Season II - Bagian 37

486 73 14
                                    

Abang back ni!
Cerita ini niatnya bakal aku tamatin sebelum bulan desember, moga aja bisa:)

-

-

-

-

-

-

🌻🌻🌻

"Tiada yang tahu isi hati dari seorang wanita. Mereka (wanita) bersikap manis seolah menyukai, namun aslinya tidak dan juga sebaliknya. Mereka (wanita) kadang bersikap acuh seolah tidak menyukai"

-Steve Jiro Lim

Rey, anak kecil itu mengangguk lalu mendekati Jiro. Ia menyuruh Jiro untuk membuka tasnya yang berisi semua mainan mobil-mobilannya. Dengan senang hati Jiro melakukan perintah anak kecil itu. Saat semua mainan sudah berceceran di lantai, mereka berdua mulai bermain bersama. Saat itu pula Dera pergi ke dapur untuk membuat makanan bagi mereka bertiga.

Dua puluh menit berkutat di dapur, masakan yang dibuat Dera pun sudah matang. Saat kembali ke ruang tamu, ia justru disuguhkan pemandangan Jiro dan Rey yang sedang tertidur pulas di lantai.

"Jiro ...." Dera menepuk pelan pipi Jiro. Laki-laki itu langsung membuka matanya.

"Eh, maaf. Gue ketiduran," ujar Jiro sambil mengucek-ngucek matanya.

"Iyaa gapapa, bisa bawa Rey ke kamarku? Dia kayaknya pulas banget tidurnya, gak tega banguninnya." Jiro mengangguk kemudian menidurkan Rey di kamar.

Tiba-tiba terdengar ketukan dari luar pintu, Dera membukanya dan di hadapannya berdiri seorang laki-laki yang belakangan ini ia hindari, Fiki Setiaji.

Fiki menampilkan senyum manisnya sambil tangan kanannya mengulurkan sebuah totebag berwarna krem. Dera tak langsung menerimanya, justru ia bertanya, "Kenapa kamu ke sini?"

"Gue cuma mau ngasih ini buat lo dan jangan lupain pengungkapan gue tempo hari yang lalu," jawab Fiki.

"Aku gak bisa menerimanya," tolak Dera.

"Why?"

"Aku gak cinta sama kamu," ujar Dera.

"Apa? Lo bilang gak cinta?" Fiki menjatuhkan tote bag nya, lalu mencengkeram erat lengan Dera.

"Apa arti perhatian sikap manis lo ke gue, HAH?" Fiki berteriak.

"Apa yang gue lakuin ke lo itu kurang? Apa kurang?! Gue cinta sama lo dan lo harus terima jadi pacar gue! Ayo, ikut gue!" Fiki menarik Dera menuju mobilnya dan saat itu pula datanglah Jiro yang langsung melepaskan cengkraman Fiki pada lengan Dera.

"Lo jangan kasar-kasar sama Dera," tegur Jiro.

"Ahh ... jadi kalian dari tadi berdua di dalam rumah? Udah ngapain aja, nih?" Ucapan Fiki menyulut amarah Dera, gadis itu langsung menampar pipi Fiki dengan kerasnya.

Mata gadis itu mulai berkaca-kaca, "Cinta gak bisa dipaksain. Mungkin kamu menyalahartikan semua sikap manisku ke kamu, aku melakukan itu semua karena kamu sudah banyak menolongku. Lagipula kita sangat berbeda, kamu di atas, aku di bawah."

"Aku selalu membawa masalah untukmu, maka dari itu aku sebagai wakil leader MATELRONCE mengeluarkan Fiki Setiaji bersama keempat temannya dari geng MATELRONCE! Keputusan ini sudah aku putuskan bersama Edwin dan tidak bisa diganggu gugat. Untuk alasan lebih lanjut kenapa kami mengeluarkan kalian, akan dikirim lewat surat yang akan kami kirimkan besok pagi dan sekarang aku mohon kamu pergi dari sini! Aku tak ingin membuat keributan yang justru mengganggu waktu tidur orang-orang," tutur Dera.

"Arghh!" Seketika Fiki langsung pergi dari sana.

Dera menyeka air matanya kemudian masuk ke dalam rumah diikuti oleh Jiro. Di dalam sana Dera mulai menyuguhkan sepiring nasi goreng spesial buatannya kepada Jiro dan dirinya sendiri.

(~ ̄³ ̄)~

Kesokan paginya surat pengeluaran dari geng MATELRONCE benar-benar dikirimkan. Setelah membacanya Fiki meremat surat tersebut kemudian membuangnya. Ada satu alasan yang membuat dirinya sangat marah dan tidak menyangka akan hal itu.

"Mama!" teriak Fiki.

"Kamu nih kenapa? Pagi-pagi udah teriak," ujar Wiwik berjalan menuruni tangga.

"Sejak kapan mama ngurusin urusan pribadiku? Sampai-sampai mama berani ngancem Dera, salah Fiki di mana? Fiki cuma mau bantu orang-orang, Ma."

"Dari dulu mama enggak mempersalahkan kamu ikut geng seperti itu. Tapi belakangan ini pelajaran kamu, karir kamu, semuanya nggak keurus gara-gara kamu ikut geng. Mama cuma pengen kamu fokus sama karir dan sekolah. Oh iya, mama minta kamu jauhin Dera." terang Wiwik pada anaknya.

"MAMA! FIKI CINTA SAMA DERA," ungkapnya pada sang ibu. Laki-laki ini sangat kesal dengan tingkah semena-mena ibunya, bukankah ibunya sangat menyukai Dera? Mengapa sekarang ibunya berubah pikiran dan mengatakan Dera harus dijauhi?

"KALIAN BERDUA GAK BAKAL BISA BERSATU! KALIAN ITU SEDARAH! AYAH KALIAN ITU SAMA!" teriak Wiwik membuat Fiki membeku di tempatnya. Laki-laki ini mundur beberapa langkah lalu terduduk di sofa, ia mengusap kasar wajahnya kemudian meremas rambutnya dengan kesal.

"Defanty Candramawa, bukankah itu nama Dera? Candramawa adalah nama belakang ayahmu, nama itu sangat jarang digunakan oleh orang. Alasan di balik kenapa ayahmu tidak pernah berkunjung ke sini karena ia lebih senang hidup sederhana bersama istri pertamanya dan istri pertamanya adalah ibunya Dera. Mama dengan ayahmu hanya menikah untuk kepentingan bisnis, tidak ada cinta di antara kami." Wiwik menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya.

"Jika saja mama tidak menemukan foto ayahmu di tas Dera, mama gak bakal tahu kenyataan ini."

"Jadi ... Dera sudah mengetahui ini?" Wiwik mengangguk.

Fakta ini membuat Fiki sangat terguncang, jadi alasan di balik ayahnya tidak pernah pulang karena memilih hidup di desa bersama ibunya Dera? Ia tak habis pikir, dunia ini memang sempit.

Maka dari itu, Arsen/Yoga adalah kakak tirinya dan Dera adalah adik tirinya. Mereka berempat : Dera, Arsen/Yoga, Fiko, dan dirinya adalah saudara.

⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌

Seperti biasa, seisi sekolah heboh dengan datangnya bintang seleb terkenal. Siapa lagi kalau bukan Fiki dan Jiro. Kedua laki-laki itu dengan susah payah membelah lautan manusia yang mengerubunginya. Perjalanan dari tempat parkir menuju kelas pun terasa lama.

Di kelas sana sudah ada Queen yang menyambut kedatangan Fiki. Jiro melewati kedua orang itu kemudian menuju tempat duduknya, ternyata di sana ada Dera dan si kecil Rey yang diajak Dera ke sekolah.

Fiki menghiraukan Queen dan langsung menghampiri Dera, ia menyeret lengan gadis itu dan membawanya ke rooftop. Berulang kali, gadis itu meronta agar Fiki melepaskan pegangan pada lengannya. Dari belakang pun, Jiro bersama Rey mengikuti mereka berdua.

Setelah sampai di rooftop, Fiki menyuruh Jiro bersama Rey untuk pergi. Karena ia dan gadis di hadapannya memerlukan ruang untuk mereka berbicara.

"Jadi, lo udah tau soal ayah kita yang sama?" tanya Fiki to the point.

Dera mengangguk, "Iya."

"Alasan lo gak mau jadi pacar gue karena kita ini sedarah, 'kan? Bukan karena lo gak cinta sama gue." Pernyataan Fiki membuat Dera menundukkan kepalanya, tak berani menatap mata laki-laki yang berstatus menjadi kakak kirinya.

"Jawab!" Gertakan Fiki membuatnya terkejut, gadis itu mulai mendongak menatap mata lawan bicaranya.

"Iya." Satu kata yang meluncur dari bibir Dera membuat Fiki merasa senang sekaligus lega. Meskipun mereka tidak bisa bersama, setidaknya cintanya terbalaskan dan tidak bertepuk sebelah tangan.

Tbc

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang