♪♪♪
Setelah menjegal kaki Dera, Sean si cowok usil itu dihukum oleh Bu Siti untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikannya minggu lalu di papan tulis. Saat Sean membuka bukunya, ia baru sadar kalau belum mengerjakannya. Mampus! Lelaki itu akhirnya disuruh untuk membersihkan toilet sebagai gantinya. Memang itu hanya masalah sepele, tapi jika dibiarkan begitu saja akan menjadi kebiasaan dan bisa membuat cedera serius pada seseorang.
Sean menggebrak mejanya lalu berlalu meninggalkan kelas tanpa permisi. Bu Siti hanya geleng-geleng melihat tingkah laku salah satu muridnya itu. Bukan pertama kali Sean dihukum membersihkan toilet, karena memang lelaki ini dikenal sebagai siswa paling usil menyebabkan dirinya sering dihukum oleh guru.
"Baiklah anak-anak. Yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang ibu berikan minggu lalu bisa berdiri di depan kelas dan bagi yang sudah mengerjakannya silahkan ditulis di papan tulis untuk kita bahas bersama," ujar Bu Siti.
Fiki seketika panik mendengarnya, ia lupa belum mengerjakannya. Serta ia tak yakin membawa buku pelajaran yang sesuai dengan hari ini. Fiki melihat-lihat buku pelajaran yang dibawanya dan ternyata itu sesuai dengan jadwal hari ini. Kemudian membuka buku tugasnya dan ajaib, tugas rumahnya sudah dikerjakan. Seketika lelaki itu tersenyum lalu melirik Dera yang juga mengacungkan jempol ke arahnya. Fiki yakin Dera lah yang mengerjakannya, karena tulis tangan di bukunya seperti tulisan tangan perempuan.
Ternyata banyak yang tidak mengerjakan tugas tersebut, termasuk Vransiska dan geng-nya. Total ada 17 siswa yang maju ke depan, sisa 12 siswa yang masih duduk di tempat duduknya. Dera yang merasa tidak ikut mengerjakan, ikut maju ke depan. Karena rasanya tak adil jika hanya dirinya yang tidak disuruh maju ke depan.
"Dera, kenapa ikut maju ke sini? Kamu wajar jika tidak mengerjakannya karena kamu murid baru," terang Bu Siti.
"Rasanya tak adil jika saya tidak ikut maju ke depan, Bu. Jadi, saya mau kok nerima hukumannya," balas Dera membuat Bu Siti tersenyum senang. Jarang ada siswa seperti Dera yang mau menerima hukuman dengan lapang dada.
"Halah, dasar caper!" celetuk Vransiska memutar bola matanya malas. Ia merasa muak sekali jika melihat wajah munafik dari Dera. Wajah yang sok polos dan lugu. Jika ia bisa, dirinya ingin membuat gadis itu menghilang dari hadapannya.
"Diam kamu Vransiska! Kenapa kamu nggak ngerjain tugasnya?" tanya Bu Siti menghampiri Vransiska dengan membawa penggaris panjangnya.
"Saya kan sibuk pemotretan, jadi nggak sempet ngerjain tugasnya. Ibu kan tau, saya ini model terkenal. Anak dari Stevan William dan Natas—"
"Sudah cukup! Jangan terlalu membanggakan diri karena kamu anak dari seorang artis. Saya muak mendengarnya," sela Bu Siti membuat Vransiska terdiam. Beruntung, Bu Siti tidak melayangkan penggaris panjangnya itu pada Vransiska.
"Baiklah kalian yang ada di depan sini silahkan ikut Sean membersihkan semua toilet yang ada di sekolah ini sampai jam Ibu berakhir. Ibu tidak peduli jika kalian itu anak dari seorang artis, anak miliarder, atau anak dari direktur utama SMA ini. Semua di mata ibu sama, kalian itu hanya seorang murid yang nakal dan tidak bisa diatur. Meskipun setelah ini akan mendapat cacian dari orang tua kalian karena kalian mengadu, ibu tidak peduli. Ibu hanya ingin bersikap adil dan disiplin. Silahkan melaksanakan hukuman kalian!"
Semua siswa yang tidak mengerjakan tugas langsung keluar dengan perasaan dongkol, kecuali Dera. Gadis itu sangat setuju dengan ucapan Bu Siti, semua murid itu sama dan tidak ada yang diagungkan di sini.
"Bu, saya juga mau dihukum," ujar Fiki membuat Bu Siti melotot tak percaya.
"Gak usah macam-macam! Duduk manis di sana aja," tegas Bu Siti, Fiki mengangguk pasrah meski ada sedikit terbesit rasa bersalah karena membiarkan Dera dihukum tanpanya.
♪♪♪
"Iiiuhh, bau banget nih toilet," ujar Sella menutup lubang hidungnya sambil mengedarkan pandangan ke dalam toilet.
"Bukan hanya bau, tapi kotor juga," sahut Gea yang juga menutupi hidungnya.
"Gila tuh guru. Kalau gue bersihin toilet dan ada salah satu yang nyebarin gosip ini, mau ditaruh di mana muka gue?!" Vransiska menggerutu.
"Mending kita ke kantin aja. Kita suruh si murid baru yang kampungan itu bersihin bagian kita," usul Priscilla melirik ke arah Dera yang sedang mengepel lantai toilet.
"Kalau dia nolak gimana?" tanya Vransiska ikut melirik ke arah Dera.
"Tinggal kita ancem. Bokap Sella kan direktur di sini, kita bisa gunain itu," jawab Priscilla diikuti senyum liciknya.
"Pinter juga lu," puji Gea, Vransiska dan Sella secara bersamaan.
Mereka berempat pun menghampiri Dera yang masih asyik mengepel lantai. Vransiska menepuk bahu Dera membuat gadis itu menoleh ke arahnya dengan wajah kebingungan, "Ada apa?" tanya Dera.
"Kita berempat mau ke kantin. Lu bersihin toilet ini sendirian dan jangan pernah lu ngadu ke Bu Siti atau gue bakal bilang bokap supaya ngeluarin lu dari sekolah ini," tutur Sella.Dera hanya mengangguk menyetujuinya. Bukan karena takut dikeluarkan dari sekolah, tapi percuma juga mereka berempat di sini dan kerjaannya cuma ngomel gak jelas. Yang ada malah gak selesai-selesai. Lagipula Dera lebih menyukai mengerjakan sesuatu sendirian, tanpa orang lain.
Mereka berempat bersorak senang lalu membuang asal kain lap yang dipegangnya. Dera mengutip kain lap tersebut kemudian diletakkan di wastafel.
Lim yang baru saja kembali dari kamar mandi setelah membasuh mukanya tak sengaja melewati toilet yang dibersihkan Dera seorang diri. Ia ingin masuk ke dalam dan membantunya. Namun, diurungkannya karena takut dibilang macam-macam di toilet perempuan bersama seorang siswi.
Jadi, Lim hanya menyapa Dera dan bersandar pada pintu toilet.
"Hai, Der!" sapa Lim.
"Eh, Lim." Dera memberhentikan kegiatannya lalu menghampiri Lim.
"Kenapa bersihin toilet?" tanya Lim sambil memperhatikan wajah Dera yang sudah berkeringat.
"Aku kan murid baru dan kebetulan gak ikut ngerjain tugas, akhirnya aku mau ikut dihukum aja. Rasanya gak adil kalau gak ikut dihukum," jawab Dera dan Lim mengangguk mengerti.
Dera mengibaskan rambutnya yang sangat mengganggunya karena selalu menutupi separuh dari wajahnya. Ia tak terbiasa rambutnya digerai seperti ini, membuatnya gerah serta risih sebab beberapa helai rambutnya seperti menggelitiki tengkuknya.
"Cepet muter," perintah Lim pada Dera.
"Hah?"
"Cepet muter!" ulang Lim.
"Hah? Maksudnya?" Lim memegang kedua pundak Dera lalu memutar tubuh gadis itu membelakanginya. Ia mengeluarkan karet gelang dari sakunya kemudian menguncir rambut Dera.
"Dah, selesai!" Lim memutar tubuh Dera lagi sehingga berhadapan dengannya. Gadis itu diam mematung karena baru kali ini ada seorang lelaki yang memegang serta menguncir rambutnya. Ia terlalu syok.
Tbc
30 spam komentar untuk double up 👉
Kalau gak tembus, yaudahlah nunggu ada mood buat nulis lagi. Mungkin 2/3 hari lagi.
Janlup, vote dan komen ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Bro [END] ✓
Ficção AdolescenteTentang Dera, gadis desa yang mati-matian mencari kakaknya di kota Jakarta. Saat sampai di sana, ia justru mengalami banyak kejadian yang tak terduga. Salah satunya menjadi anggota Ceron yang bermusuhan dengan Geng Mata Elang. Di kota Jakarta, ia bi...