PART 2 - CERON

1.7K 274 150
                                    

"Aku tak ingin gabung dengan kalian. Aku ke Jakarta hanya untuk mencari kakakku bukan gabung dengan geng seperti ini!"

—Defanty Candramawa

—♠—

Dera berlari ke arah pria itu sambil membuang asal barang bawaannya termasuk sangkar Opin. Nyawa seseorang lebih penting daripada barang-barang yang dibawanya.

Gadis itu segera mendorong pria itu, tapi sayang lengannya dipegang lelaki itu mengakibatkan Dera menindih pria yang tak dikenalnya itu. Gadis itu segera bangkit kemudian mengibas-ibaskan pakaiannya yang sebenarnya tak kotor.

Mobil yang hendak menabrak pria yang ada di sampingnya melaju kencang setelah melindas sangkar Opin. Sebentar, sangkar Opin? Terlindas? Sangkar yang terbuat dari kayu bambu itu sudah remuk di tengah jalan. 

Dera berlari ke tengah jalanan yang kebetulan sepi, ia sangat ceroboh. Tak seharusnya membuang sangkar Opin begitu saja, ini semua gara-gara pria itu! Dera tak sanggup membuka sangkar itu, ia takut melihat pemandangan yang menyakitkan hatinya.

Ia menangis sambil menyebut nama Opin. Pria yang ditolongnya malah diam memasang wajah tak bersalah sama sekali. Perlahan pria itu mendekati Dera mengajaknya untuk ke pinggir trotoar.

Pria yang entah namanya siapa memberikan botol air mineralnya pada gadis itu. Dera menerimanya dengan senang hati, sedaritadi ia sangat kehausan. Setelah meminumnya sampai habis, gadis itu kembali melanjutkan acara menangisnya memanggil nama Opin.

"Siapa Opin?" tanya pria itu.

"Opin temanku. Sangkarnya terlindas ban mobil dan itu karenamu!" ujar Dera menyalahkan pria di sampingnya.

"Itu hanya buru—"

"Hanya burung katamu?" potong Dera menatap tajam pria yang di tolongnya tadi.

"Memang hanya burung, 'kan? Gak usah lebay gitu," tutur pria itu membuat Dera kesal bukan main. Pria ini tak tau terima kasih, sudah ditolong bukannya terima kasih malah mengatakan dirinya lebay.

"Lebay katamu. Kamu mau aku tonjok? Hah?!" Saat Dera hendak melayangkan pukulannya tiba-tiba Opin datang dan langsung hinggap di bahu Dera. Ternyata sewaktu gadis itu melempar sangkar burung Elang itu, pintu sangkar terbuka dan Opin keluar dari sangkar itu sebelum mobil melindasnya.

Dera langsung saja mencium puncak kepala Elang Jawa itu. Tak memperdulikan orang-orang yang menatapnya jijik, termasuk pria yang ditolongnya tadi.

"Burung ini yang lo maksud?" tanya Pria itu dan Dera hanya mengangguk.

Pria itu berdecih kemudian melangkah meninggalkan Dera yang masih asik dengan Opin.

"Setidaknya lo harus ngucapin makasih ke gadis ini." Seorang lelaki berseragam SMA datang dan langsung mencekal lengan pria itu.

"Ck, dasar. Thanks." Pria itu menghempaskan tangan yang mencekal lengannya lalu pergi begitu saja.

Lelaki berseragam SMA itu mengulurkan tangannya pada Dera hendak membantu gadis itu berdiri, namun Dera malah berdiri sendiri. Tindakan Dera membuat lelaki itu salah tingkah, ia langsung menyembunyikan tangannya di saku celana seragamnya.

Dera mengambil tas-nya dan Opin masih setia bertengger di bahu gadis itu.

"Kenalin, gue Fiki Setiaji," ujar lelaki berseragam SMA itu kepada Dera.

"Aku Defanty, panggil aja Dera," ucap Dera membalasnya.

Setelah perkenalan yang sangat singkat itu. Dera berjalan meninggalkan Fiki yang masih terdiam terpesona dengan kecantikan alami gadis desa. Sebenarnya ia mengamati gadis itu sedari tadi saat Dera keluar dari stasiun.

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang