Hai, sepi banget nih🥺
Setelah berkelana dan tak melanjutkannya cerita, hari ini aku memutuskan untuk melanjutkan. Tepuk tangan dong, pasti banyak yang nunggu next🤭*PLAK!!!*
Aduh, sakit. Maaf pemirsa aku baru saja menampar diriku agar tersadar bahwa yang menunggu cerita ini next gak ada. Sad banget😔
♪♪♪
Dengan langkah lebar Arsen memasuki markas Mata Elang, disusul dengan Edwin yang berjalan tergesa-gesa karena tak mampu mengikuti langkah pemimpinnya. Setelah sampai di tempat duduknya, Arsen mengedarkan pandangan ke arah lautan manusia yang sedang berbisik-bisik membicarakan tentangnya dan Dera. Berita tentang dia dan Dera berpacaran tersebar luas di kalangan Mata Elang maupun Ceron.
Tak dipungkiri itu membuat dua geng tersebut ribut membicarakannya. Tentu semua anggota Mata Elang maupun Ceron tidak suka dengan berita ini. Menurut mereka ini sangat tidak lazim. Baru kali ini ada dua kubu yang bermusuhan saling berhubungan, apalagi di antaranya itu pemimpin salah satu kubu.
Arsen berdehem, sontak semua perhatian tertuju padanya.
"Kerja kalian sekarang menggosipkan diriku, ya? Itu adalah urusan pribadi kami, tidak ada sangkut-pautnya dengan permusuhan geng Mata Elang dan Ceron," ujar Arsen dengan santai.
"Tetap saja. Itu tidak wajar, Bos!" bantah Dino dibalas anggukan oleh semua. Edwin yang berada di samping Arsen pun ikut mengangguk takut-takut.
"Apa yang tidak wajar? Apa kalian tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta?" Pertanyaan Arsen membuat semua bungkam. Tentu saja jawabannya semua orang pasti pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, meskipun rata-rata berujung sakit hati.
"Sudahlah, kalian jangan pernah mengusik kehidupan pribadiku. Tugas kalian cuma satu, kejar setoran!" tukas Arsen.
Di lain tempat Ceron juga mengadakan pertemuan. Semua sudah berkumpul, termasuk Fiki dan kawan-kawan kecuali Dera yang belum menampakkan batang hidungnya. Semua tampak menunggu kehadirannya karena pertemuan ini bertujuan mempertanyakan hubungan Dera dengan leader Ceron.
Niel menengok jam di pergelangan tangannya, ternyata sudah 1 jam lebih mereka menunggu. Namun, yang ditunggu tak kunjung muncul. Fiki pun sedari tadi hanya diam, agaknya ia kecewa mendengar berita ini. Sudah jelas ia sangat mencintai Dera, tetapi gadis itu justru berpacaran dengan orang lain. Mungkin ia akan ikhlas bila Dera berpacaran dengan orang baik-baik, tapi ini? Gadis itu menjalin hubungan asmara dengan geng Mata Elang. Lebih parahnya lagi dengan pemimpin geng tersebut.
Saat ini Dera justru sedang berlari menuju markas Mata Elang dengan bulir-bulir air mata yang terus berjatuhan. Setelah sampai di tempat itu, Dera langsung saja menerobos lautan manusia yang berbaris rapi. Semua tampak terkejut melihat keadaan kacau gadis itu sontak mereka semua memberi jalan kepadanya. Arsen yang mengetahui Dera datang dengan kondisi seperti itu segera mendekapnya lalu membawanya keluar.
Arsen membawanya ke dalam mobil. Di dalam sana Dera masih saja menangis dan belum menjelaskan penyebab dirinya kacau seperti ini. Arsen masih setia menenangkan adiknya ini, tiba-tiba ponsel Dera berdering dan diangkat oleh Arsen.
"Hallo Dera."
"Ini Kang Abdul, jenazah keluarga kamu udah ditemukan di bawah runtuhan. Kamu cepat pulang ke sini, ya. Kasihan Reno dari kemarin dia kayak orang linglung gitu. Yaudah, Kang Abdul tutup dulu telponnya. Akang mau bantu korban jiwa lainnya."
Perkataan orang di ujung sana membuat Arsen diam mematung. Apa yang dimaksud orang itu? Jenazah keluarga Dera? Apa jangan-jangan itu kakek dan neneknya? Apa itu alasan di balik kondisi Dera saat ini?
"Der ...." panggil Arsen pelan.
"Kakek, nenek, pakde, budhe, mbak Sonia dan anaknya meninggal kena runtuhan bangunan rumah," ucap Dera terisak. "Kemarin ada gempa di desa, hampir semua rumah di sana hancur." Dera kembali menangis dengan kencang. Arsen dengan sigap kembali mendekap adiknya dalam pelukan.
Mereka berdua pun segera kembali ke kampung halaman dengan perasaan sedih. Lelah karena menangis terus-menerus, Dera akhirnya tertidur di dalam mobil.
Di tengah malam sekalipun, Arsen masih menyetir meskipun dirinya saat ini merasa lelah dan kelaparan. Pagi harinya mereka berdua sampai di tempat kelahiran. Arsen dan Dera menatap nanar semua bangunan yang runtuh. Semua rata dengan puing-puing bangunan.
Karena tidak ada akses menuju kediaman keluarganya, akhirnya Arsen menghentikan mobil dan berjalan bersama Dera menuju ke sana. Sesampainya di sana, Dera tak dapat membendung air matanya. Rata, itulah yang terlihat. Rumah masa kecilnya sudah hancur dan bersatu dengan tanah.
Dera terjatuh di atas runtuhan rumahnya, Reno yang baru datang dari posko mengungsi segera menghampiri Dera dan memeluk gadis itu. Reno masih belum menyadari sosok laki-laki yang saat ini berdiri tak jauh dari mereka berdua.
"Mas Reno ...." Dera terisak membenamkan wajahnya di dada Reno.
Arsen yang sudah tau itu Reno—sepupunya—membiarkan Dera ditenangkan oleh laki-laki itu. Ia sekarang lebih memilih mencari properti penting yang tertimbun reruntuhan. Arsen mengangkat puing-puing kecil dan menemukan sebuah foto masa kecilnya bersama Dera dan seluruh keluarganya. Disaat itulah Arsen mulai menitikkan air mata. Ia mengusap lembut foto tersebut kemudian membekapnya. Disaat seperti ini Arsen mengingat masa kecilnya yang sangat membahagiakan bersama seluruh keluarganya.
Tiba-tiba dari arah belakang Dera dan Reno memeluk Arsen. Kini tinggallah tiga bersaudara itu seorang yang saling menguatkan satu sama lain.
♪♪♪
Kemarin siang karena Dera tak kunjung datang, akhirnya pertemuan Ceron dibatalkan. Dan siang ini Fiki berniat pergi ke kontrakan Dera, di sana ia justru disuguhkan Opin yang tergeletak lemas di sangkar. Sepertinya burung elang ini belum makan dari kemarin. Fiki segera memberi beberapa sayuran dan memberikannya pada Opin untuk dimakan.
Setelah itu, Fiki mengetuk pintu kontrakan Dera. Tetapi tak kunjung ada sahutan. Fiki kemudian menuju kontrakan Lim bertepatan dengan itu, Lim keluar dengan membawa piring kosong.
"Gue pikir Dera dah balik. Eh ternyata elu," ujar Lim dengan malas.
"Dera emang ke mana?" Fiki bertanya kepada Lim.
"Gue enggak tau. Dari kemarin siang gue belum lihat. Udah gue telpon juga tapi kagak aktif telponnya," jawab Lim.
Hal itupun membuat Fiki khawatir. Ke mana lagi gadis itu pergi? Di saat mereka berdua terdiam dan larut dalam pikiran, Lim dan Fiki pun dikejutkan dengan perkataan Jiro yang mendadak muncul di antara keduanya.
"Mungkin tuh cewek nginep di rumah Arsen terus mantap-mantap sampai lupa waktu." Ucapan mengejek atau lebih menjerumus ke menghina Dera membuat Lim dan Fiki tersulut emosi.
"Tutup mulut lo! Gak mungkin Dera ngelakuin hal menjijikan kayak gitu," bantah Fiki yang menarik kerah pakaian Jiro.
"Gue jamin 100% Dera ada di sana. Kalau kalian enggak percaya, mau gue tunjukkin keberadaan rumah Arsen?"
Fiki pun mulai melepaskan cengkraman tangannya di kerah baju Jiro dan menyuruh laki-laki itu menunjukkan rumah milik Arsen. Tetapi, mendadak Jiro mengajukan syarat bahwa Fiki harus membawa Niel dan rentetannya.
-Bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Bro [END] ✓
Teen FictionTentang Dera, gadis desa yang mati-matian mencari kakaknya di kota Jakarta. Saat sampai di sana, ia justru mengalami banyak kejadian yang tak terduga. Salah satunya menjadi anggota Ceron yang bermusuhan dengan Geng Mata Elang. Di kota Jakarta, ia bi...