Season II - Bagian 34

632 95 2
                                    

Hallo! Abang  is back. Ada yg nungguin kelanjutannya gak ni?🗿 Komen next dong, jgn jdi silent reader =>

-

Awan mendung menutupi langit, petir menggelegar menggetarkan jiwa. Air bah semakin tinggi menenggelamkan kota Jakarta, serta meluluhlantakkan segala hal di kota tersebut. Korban jiwa semakin banyak, terutama penduduk yang tinggal di pemukiman kumuh dekat bantaran sungai.

Berita di televisi tak henti-hentinya menayangkan uptade berita mengenai banjir yang menggenang kota Jakarta. Posko pengungsian ramai, sebagian orang di sana terkena penyakit kulit akibat terkena air banjir yang kotor.

MATELRONCE sebagai geng yang mengabdi pada masyarakat ikut serta membantu tim SAR mengevakuasi korban banjir yang terjebak di dalam rumah. Edwin beserta yang lain membawa perahu karet, para korban dibawa menggunakan perahu tersebut. Sedangkan sebagian ikut membantu di posko pengungsian.

Dera, gadis itu ikut membantu tim medis merawat pasien yang terjangkit penyakit. Ia juga berhasil membujuk salah satu anak kecil yang tak ingin meminum obat.

MATELRONCE juga membuka donasi untuk orang-orang yang ingin membantu meringankan beban para korban banjir.

Fiki memilih berada di posko pengungsian, ia membantu relawan mengangkat karung beras beserta bahan-bahan pokok menuju dapur darurat. Hal itu mendapat sorotan dari media pertelevisian, aksi gagah nan pahlawan dari seorang Fiki menggetarkan hati semua orang. Setelah membantu seorang gadis yang hendak dilecehkan, kini laki-laki itu ikut membantu korban banjir. Semakin lama Fiki berhasil menarik perhatian khalayak umum.

"Fik, lo disorot lagi." Azzam berujar sambil menunjuk salah seorang reporter wanita yang berjalan menghampiri Fiki.

"Aelah Fiki mulu yang disorot, gue kapan," tutur Samuel tak terima.

"Sampai tahun lebaran kuda lo itu gak bakal disorot, haha ...." Tawa keempat laki-laki itu mengejek Samuel.

"Gue gak ada waktu buat diwawancara, ada urusan yang lebih penting ketimbang wawancara tak berguna ini. Daripada mewawancarai gue, mending wawancarai para korban," ujar Fiki kepada reporter wanita itu. Reporter beserta kameraman diam menahan malu lalu pergi begitu saja.

Fiki, Samuel, Azzam, Ardi serta si dingin Rangga kembali melanjutkan aktivitas mereka mengangkat karung-karung beras itu. Setelah ditata dengan rapi, Fiki memilih beristirahat terlebih dahulu.

"Gue istirahat dulu. Lo pada bantuin Edwin di lokasi," kata Fiki kepada empat temannya.

"Bilang aja lo mau deket-deket sama Dera, ya 'kan? Gak usah pake alasan istirahat segala, kami ngerti kok." Setelah itu keempat laki-laki tadi pergi membantu anggota MATELRONCE beserta tim SAR di lokasi.

Fiki bersyukur memiliki sahabat yang memiliki tingkat kepekaan tinggi. Dalam sekejap mereka mengerti apa yang diinginkan laki-laki itu. Fiki sedikit terkekeh geli akan hal itu.

Dera kebetulan datang ke dapur darurat sambil menggendong seorang anak laki-laki. Ia mendudukkan anak kecil itu kemudian dengan telaten menyuapinya nasi. Lantas Fiki mendekat melihat lebih dekat interaksi Dera dengan anak kecil itu.

"Der."

"Kenapa, Fik?" Dera bertanya sambil mengusap mulut anak kecil tadi menggunakan sapu tangan serta membersihkan ingus yang keluar dari hidung anak itu.

"Gimana soal gue ngungkapin rasa ke lo? Jawabannya apa?" tanya Fiki meminta kejelasan. Laki-laki ini sudah tidak sabar sekaligus lelah menunggu jawaban dari Dera. Digantung tanpa kejelasan oleh seseorang rasanya menyakitkan.

Me & Bro [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang