♪♪♪
"Demi Dera, lo hampir bunuh kakak kandung lo sendiri?" Lim tak habis pikir dengan pikiran adiknya. Lelaki ini berkacak pinggang menatap sebal sang adik yang justru berkutat di media sosial. Ia mengambil air putih untuk meminum obatnya lalu menarik kerah baju Jiro.
Jiro memutar bola matanya malas.
"Lo budeg atau apa sih? Lo pikir gue gak tau apa?! Lo yang buang obat-obatan gue di tas dan buat gue sekarat. Lo juga yang hampir dorong gue di rooftop. Anak buah lo yang ngedorong Fiki dari tangga, sampai kepala tuh cowok bocor. Sadar gak sih? Lo itu hampir bunuh kami berdua," terang Lim dengan emosi.
"Gak peduli. Gue juga udah bosen ngebiayain pengobatan lo, lebih baik lo mati aja, Kak," tutur Jiro dengan santai membuat Lim melotot tidak percaya. Ternyata adik yang sangat dia banggakan memiliki sifat psikopat. Lim juga mengetahui Jiro bergabung dengan Geng Mata Elang, namun ia memilih untuk bungkam saja. Percuma juga membahas hal itu, pasti ujung-ujungnya dia yang disalahkan karena mengidap penyakit.
Lim juga tak ingin memiliki penyakit seperti ini. Siapa sih yang gak pengen sembuh? Semua orang sakit pasti mempunyai keinginan untuk sembuh. Jika sudah digaris takdirkan Sang Kuasa memiliki penyakit ganas seperti ini, ia harus menerimanya. Sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan berdoa.
Jiro memakai jaketnya lalu melenggang pergi begitu saja meninggalkan kakaknya yang masih diam mencerna kalimat yang dilontarkan adiknya. "Lebih baik lo mati aja, Kak." Kalimat itu terus berputar-putar di pikirannya. Ia sakit hati mendengar penuturan Jiro yang menginginkan dia lebih baik mati. Jika adiknya itu sudah lelah membiayai pengobatan dia selama ini, seharusnya bilang. Ia sendiri akan mencari uang untuk dirinya.
Perihal Dera, Lim begitu menyayangi gadis itu. Sekadar menyayangi sebagai sahabat dan seorang kakak. Lim sudah menganggap Dera sebagai adik perempuannya, begitupun sebaliknya. Lim mengungkapkan hal itu kemarin sore di taman sekolah saat gadis itu sedang diintimidasi oleh Queen.
Lim mengira itu perasaan cinta, namun ia salah. Itu hanya rasa sayangnya kepada Dera sebagai adik. Dan ia juga sudah menjelaskan kepada adiknya, kalau dirinya tak mencintai Dera. Tetapi, adiknya tak percaya. Ya sudahlah ... mau gimana lagi.
♪♪♪
Dera kini sedang disuapi oleh Fiki. Terhitung ini hari ketiga gadis itu berada di rumah sakit dan nanti sore sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama itu pula Lim selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk Dera yang sudah dianggap sebagai adik.
Fiki bahkan rela membolos sekolah demi menemani Dera, meski sempat dimarahi ibunya. Hubungan Fiki dengan keempat sahabatnya juga sudah membaik. Kemarin siang, Samuel, Ardi, Rangga, dan Azzam menjenguk Dera serta meminta maaf kepada Fiki.
"Aaaa ... mulutnya dibuka. Pesawat terbang mau masuk nih," ujar Fiki sambil memegang sendok memperagakannya seperti pesawat yang sedang terbang. Dera terkekeh kemudian membuka mulutnya.
"Nah, gitu dong. Pinter banget anak Papa," kekeh Fiki.
"Ishh! Aku ini bukan anak kamu. Aku ini pa—" Dera tak jadi melanjutkan ucapannya. Dia lebih memilih memutar tubuhnya membelakangi Fiki. Huh! Hampir saja Dera mengakui jika dirinya pacar dari Fiki. Bisa gawat jika lelaki itu kege'eran.
"Pa apa? Kenapa gak dilanjutin?" tanya Fiki menggoda Dera.
"Maksudnya pa ... pa ... pasangan sahabat. Ya! Pasangan sahabat!" Perkataan Dera justru membuat Fiki tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Bro [END] ✓
Teen FictionTentang Dera, gadis desa yang mati-matian mencari kakaknya di kota Jakarta. Saat sampai di sana, ia justru mengalami banyak kejadian yang tak terduga. Salah satunya menjadi anggota Ceron yang bermusuhan dengan Geng Mata Elang. Di kota Jakarta, ia bi...