"Baru ketemu sepupunya aja udah kena kesan buruk. Apalagi ketemu yang lain, bisa-bisa gak dapat restu"
—Fiki Setiaji
—♠—
Pukul 7 malam, Reno telah sampai di stasiun Gambir Jakarta Pusat. Badannya sangat pegal karena terlalu lama duduk. Setelah turun dari kereta ia merenggangkan otot-ototnya dan pemanasan kecil agar tak terlalu pegal. Mungkin ini rekor terlamanya duduk diam saja tanpa bergerak sedikit pun.
Lelaki itu menggendong tas ranselnya kemudian berjalan keluar dari stasiun. Ia menghirup udara dalam-dalam dan tiba-tiba terbatuk karena menghirup asap rokok dari pemuda yang berdiri di sebelahnya. Sial! Kalau sedang merokok seharusnya menjauh dari orang-orang. Pemuda ini sukses mengganggu suasana hatinya.
Reno sangat membenci perokok sekaligus benda yang namanya rokok. Gara-gara rokok, teman seperjuangannya meninggal terkena kanker paru-paru.
Reno memilih menjauh dari pemuda tersebut. Lalu menghampiri abang penjual bakso yang mangkal tak jauh darinya, perutnya meronta-ronta ingin diisi makanan. Ia menarik kursi lalu mendaratkan bokongnya di sana.
"Pak, pesan bakso 1 mangkok tanpa seledri," ujar Reno kepada si penjual bakso.
Tak berselang lama kemudian pesanan Reno sudah jadi, lelaki itu sudah tak sabar ingin menyantapnya. Namun, suara teriakan adik sepupunya membuatnya tersentak kaget. Dera berlari kemudian menghambur ke pelukan Reno.
Reno memeluk Dera sambil mengelus rambut gadis itu yang terurai. Sedangkan Dera makin mengeratkan pelukannya pada kakak sepupunya yang ia sangat rindukan. Reno sudah ia anggap pengganti kakak kandungnya.
Fiki melotot tidak percaya melihat Dera dipeluk oleh seorang lelaki. Wajahnya seketika memerah menahan amarah. Sabar ... hubungan Dera dengannya masih abu-abu. Masih belum ada kejelasan sama sekali. Jadi, ia harus bisa menahan diri meskipun terbakar api cemburu.
Ya, Fiki ikut bersama Dera pergi ke stasiun. Karena sangat penasaran siapakah yang dijemput gadis yang ia cintai itu hingga terburu-buru seperti tadi.
Setelah acara berpelukan tersebut selesai, Dera mulai memperkenalkan Reno kepada Fiki.
"Fik, ini sepupuku. Namanya Mas Reno." Dera memegang tangan Fiki mengarahkannya agar berjabat tangan dengan Reno. Fiki bernafas lega mengetahui jika lelaki itu adalah sepupunya Dera. Jadi, tidak ada alasan membuatnya cemburu seperti tadi.
Fiki meringis saat Reno mengeratkan jabatan tangannya, ia ingin segera melepaskan tangannya namun, apalah daya kekuatannya tak sebanding dengan kekuatan Reno.
Dera yang melihat Fiki meringis kesakitan segera melepas jabatan tangan di antara keduanya secara paksa.
"Bukankah dia yang menyeret kamu hingga masuk ke televisi?" tanya Reno menatap Fiki remeh.
"Bukan menyeret, Mas. Dia itu sahabat aku," jawab gadis itu sejujurnya serta sedikit menekankan kata sahabat.
"Kamu sejak masuk berita di TV. Orang sekampung pada dateng ke rumah, nanyain kamu. Minta tanda tangan, minta foto apalah itu. Besoknya aku langsung disuruh nenek ke sini, jagain kamu." Reno menjelaskan tentang tujuannya ke Jakarta.
"Jadi, nenek tau Dera masuk TV gara-gara banyak orang datang ke rumah?" Reno hanya mengangguk sebagai balasan.
Perbincangan di antara keduanya terhenti saat tukang bakso memberitahu jika pesanan Reno belum dimakan dan bila dingin rasanya kurang sedap. Akhirnya Dera dan Fiki ikut memesan bakso dan makan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Bro [END] ✓
Teen FictionTentang Dera, gadis desa yang mati-matian mencari kakaknya di kota Jakarta. Saat sampai di sana, ia justru mengalami banyak kejadian yang tak terduga. Salah satunya menjadi anggota Ceron yang bermusuhan dengan Geng Mata Elang. Di kota Jakarta, ia bi...