PART 4 - Di Rumah Fiki

1.4K 235 45
                                    

“Selamat Dera. Lo berhasil menarik perhatian dan memasuki kehidupan gue”

—Fiki Setiaji

—♠—

Jam 4 subuh, Dera sudah bangun dari tidur lelapnya. Jujur, ia tak pernah merasakan tidur se-nyenyak itu, mungkin karena kasurnya empuk dan nyaman berbeda dengan tempat tidurnya yang hanya beralaskan tikar tanpa kasur.

Bangun pagi sudah jadi rutinitasnya sejak dulu dan ia merasa tak enak hati jika pemilik rumah bangun terlebih dahulu sebelum dirinya. Ingat, ia di sini menumpang. Gadis ini sekarang sedang menyapu seluruh ruangan serta mengepelnya. Rumah ini begitu besar dan luas, jadi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dibersihkan apalagi ia sendirian.

Sesekali Dera melihat-lihat barang-barang di rumah ini dan beberapa lukisan yang terpasang di dinding yang ia tafsir berharga jutaan rupiah. Langkah kakinya membawanya ke sebuah sudut yang dinding-dinding hanya terpasang foto-foto Fiki waktu kecil sampai sekarang bersama ibunya. Matanya tertuju pada foto Fiki bersama seorang lelaki berseragam TNI yang ia pastikan adalah kakaknya. Anehnya gadis ini tak menemukan foto ayah Fiki sama sekali. Ia tak ingin terlalu memusingkannya dan juga tak ingin ikut campur dengan urusan keluarga Fiki. Setelah dirasa puas memandangi foto-foto tersebut, ia segera kembali mengepel.

Selepas membersihkan seluruh ruangan rumah, ia mencuci piring lalu memasak sayur sop serta ayam rica-rica. Wiwik sudah mengizinkan untuk menggunakan dapurnya dan memasak apapun yang disuka. Semua bahan-bahan sudah tersedia di lemari es.

Ia mulai menumis bumbu rica-rica lalu memasukkan ayam yang telah digorengnya terlebih dahulu. Diaduk-aduk lah ayam goreng yang ada di wajan supaya tercampur rata dengan bumbu rica-rica. Setelah dirasa matang dan sudah tercampur rata, ia mematikan kompornya. Saat ia ingin melepas apron-nya tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya membuat gadis itu tersentak kaget.

"Eh, Dera. Maaf ya, bikin kamu kaget gini." Ah, ternyata itu Bu Wiwik yang masih menggunakan koyok di kedua pipinya.

"Ah, tidak apa-apa. Saya masak sayur sop sama ayam rica-rica, semoga Ibu sama Fiki nanti suka," balas Dera menunjukkan ayam rica-rica yang telah matang.

"Saya pasti suka karena ayam rica-rica makanan favorit saya. Tapi, sepertinya sekarang saya gak bisa makan itu. Gigi masih sakit," tutur Bu Wiwik memegangi pipinya.

"Oh, tenang, Bu. Saya punya cara biar gigi ibu gak sakit lagi. Sekarang ibu duduk di meja makan saja. Saya akan membuatnya," ucap Dera dibalas anggukan Bu Wiwik.

Dera pergi ke halaman depan rumah, karena kemarin ia melihat ada pohon jambu biji yang tumbuh di sana. Ia mengambil 10 lembar daun jambu biji lalu dibawa masuk untuk dibersihkan.  Setelah dirasa cukup bersih, ia hancurkan 8 lembar daun biji kemudian dimasukkan ke dalam air mendidih. 2 lembar sisanya untuk dikunyah.

Setelah itu, ia saring air mendidih itu yang telah bercampur daun jambu biji. Air itu digunakan untuk obat kumur-kumur, jadi ia diamkan beberapa saat sampai hangat.

Daun jambu biji memiliki khasiat anti inflamasi atau peradangan yang dapat membantu menyembuhkan luka. Daun jambu biji juga memiliki aktivitas antimikroba yang dapat membantu perawatan mulut. Dera tahu hal itu karena dulu Reno pernah sakit gigi dan neneknya membuatkan obat herbal dari daun jambu biji.

Dera meminta Bu Wiwik untuk mengunyah 2 lembar daun jambu biji lalu berkumur dengan air hangat tadi. Setelah melakukannya beberapa kali, sakit giginya Bu Wiwik sudah sedikit reda. Ia berterima kasih pada Dera karena pada akhirnya bisa memakan masakan favoritnya.

"Ah, terima kasih Dera. Sakitnya udah reda," ujar Bu Wiwik.

"Sama-sama, Bu. Saya izin minta sayur sawi sama kol-nya buat kasih makan Opin. Boleh 'kan, Bu?"

"Boleh aja. Gak usah izin segala. Oh iya, kamu udah lulus atau masih sekolah?"

"Saya masih kelas 12, nanti saya mau  daftar ke SMA deket-deket sini," jawab Dera sambil mengambil sawi dan kol yang ada di dalam lemari es.

"Gak usah daftar sendiri. Saya daftarin ke SMA yang sama dengan Fiki. Kebetulan saya salah satu donatur di sana, jadi kamu gak perlu repot ngurusin segala biayanya. Saya harap kamu terima, ya?" pinta Bu Wiwik dan Dera mengangguk antusias.

Tentu saja Dera menerimanya, ia masih baru di Jakarta dan belum tentu tau biaya yang digunakan di sini. Saat ia sudah mendapat pekerjaan, gadis ini berjanji akan membayar semua biaya yang dikeluarkan Bu Wiwik untuknya.

"Setelah ngasih makan burung kamu, tolong bangunin Fiki, ya? Ibu mau makan duluan, soalnya mau keluar ngecek kontrakan keburu penghuninya keluar. Nanti kamu berangkat sekolah bareng Fiki aja." Dera mengangguk.

♪♪♪

Di kamarnya Fiki masih terlelap dalam tidurnya, saat Dera memasuki kamar lelaki itu, woah! Sangat kacau. Bantal dan guling jatuh ke lantai, entah bagaimana caranya ia bisa bernafas sedangkan wajahnya tertutup oleh selimut tebal.

Baju-baju kotor lelaki itu berceceran di lantai. Dera segera memungutinya lalu memasukkan ke dalam keranjang pakaian kotor. Ia juga menyapu dan mengepel kamar lelaki ini. Membereskan buku dan gadis itu tak sengaja  menemukan lembaran kertas yang bertuliskan "Pekerjaan Rumah" yang dikumpulkan tanggal 24 Juli dan itu adalah hari ini, namun kertas ini masih kosong belum ada jawaban sama sekali. Ia akhirnya berinisiatif untuk mengerjakannya kebetulan soal yang tertulis sangat mudah baginya.

Butuh waktu 20 menit saja untuk diselesaikan, gadis itu melihat jadwal pelajaran Fiki lalu memasukkan buku-buku ke dalam tas lelaki itu. Tak lupa juga, pekerjaan rumah yang telah dikerjakannya. Sungguh baik sekali gadis ini.

Setelah dirasa semua beres, ia menyibak korden alhasil cahaya mentari pagi masuk ke dalam kamar ini. Dera menarik selimut yang menutupi wajah Fiki, lalu ia tepuk-tepuk kaki lelaki itu. "Fik, bangun. Ayo ke sekolah."

Fiki menggeliat mendengar alunan suara lembut dari seseorang yang ia yakini bukan suara cempreng dari ibunya. Seketika ia terkejut akan hal itu, lelaki itu lupa bila ada seorang gadis yang tinggal di rumahnya.

"Ayo bangun!" teriak Dera dan akhirnya Fiki terbangun dengan perasaan terkejut.

"Ah, Dera. Gue lupa kalau lo tinggal di sini. So, what?" tanya Fiki menormalkan pengelihatannya.

"Udah jam setengah tujuh kurang 10 menit. Cepet bangun terus ke sekolah nanti aku ikut. Aku tunggu di halaman depan, ya?" ujar Dera lalu keluar dari kamar Fiki.

Fiki tersenyum lalu mengedarkan pandangannya ke penjuru kamar tidurnya. Matanya membulat saat melihat celana dalam dan pakaian kotornya tidak ada di lantai. Ia malu setengah mati bila gadis itu yang memindahkannya.

"Anjir. Gue malu. Argh!!!" Fiki meremasi rambutnya.

Tbc

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang