apa Nita menerima pernyataan cinta Rian?

Ayu tersenyum miris. Sangat wajar dan masuk akal jika Nita menerima pernyataan cinta Rian.

Rian cukup tampan. Dan Nita cukup cantik. Mereka berdua sangat dekat, bahkan Ayu tidak sengaja mendengar siswa-siswi membicarakan kedekatan mereka. Mereka bahkan mendukung hubungan asamara Rian dan Nita.

Berdirinya pangeran dan putri seperti itu tentu menarik perhatian banyak orang. Banyak yang juga menonton mereka secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Dan Ayu salah satu yang juga sedang menonton mereka.

"Romantis banget sih mereka," ujar seorang siswi yang berdiri di samping Ayu. Temannya hanya menganggukkan kepalanya sambil senyum-senyum.

Ayu menoleh kearah Rian dan Nita. Lagi-lagi, ia tersenyum kecut dan... Pedih.

Memang seharusnya Ayu tidak berharap. Sedari awal harusnya Ayu mematikan rasa cintanya terhadap Rian. Harusnya ia tidak membiarkan cinta ini terus mengalir pada tempat yang salah.

Sekarang, ia menyesal.

Namun, menyesal sekarang juga tidak ada gunanya. Ayu tidak akan bisa mengembalikan waktu. Yang bisa ia lakukan hanyalah merubah.

Iya. Merubah perasaannya terhadap Rian!

Berat. Tentu saja. Itu bukanlah hal yang mudah. Mungkin bagi mereka yang belum merasakan kata merubah dan melupakan akan dengan gampang mengatakan bahwa itu bukanlah hal yang berat, itu adalah hal yang mudah.

Namun, bagi mereka yang sudah pernah merasakannya akan tau sesulit apa merubah perasaan yang sudah lama tertambat.

Kita harus merelakan dan melupakan orang yang selama ini kita cintai. Melepaskannya dan membiarkan dia bersama pilihannya. Dia bahagia, tapi kita terluka.

Air mata sudah menumpuk di kelopak mata Ayu. Sebelum air itu jatuh, Ayu langsung saja menunduk dan menghapusnya.

Ia tidak ingin menangis di sini. Mungkin tidak ada yang memperhatikan dirinya karena fokus mereka hanya tertuju ke satu titik saja, tapi tetap saja itu merupakan tindakan konyol dan memalukan.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang