PART 14 - Dua Pahlawan

1K 160 9
                                    

"Dia yang berani mengusik Dera-ku akan mendapatkan pembalasan yang menyakitkan."

—Fiki Setiaji

—♠—

Plak!!!

Sebuah tamparan mengenai pipi mulus Dera. Pelakunya adalah gadis berpenampilan glamor. Beberapa pasang cincin terpasang di jari-jari tangannya, jam tangan rolex berbalut warna silver melingkar indah di pergelangan tangannya, serta tatanan rambut bak princess. Siapa lagi kalau bukan Queen Inesha. Namanya saja Queen, penampilannya harus sesuai dengan arti dari namanya.

Queen menarik lengan Dera lalu menghempaskannya ke kubangan lumpur. Mengakibatkan seragam yang dikenakan gadis itu kotor, Lim yang melihat Dera terjatuh langsung membantunya berdiri.

"Gue langsung to the point aja. Maksud lo apa deketin Fiki?! Sampai-sampai dia bilang kalau lo itu pacarnya di acara televisi kemarin. Oh, gue tau. Lo pengen ngambil harta keluarga Fiki atau lo mau numpang tenar aja? Dasar gadis miskin!" Lagi-lagi Queen menjambak rambut gadis itu.

Stop! Ini sudah tak bisa dibiarkan. Dera memegang tangan Queen lalu memelintirnya ke belakang membuat gadis itu meringis kesakitan. Ia kemudian mendorong tubuh Queen hingga tersungkur ke tanah. Kalian pikir Dera akan diam saja saat direndahkan seperti ini? Tentu saja tidak. Dia ini Dera, gadis yang tak kenal takut.

Kedua teman Queen tak diam saja, mereka mulai mendekati Dera hendak melayangkan tamparan. Namun, langsung ditahan oleh Lim.

"Heh, cowok penyakitan mending gak usah ikut campur," sembur salah satu teman Queen bernama Chintya. Lim langsung melepas lengan kedua gadis itu kemudian menggenggam tangan Dera dengan erat.

"Kalian bertiga pergi dari sini atau gue laporin ke BK?" ancam Lim dibalas tatapan meremehkan dari Queen.

"Lo pikir gue takut? Daddy gue DPR," ujar Queen menyombongkan kedudukan ayahnya sebagai DPRD kota Jakpus. Seisi sekolah juga tau kalau Queen adalah anak dari DPRD, hal itu membuatnya disegani banyak orang. Tak ada yang berani berurusan dengan Queen, tetapi tidak dengan Dera. Gadis ini bahkan berani memelintir lengan anak DPRD.

"Oh DPR. Pantes anaknya tukang korupsi duit kas kelas," ungkap Lim membuat Queen kebakaran jenggot.

"Lo—" Queen tak jadi melanjutkan ucapan, karena suara pemberitahuan upacara terdengar. Queen segera melangkah pergi diikuti kedua temannya.

Lim mengajak Dera pergi ke UKS, guna mengganti rok seragam gadis itu yang basah. Di UKS sendiri, disediakan semacam seragam cadangan untuk siswa. Mereka sudah memberitahu pemimpin upacara yaitu teman sekelas Lim, bahwa mereka izin tidak mengikuti upacara bendera.

Lim membuka sebuah lemari di UKS lalu mengambil satu rok yang sialnya sangat pendek. Tidak ada lagi selain rok tersebut, akhirnya ia terpaksa memberikannya pada Dera.

Gadis itu menurut saja kemudian pergi ke kamar mandi untuk mengganti rok-nya. Dera terkejut saat melihat penampilannya di cermin kamar mandi, ia seperti cabe-cabean. Rok-nya sangat pendek, ia bahkan berulang kali menarik-narik rok-nya ke bawah. Ini pertama kalinya gadis itu memakai rok seragam yang sangat mini. Rasanya sedikit aneh ketika mengenakannya.

Lim yang berada di luar sangat panik, karena gadis itu tak kunjung keluar. Ia mengetuk-ngetuk pintu kemudian keluarlah Dera yang menundukkan kepalanya.

Ia melakukan kesalahan besar karena menyuruh Dera memakai rok tersebut. Sebagian paha gadis itu terekspos. Terlihat Dera juga tak nyaman mengenakannya.  Ia segera membuka sweaternya lalu mengikatnya di pinggang gadis itu.

"Aku tau kamu nggak nyaman. Kamu pakai sweater itu buat nutupin." Dera tersenyum mendengarnya. Ia merasa beruntung memiliki teman seperti Lim yang memiliki sifat peka dan perhatian padanya.

Mereka berdua memutuskan untuk pergi ke kelas masing-masing, kalau ketahuan guru BK yang berpatroli bisa gawat. Meskipun sudah izin ke pemimpin upacara, jika kepergok berada di luar kelas bisa dihukum dengan tuduhan membolos saat upacara.

Satu jam telah berlalu, upacara bendera sudah usai. Teman sekelas Dera satu-persatu datang memasuki kelas yang menunjukkan wajah letihnya.

Vransiska yang melihat Dera diam saja memiliki sejuta akal licik guna mempermalukan gadis itu. Ia mendekati teman-temannya kemudian membisikkan rencana liciknya. Ketiga temannya tersenyum sinis melihat Vransiska yang mulai  menghampiri tempat duduk Dera.

"Hey! Sekarang jadwal lo piket. Cepet hapus tuh papan tulis," titah Vransiska dibalas anggukan oleh Dera.

Saat melewati bangku Sean, Dera memasang mode waspada takut bila nanti ia dijegal seperti terakhir kalinya. Namun, Sean hanya memandangi wajah Dera tak berniat mengusilinya lagi. Lelaki itu kapok.  Karena setelah mengusili Dera, ia berakhir mendapat banyak bogeman di wajahnya. Pelakunya adalah Ceron, sepulang sekolah Sean diseret ke markas Ceron lalu dipukuli habis-habisan.

Dera mulai menghapus tulisan di papan tulis, dari arah belakang gadis itu tak menyadari kalau Priscilla sedang berusaha melepas sweater yang terikat di pinggangnya. Beberapa kali mencoba, akhirnya Priscilla berhasil melepas sweater tersebut. Tampaklah paha bagian belakang Dera yang putih mulus.

"Kok di kelas kita ada jalang sih?" celetuk Vransiska melirik ke arah Dera yang masih fokus membersihkan papan tulis.

"Ternyata hot banget. Duh, rasanya sesak banget," timpal salah satu cowok.

"Buat apa sekolah, kalau ujung-ujungnya ngelancur," imbuh Gea ditambah kekehannya.

"Gue kira alim, ternyata kayak jalang. Ups! Canda jalang." Perkataan Sella sukses membuat seisi kelas tertawa. Dera yang baru saja menyadari sweater nya terlepas segera membalikkan tubuh lalu merapatkan tubuhnya ke papan tulis.

Gadis itu menatap satu-persatu teman sekelasnya yang sedang tertawa terbahak-bahak. Sorot mata Dera terpancar kesedihan yang mendalam. Teganya mereka mempermalukannya seperti ini. Rasa ia ingin menangis, namun  ditahan. Ia tak boleh terlihat lemah di hadapan teman-teman sekelasnya yang laknat.

Dera memandangi setiap sudut kelas mencari-cari di mana mereka menyembunyikan sweater milik Lim. Matanya tertuju pada bangku Priscilla, sweaternya ada di sana. Tapi, bagaimana mengambilnya?

Saat itu pula datanglah Fiki beserta gerombolannya. Pandangan Fiki langsung tertuju pada Dera yang sedang memasang wajah panik. Ia marah perihal gadis itu yang meninggalkan rumahnya tanpa pamit serta tak memberitahu mengontrak rumah di mana.

Fiki hendak memarahi gadis itu, namun ia urungkan saat melihat tingkahnya yang aneh. Matanya membulat sempurna melihat rok yang dikenakan Dera. Tanpa basa-basi Fiki segera berdiri di depan.

"Wah, pahlawannya dateng guys! Kasih tepuk tangan dong," ujar Vransiska sambil bertepuk tangan.

"Hey, honey. Kamu ngapain di situ? Mending ke sini lihat penampilan tuh jalang," celetuk Priscilla mengedipkan matanya sebelah.

Rahangnya mengeras mendengar penuturan Priscilla yang dengan gamblang berkata jika Dera adalah jalang. Jika Priscilla bukan wanita, ia akan memukulinya habis-habisan.

"Fik." Entah mengapa panggilan Dera seakan menghipnotisnya. Ia yang awalnya sangat emosi sekarang berangsur tenang.

"Fik, tolong ambilkan sweater abu-abu di meja Priscilla," cicit Dera pelan. Tapi, masih mampu didengar oleh Fiki. Lelaki itu mengangguk kemudian tersenyum ke arah Priscilla.

Ia menghampiri bangku Priscilla tanpa melepas kontak mata dengan gadis itu. Priscilla yang senangnya bukan main karena dihampiri oleh Fiki Setiaji tak memperhatikan lelaki itu yang sedang mengambil sweater.

Setelah mendapat sweater tersebut, Fiki segera berbalik menuju ke arah Dera kemudian mengikatkan sweater tersebut di pinggangnya.

"Kalian semua manusia hina! Terutama kalian kaum wanita, yang mempermalukan sesama wanita lain!" seru Fiki dengan lantang.

Tbc

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang