40. BERAKSI

21 9 4
                                    

"Kenapa perpustakaan itu harus banyak buku?"

Pertanyaan unfaedah yang keluar dari mulut nisa mengundang atensi kelima sahabatnya.

"Yee... Ogeb! Namanya juga perpustakaan!" ujar Ayu.

Nisa menghembuskan napasnya. Ia menatap Ayu dengan jengkel. "Ya makanya itu Nisa tanya, kenapa namanya harus perpustakaan. Kenapa ngak perpustain, perpustaon, atau gudangnya buku? Nah, itukan lebih cocok!"

Lutfia mengangkat sebelah alisnya. Lalu ia menggeleng. "Dasar Nisa!" gumamnya pelan.

"Aha!!"

Seruan lantang namun tidak terlalu keras itu membuat kelima cewek remaja ini menatap kesumber suara. Rabi. Cewek itu sepertinya mempunyai jawaban dari pertanyaan konyol Nisa. Mungkin!

"Gue punya jawabannya!" ujar Rabi.

Mereka semua menatap Rabi dengan bingung, kecuali Nisa. Cewek itu menatap Rabi dengan penuh semangat.

"Apaan, Bi?" tanya Nisa.

"Sini-sini! Mendekat. Biar gue bisikin!"

Nisa langsung mendekatkan wajahnya kearah Rabi. Sementara yang lainnya saling melempar pandang. Tapi mereka juga ikut-ikutan mendekatkan wajah mereka kearah Rabi. Merasa penasaran juga dengan apa jawaban Rabi.

"Karna..."

Rabi menggantungkan ucapannya, membuat teman-temannya berdecak sebal.

"Cepetan kenapa, Bi! Ngak usah ngegantung! Bikin orang penasaran aja!" dumel Ayu.

"Oke, oke! Gue kasih tau sekarang juga!"

"Karna... Perpustakaan itu memang tempatnya buku!"

"KAMPRET!"

"Kalian yang ada di pojok, tolong jangan berisik! Semua orang disini bisa terganggu!" tegur seorang guru penjaga perpustakaan.

"Iya pak, maaf!" ucap mereka kompak.

Mereka kembali menatap Rabi dengan sengit. Sedangkan yang ditatap hanya cengengesan.

Seorang cowok jalan di samping meja mereka. Cowok itu berjalan ke arah rak-rak yang berisi banyak buku yang tersusun rapi.

Melihat itu, mata Ayu langsung berbinar. Cewek itu memperhatikan setiap gerak-gerik cowok itu. Ya... Cowok itu adalah Rian. Siapa lagi cowok yang ada di sekolah ini yang bisa membuat jantung Ayu berdebar kalau bukan Rian?

"Ternyata lo beneran naksir sama dia!"

Ayu terkejut. Ia langsung menoleh ke arah Lutfia yang sudah menunjukkan tatapan jahilnya. Oh ayolah... Kenapa ia bisa lupa kalau ia sedang tidak sendirian? Sekarang pasti rahasianya ini akan terbongkar.

Fala memukul meja, namun tidak terlalu keras. Ia tidak mau guru penjaga perpustakaan memarahinya lagi.

"Kan gue bilang apa dulu, Ayu tuh suka sama si Rian!" ujar Fala.

Ayu gelagapan. "Kapan lo bilang? Ngak ada, yah! Lagian gue tuh ngak suka sama si Rian!"

"Heleh, ngak usah bohong lo! Dulu gue pernah bilang kalau lo suka sama Rian pas kita baru pertama kali ketemu sama Lutfia dan Nafia!" ujar Fala.

Mendengar itu, pikiran Lutfia langsung bernostalgia. Ia sangat ingat dengan jelas seperti apa saat-saat pertama kali ia masuk ke sekolah ini. Memiliki teman baru yang dulu tidak ia miliki. Membayangkannya saja membuat Lutfia tersenyum.

Sementara Ayu langsung teringat. Pipinya sekarang sudah merah seperti kepiting rebus. Tidak tau lagi harus mencari alasan apa lagi. Tapi Ayu sadar, percuma jika ia memberikan alasan lagi. Karna sekarang ia sudah tertangkap basah.

FRIEND AND LOVE STORY (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang