PART 25 - Sandiwara

743 125 101
                                    

♪♪♪

Kini Yoga Adhi Candramawa atau kerap dipanggil Arsenik ini mendengkus kesal mendengar penuturan adiknya. Bagaimana bisa dia dan adiknya bermusuhan seperti ini? Ia juga sudah menduga dari awal bila Dera memang bergabung dengan Ceron. Kalau sudah begini terpaksa Arsen harus menyuruh Dera keluar dari sana. Ini demi kebaikan Dera.

Jika Niel tahu Dera adalah adiknya. Bisa-bisa lelaki ini menyakiti Dera dan dia tak ingin itu terjadi. Bagaimanapun Dera adalah sesuatu yang berharga di dalam hidupnya. Di dunia ini dia hanya memiliki Dera.

Arsen juga sudah meminta adiknya agar memanggil nama samarannya yaitu Arsenik, demi keamanan bersama. Dia juga sudah meminta Dera agar tinggal bersamanya, tapi gadis itu menolak mentah-mentah, dengan alasan ia lebih nyaman seorang diri. Lagipula jika mereka tinggal di tempat yang sama bukankah aneh? Jika Fiki, Lim, Jiro dan yang lainnya tau bisa-bisa Dera diinterogasi.

Mereka berdua sedang menikmati makan malam dengan santai, sesekali diiringi canda gurauan.

"Malam ini kamu nginap di rumah kakak, ya?" pinta Arsen melirik ke arah adiknya yang sedang meminum air putih. Dera menatap kakaknya sekilas kemudian mengangguk. Arsen tersenyum lalu mengacak-acak rambut Dera.

Suasana seperti inilah yang dirindukannya. Berdua bersama adiknya, bercanda, saling menukar cerita serta saling melempar senyum. Meskipun sebenarnya ini masih kurang, seharusnya seluruh keluarga di desa ada di sini.

Arsen hendak menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, namun pekikan Dera membuatnya terkejut. Alhasil sendok yang dia pegang terjatuh.

Dera terlonjak kaget saat mengingat Opin belum makan dari pagi. Kasihan burung itu, pasti sangat kelaparan. Gadis itu menyambar tas punggungnya lalu beranjak pergi. Dengan cepat Arsen mencekal lengan adiknya kemudian menatap wajah Dera yang kelihatan sangat panik.

"Ada apa?" tanya Arsen melepas cekalan tangannya sambil memasang tatapan heran kepada adiknya.

"Mau pulang ke kost. Opin belum dikasih makan," jawab Dera.

"Oke. Kakak yang antar, tunggu di depan gerbang. Kakak mau ambil motor," tutur Arsen lalu meluncur ke garasi.

Dera menaiki motor Arsen, memakai helm dan kemudian melaju ke kontrakannya. Sesampainya di kost, gadis itu langsung turun lalu masuk ke dalam, melempar tas punggungnya sembarang dan mengambil beberapa sayuran di dapur.

Ia menatap kakaknya yang sedang menurunkan sangkar Opin dari atap. Dera tersenyum lalu menghampiri Arsen. Gadis itu membuka sangkar Opin kemudian mengeluarkan burung elang tersebut. Dengan lahapnya Opin memakan sayuran yang diberikan oleh Dera.

Sesekali Dera terkekeh geli saat melihat tingkah yang Opin mendusel-dusel kepada Arsen seolah mencari perhatian lelaki itu. Arsen mengusap kepala elang tersebut kemudian meletakkannya ke bahu kanannya.

Jiro dan Lim yang baru datang memicingkan matanya, memperhatikan Dera yang sedang bersama seorang laki-laki. Sayangnya posisi lelaki itu memunggungi mereka, alhasil tak dapat melihat wajah lelaki tersebut. Namun, dari perawakannya, bukan seseorang yang dikenal Lim maupun Jiro.

Jiro yang tak suka melihat kedekatan di antara keduanya, langsung menghampiri mereka berdua diikuti Lim yang mengikuti langkah adiknya.

"Dera," panggil Jiro membuat Dera gelagapan karena terkejut. Gadis itu berjalan mendekati Jiro yang berdiri tepat di belakang kakaknya lalu menoleh ke arah Lim sambil melemparkan senyumannya.

"Ada apa?" tanya Dera menatap Jiro.

"Gimana soal pernyataan gue kemarin? Lo terima, 'kan?" Jiro balik tanya dengan antusias. Pasalnya lelaki ini menunggu lama jawaban dari Dera tentang perasaan yang pernah dia ungkapkan. Sudah terlalu lama waktu yang diberikan Jiro untuk Dera berpikir, kali ini dia harus mendapat jawaban dari gadis itu.

Dera menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak gatal sama sekali. Ia bingung harus menjawab seperti apa. Bagaimana cara menolak Jiro tanpa melukai perasaannya? Dera sudah lama ingin memberi jawaban, tetapi waktu tak pernah berpihak padanya sekaligus ia merasa tak enak jika harus memberi tolakan yang mungkin menyakiti perasaan lelaki itu. Dera juga tak ingin menggantung perasaan Jiro ataupun memberi harapan padanya.

Suasana sangat hening, sampai-sampai hanya suara jangkrik yang terdengar. Tiba-tiba Arsen berdehem lalu memutar tubuhnya membuat semua perhatian tertuju padanya. Jiro diam mematung. Di depannya berdiri lelaki gagah yang tak lain adalah pemimpinnya sendiri.

"Kenapa? Kaget?" Arsen bertanya kepada Jiro yang diam membisu. Tiba-tiba Arsen merangkul Dera dengan mesra membuat Jiro melotot karena saking terkejutnya begitupun dengan Lim. Untung saja mata mereka berdua tidak keluar dari tempatnya. Arsen membisikkan sesuatu pada adiknya yang membuat Dera mengangguk-angguk mengerti.

"Aku pacarnya Dera," ujar Arsen tersenyum bangga begitupun dengan Dera yang mencoba untuk tersenyum. Meskipun senyumannya mungkin terlihat aneh dan terpaksa.

"Pa-pa-pacar?"

"Iya. Aku dan Dera sudah berpacaran sejak lama. Kami sudah berpacaran sejak masih di desa. So, tentang pengungkapan cintamu tempo hari. Dera menolaknya," tutur Arsen mewakili Dera. Gadis itu hanya mengangguk-angguk membenarkan tuturan Arsen yang berperan sebagai kekasihnya.

"Nggak mungkin." Hanya itulah yang diucapkan Jiro berkali-kali sambil berlalu meninggalkan ketiga manusia yang masih diam memperhatikannya.

"Aku mau ngomong selamat buat kamu, langgeng selalu ya." Lim memeluk Dera, menepuk-nepuk punggung gadis itu dengan lembut. Dia tersenyum ke arah Dera dan Arsen bergantian lalu melangkah pergi menyusul adiknya, Jiro.

Arsen melakukan sandiwara ini agar Jiro tak mengejar-ngejar adiknya lagi sekaligus dia tak ingin banyak orang yang mengetahui kalau dirinya adalah kakak laki-laki Dera. Situasi yang memaksa dia harus bersandiwara seperti ini.

"Maaf ya, Der. Kakak harus ngaku kalau kakak ini pacar kamu. Kakak cuma gak ingin anak-anak Mata Elang tahu kalau kamu ini adik dari seorang Arsenik. Bukannya kakak malu ngakuin kamu, tapi di sebuah geng atau komunitas pasti ada salah satu yang berkhianat. Kalau salah satu anggota Mata Elang memberitahu Niel tentang kamu adik dari pemimpin bad gang, bisa saja kamu dalam bahaya. Tolong dimengerti."

Penjelasan Arsen yang panjang lebar itu ada benarnya. Lebih gawat lagi jika Niel tahu kalau ternyata dia adalah adik dari seorang pembunuh yang membunuh abangnya.

"Dera ngerti kok, Kak." Dera mengusap-usap punggung tangan sang kakak.

"Gimana kabar keluarga di desa?" tanya Arsen penasaran. Pasalnya selama bersama adiknya, dia sampai lupa menanyakan kabar mereka karena saking senangnya bertemu dengan Dera.

"Dera juga gak tau, Kak. Mas Reno gak bisa dihubungi lagi. Kabar terakhir yang Dera dengar dari Mas Reno, kakek diserempet mobil dan masuk rumah sakit."

"Terus gimana kabar kakek?" Arsen bertanya kembali ada sedikit nada khawatir dipertanyaannya tersebut.

"Dera gak tahu. Tapi, semoga aja kakek baik-baik aja di sana."

"Iya, semoga aja ...."

Tanpa mereka berdua ketahui di desanya sana terdapat banyak masalah yang terjadi.

Tbc

Sepi bae nih cerita:(
Aing kan jadi sad:(

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang