PART 5 - Go to school

1.3K 232 45
                                    

♪♪♪

Sudah hampir jam 7, namun Fiki belum menampakkan batang hidungnya. Dera sudah jengah menunggu lelaki itu bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia sekarang sangat semangat ingin melihat sekolah barunya dan bertemu teman-teman baru.

Tak berlangsung lama kemudian Fiki keluar sambil menenteng dua helm hitam. Rambutnya acak-acakan tidak disisir, dua kancing atas seragamnya tidak dikancingkan dan seragam yang dikeluarkan. Menurut Dera itu sangat kacau seperti para berandalan sekolah.

Sedangkan Fiki mengamati penampilan Dera dari bawah sampai ke atas. Lengan seragam yang panjang, rok abu-abu yang panjangnya sampai mata kaki, dasi yang diikat dengan rapi, lalu rambutnya yang dikuncir dua dengan dua pita berwarna merah menyala. Lelaki itu terkekeh kemudian menghampirinya.

"Lo mau sekolah atau mau ke pengajian? Seragam kok panjang semua," celetuk Fiki.

"Ini juga kunciran lo kayak anak SD," ujar Fiki menunjuk kunciran Dera sambil terkekeh geli.

"Ini memang peraturan sekolahku dulu. Daripada penampilan kamu kayak berandalan gitu," balasnya sengit.

Lelaki itu tertawa kemudian melepas ikatan rambut Dera dengan perlahan, ia biarkan rambut panjang gadis itu tergerai dengan indahnya. "Nah, gini aja. Kalau lo kunciran gitu, gue pastikan lo bakal diketawain seisi sekolah. Yuk, berangkat." Ia memberikan salah satu helm kepada Dera lalu menarik lengan gadis itu.

Dera duduk menyamping di atas motor ninja milik Fiki, lalu memegang pundak lelaki itu dengan senyum yang terus mengembang.

"Hei, lo duduknya kok gitu? Kalau jatuh gimana? Nih motor kan tinggi. Lo juga jangan pegangan di pundak gue. Nih, di pinggang gue aja." Raut wajah Dera berubah menjadi masam, Fiki menarik tangannya ke arah pinggang lelaki itu. Mau tak mau ia harus menurut, gadis itu mengubah posisi duduknya lalu memegang pinggang lelaki itu. Beruntung rok seragamnya panjang, jadi tidak memperlihatkan kaki mulusnya.

Fiki mulai menjalankan motornya menembus jalanan kota Jakarta yang macet. Saat berhenti di lampu merah, Dera tak sengaja melihat seorang lelaki yang ditolongnya tempo hari. Ia ingin menyapanya, tapi rasanya tak perlu jika mengingat tingkah laku lelaki itu yang menjengkelkan.

Lampu pun berganti hijau, Fiki kembali mengegas motor ninja-nya diikuti motor lelaki itu. 15 menit kemudian mereka berdua sampai di SMA Nusa Bangsa. Banyak siswi-siswi bergerombol memegangi handphone di parkiran sekolah, mereka berteriak histeris saat Fiki dan lelaki itu melepaskan helmnya. Semakin lama gerombolan siswa itu mendekati kedua lelaki yang sedang tersenyum sambil melambaikan tangannya.

Dera yang berada di samping Fiki sampai terpental ke belakang karena berdesakan dengan gerombolan siswa tersebut. Salah satu siswa tak sengaja menyenggol gadis itu hingga jatuh tepat di bawah seorang laki-laki tinggi berkulit putih pucat dengan kacamata bulatnya. Lelaki itu mengulurkan tangannya membantu Dera untuk berdiri.

"Siswi baru, ya?" Dan Dera hanya mengangguk.

"Ayo, pergi dari sini!" Lelaki itu menarik tangan Dera menjauh dari parkiran sekolah dan membawanya ke perpustakaan. Di sana mereka duduk berhadapan sambil mengatur nafas mereka yang ngos-ngosan.

"Namaku Lim, namamu?" Lim bertanya pada Dera. "Aku Defanty, panggil saja Dera," jawab Dera diikuti senyum manisnya.

"Tadi ada apa?" Dera sangat penasaran apa yang sebenarnya terjadi saat di parkiran. Fiki dan lelaki itu seakan-akan seperti bintang papan atas.

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang