Season II - Bagian 41 [END]

501 50 4
                                    

┝┈┈───╼⊳⊰ 𖤍 ⊱⊲╾───┈┈┥

ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!
𝔼𝕟𝕛𝕠𝕪 𝕥𝕙𝕚𝕤 𝕡𝕒𝕣𝕥!
┝┈┈───╼⊳⊰ 𖤍 ⊱⊲╾───┈┈┥


Truk yang mengangkut MATELRONCE telah tiba di markas, semua telah turun dan masuk ke markas untuk beristirahat. Lee Do-Hwa yang sedang tertidur pulas, diseret paksa oleh Lucky ke dalam markas. Laki-laki Korea itu terkejut dan mengumpat dengan keras.

"Sshibal!" umpatnya.

"Dia ngomong apaan?" tanya Lucky pada anggota MATELRONCE.

"Pengen sambel kali," celetuk Dino membuat semuanya tertawa.

Lee Do-Hwa pun diikat di pilar markas. Laki-laki ini terus saja mengumpat dan menyumpahi MATELRONCE dengan bahasa Korea, hal itu membuat Edwin geram dan merasa risih. Alhasil ia menyumpal mulut Lee Do-Hwa dengan kaos kaki miliknya.

Sedangkan di dalam truk sana masih ada Fiki yang tak sadarkan diri, Dera pun meminta Edwin untuk ikut serta atau menemaninya memulangkan laki-laki ini ke rumahnya. Namun, sebelum mengantarkannya pulang, terlebih dahulu Dera meminta Edwin untuk mengganti pakaian Fiki yang basah.

Selama perjalanan Dera terus-menerus menggosok telapak tangan Fiki agar merasa hangat, gadis ini peduli dengan saudara tirinya ini. Ia tak ingin terjadi sesuatu pada Fiki.

"Ed, bantuin gosokin kakinya Fiki," pinta Dera pada Edwin.

"Gue? Gosokin kakinya yang bau? Ogah!" tolak Edwin yang kemudian memilih memalingkan wajahnya menatap jalanan kota yang sepi.

"Kasihan dia, Ed. Dia kedinginan," ujar Dera lagi. Edwin pun akhirnya luluh dan menuruti permintaan Dera, laki-laki ini menggosok kaki Fiki dengan cepat menghantarkan hawa panas ke tubuhnya.

Karena truk di larang masuk ke dalam perumahan, terpaksa truk berhenti di depan pintu masuk. Dibantu satpam, Edwin memapah Fiki. Sedangkan Dera berada di belakang sambil memayunginya.

Melihat anaknya yang tak sadarkan diri membuat Bu Wiwik histeris, ia langsung marah dan menghina Dera. Menyalahkan gadis ini atas apa yang menimpa putra kesayangannya itu.

"Kau apakan anakku, hah?" Bu Wiwik mencengkram kuat lengan Dera, gadis ini mengaduh kesakitan.

"Gara-gara kau anakku selalu saja pulang dengan keadaan tak sadarkan diri, sudah kubilang jauhi anakku, Dera," ujarnya lagi. Dera hanya diam sambil menahan rasa sakit di lengannya.

"Ini terakhir kalinya aku memperingatimu. JAUHI ANAKKU FIKI!" Bu Wiwik menghempaskan tubuh Dera hingga menyebabkan gadis itu terjatuh dengan keras. Edwin langsung saja membantu Dera berdiri dan membawanya pergi dari kediaman Fiki, toh percuma saja menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Fiki kepada Bu Wiwik. Wanita itu tidak akan percaya.

Mereka berdua kembali ke markas untuk mengecek kondisi di sana. Beberapa anggota MATELRONCE tertidur lelap, hanya tersisa Lucky dan tiga orang lainnya yang masih terjaga.

Setelah melihat kondisi di markas terkendali, Dera memutuskan untuk pulang ke rumah. Tubuhnya butuh diistirahatkan. Belum sempat gadis ini memejamkan matanya, teleponnya berdering, terpampang jelas nama Jiro di sana. Buru-buru ia mengangkatnya dan satu kata yang terucap di seberang sana membuatnya mengulas senyum. Ia mematikan panggilan tersebut kemudian tidur dengan rasa tenang.

------

Keesokkan paginya, Dera menyiapkan teh hangat beserta beberapa bungkus nasi goreng yang ia masak dengan bantuan Edwin. Ya ... pagi-pagi buta gadis ini menelepon Edwin agar membantunya. Sampai di markas, mereka berdua diserbu oleh anggota MATELRONCE yang kelaparan.

Dera tersenyum melihat MATELRONCE memakan masakannya dengan lahap.

"Excuse me. Ada orang di sini yang kelaparan juga," ujar Lee Do-Hwa dengan keras, namun tidak ada satupun yang menggubris perkataannya.

"It really sucks," gerutunya.

Karena merasa kasihan Dera memberikan sebungkus nasi goreng kepada laki-laki Korea itu. Ia juga melepas ikatan tali yang melilit tubuh laki-laki itu agar memudahkannya untuk makan.

Lee Do-Hwa tersenyum melihat tingkah gadis ini yang pengertian, walaupun terkadang tingkah Dera seperti singa betina yang kelaparan.

Tiba-tiba pintu markas mereka terbuka, terlihatlah Bu Wiwik dan Fiki di sana. Acara makan-makan mereka pun terganggu, mendadak di dalam sini terasa hening dan canggung. Dengan segera Fiki menarik ibunya untuk mendekati Dera.

Setelah mereka bertiga berhadap-hadapan Bu Wiwik memegang kedua tangan Dera, "Maafkan ibu karena menuduhmu atas apa yang terjadi pada Fiki. Ibu sudah tau semuanya, sekali lagi maafkan ibu."

Dera terhenyak mendengar kata yang terucap dari Bu Wiwik, ia memeluk wanita paruh baya ini dan mengatakan, "Tidak apa-apa, Bu. Dera memakluminya."

"Sekali lagi maafkan ibu, ya?" Dera mengangguk. Ia melepaskan pelukannya kemudian beralih menatap laki-laki yang berdiri di samping Bu Wiwik, Fiki. Laki-laki ini sedikit menitihkan air mata, buru-buru Dera menghapusnya.

"Makasih, ya. Udah nolongin gue," ujarnya dengan tulus.

"Udah kewajiban seorang saudara untuk menyelamatkan saudaranya yang lain." Dera tersenyum lalu menepuk bahu Fiki.

"Sayang sekali kita adalah saudara," ucap Fiki.

"Namanya takdir. Memang mengecewakan, tetapi aku senang menjadi saudara tirimu," tutur Dera berniat menghibur laki-laki yang ada di hadapannya ini. Meskipun dirinya sendiri juga merasakan rasa kecewa dengan kebenaran yang ada.

Dari luar sana terdengar sirine mobil polisi, sekitar ada 10 orang polisi yang datang. Di belakangnya terdapat Novan, Regar, dan Federico yang diborgol. Ada sedikit pemandangan yang mencuri seluruh anggota MATELRONCE, yaitu Jiro yang ternyata ikut serta diborgol.

"Kami dengan kepolisian hendak menangkap saudara Lee Do-Hwa untuk dipulangkan ke negeranya untuk menjalankan hukuman yang ada atas tindakan penculikan serta penyiksaan terhadap saudara Fiki dan kasus pembunuhan beberapa tahun silam," ujar salah satu polisi.

Edwin segera menyeret Lee Do-Hwa dan menghempaskannya di depan polisi tersebut, buru-buru laki-laki Korea ini diborgol dan tidak ada tindakan membela diri sama sekali.

"Untuk saudara Fiki dimohon ikut bersama kami untuk keterangan lebih lanjut." Fiki mengangguk, bersama ibunya ia mengikuti langkah polisi ini.

Rosebone pun digiring masuk ke dalam mobil, namun sebelum pintu mobil polisi tersebut tertutup. Dera berlari dan menghampiri Jiro.

"Kenapa kamu melakukan ini? Kamu tidak bersalah!" tutur Dera pada Jiro.

"Aku bersalah, Dera. Aku bagian dari mereka," balas Jiro.

"Tidak, kamu bukan bagian dari mereka," ucap Dera lagi.

"Tetap saja, aku ini bersalah."

"Tapi ...."

"Tenanglah, aku pasti satu sel dengan Arsen. Aku baik-baik saja," tutur Jiro sambil mengusap rambut Dera. Kemudian laki-laki ini masuk ke mobil karena para polisi memerintahkannya untuk masuk.

Dera melambaikan tangannya saat melihat mobil polisi mulai menjauh darinya. Ia tersenyum kecut, "Alur hidup yang menyedihkan. Laki-laki yang kucinta ternyata saudara tiri ku, sahabat dan kakakku mendekam di penjara. Semua keluargaku meninggal dunia, tinggal lah aku sendiri di sini. Di hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta."

END

HAI, MAAP BARU UP.
Aku ada masalah di rl, bulan Januari kemarin aku mutasi ssekolah. Oh iya maap banget kalo endingnya ga sesuai sama ekspetasi kalian. Karena pada awalnya cerita ini cuma fokus ke Dera yang nyari kakaknya + geng Ceron dan Mata Elang, bukan fokus ke kisah asmara Dera. Mungkin abis ni bakal ada cerita tentang kisah asmaranya Dera wkwk, gatau kapan. Intinya pasti ada. Nanti aku info in

Makasih banget buat readers yang selalu support cerita gaje ini [sungkem]

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang