Season II - Bagian 40

554 74 2
                                    

Maaf baru up
Dari tgl 29 udah PAS, rabu kemarin baru selesai. Abis PAS badan drop, kena demam. Sekarang udah lumayan fit ni badan.

┝┈┈───╼⊳⊰ 𖤍 ⊱⊲╾───┈┈┥
ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘!
𝔼𝕟𝕛𝕠𝕪 𝕥𝕙𝕚𝕤 𝕡𝕒𝕣𝕥!
┝┈┈───╼⊳⊰ 𖤍 ⊱⊲╾───┈┈┥

Kelompok yang ditugaskan untuk mengawasi Fiki dari kejauhan tampak kelelahan, karena laki-laki itu berkali-kali berpindah dari gedung satu ke gedung yang lain.

"Aelah, dia bisa bela diri. Napa mesti kita awasi, sih." Vino berkata dengan kesal.

"One by one mungkin dia bisa. Kalo Rosebone mainnya keroyokan auto babak belur dia, haha ...." sahut Lucky kemudian. Lalu terdengarlah gelak tawa di sana, hanya Edwin yang mencoba tidak tertawa mendengar celetukan anak buahnya itu.

Yang mereka tertawakan mendadak menghilang dari hadapan mereka, sontak Edwin kalang kabut. Ia menyuruh anak buahnya mencari keberadaan Fiki di dalam gedung sana dan dirinya sendiri akan mencarinya di sekitar luar gedung.

Saat tengah fokus mencari keberadaan Fiki, mendadak Edwin dihadang oleh dua preman yang pernah ia hajar sewaktu menyelamatkan Dera.

"Mau kalian apa? Mau dihajar lagi? Minggir kagak?!" tutur Edwin.

Edwin sudah berancang-ancang ingun memukul, akan tetapi dari belakang ada yang memukul tengkuknya membuat ia seketika tak sadarkan diri dan ambruk. Para preman yang jumlahnya sepuluh orang itu langsung membawa Edwin, Vino beserta yang lainnya yang tak sadarkan diri ke dalam mobil. Di belakangnya diikuti Regar dan satu orang preman yang membawa Fiki yang tak sadarkan diri pula.

"Lo kira MATELRONCE pinter, hah? Rosebone jauh di depan kalian," batin Regar sambil menatap anggota MATELRONCE.

Mobil hitam itupun melaju dengan cepat keluar dari hiruk-pikuk kota dan berhenti di sebuah rumah yang sekelilingnya dipenuhi pepohonan yang rimbun. Setelah memastikan kondisi aman, Regar memerintahkan para preman untuk membawa mereka ke dalam sana.

Tempat ini sangat luas dan minim pencahayaan, debu kotoran ada di mana-mana. Sarang Laba-laba menempel di atap, serta ada beberapa balok kayu yang tercecer di lantai.

Edwin beserta anak buahnya diikat dalam tali yang sama, sedangkan Fiki diikat menjadi satu dengan kursi yang didudukinya. Regar mengambil ponselnya, mencari kontak Federico untuk dihubunginya.

"Gue berhasil bawa Fiki sama MATELRONCE ke sini, sekalian lo bawa tikus-tikus yang ada di markas kita," ujarnya pada Federico.

📞"Bagus! Tunggu aja, gue bakal bawa tikus-tikus ini ke sana."

"Oke, gue tunggu."

📞"Lo gak sampe bunuh mereka, 'kan?"

"Kagaklah. Gue nunggu elo pada, cepet ke sini."

📞"Oke!"

Beberapa menit berlalu, Edwin tersadar sekaligus terkejut dengan keadaannya yang terikat tali. Ia beberapa kali meronta dan menyikut anak buahnya yang membuat mereka semua langsung tersadar. Mulut yang terlakban menyulitkan mereka untuk berkomunikasi.

Berulang kali meronta, tali yang mengikat mereka tak kunjung melonggar justru terasa semakin melilit tubuh mereka. Edwin yang mendengar langkah kaki seseorang, buru-buru mencubit lengan Vino agar berhenti meronta dan berpura-pura kembali tak sadarkan diri.

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang