—♪♪♪—
"Gue bakal ngelakuin banyak hal agar Dera jadi milik gue, termasuk membunuh orang yang berani menghalangi jalan gue!" Pria misterius itu mengeratkan jaketnya lalu berlari meninggalkan kawasan rumah Fiki diikuti beberapa pria di belakangnya yang berpakaian sama.
Dera berjalan mendekati jendela karena netranya tak sengaja menangkap bayangan beberapa orang yang sedang berlari setelah seorang satpam memergokinya.
"Siapa kalian?" gumamnya pelan, namun masih mampu didengar orang di ruangan ini.
"Dera, lo anemia?" Fiki menghampiri gadis itu kemudian menarik lengan Dera membawanya untuk duduk di tepi ranjang. Gadis itu menurut saja, toh tubuhnya juga masih lemas serta pikirannya masih tertuju kepada pria-pria misterius itu.
"Amnesia tolol," tukas Samuel menyentil kepala Fiki.
"Itu yang gue maksud. Lo gak inget kami semua?" tanya Fiki menatap lekat wajah Dera. Semua orang tampak menunggu jawaban apa yang akan dilontarkan gadis itu. Mereka sangat khawatir sekaligus takut jika benar mengalami amnesia.
Karena tak kunjung memberikan jawaban, Lim menepuk pelan pundak Dera menyadarkan dari lamunannya. Dera tersentak lalu mengamati satu-persatu wajah-wajah yang menampakkan perasaan khawatir.
"Ada apa?"
"Lo amnesia?" ulang Fiki.
Dera tertawa renyah menanggapi pertanyaan konyol dari sahabatnya, "Ya nggaklah!"
♪♪♪
Setelah dua mingguan tidak melakukan pertemuan, Ceron siang hari ini berkumpul sesuai perintah dari Niel. Menurut desas-desus yang terdengar, leader Ceron tersebut hendak menyidang seseorang yang terancam dikeluarkan dari Ceron.
Saat gerombolan Fiki yang terdiri dari Dera, Samuel, Rangga, Ardi serta Azzam datang mereka langsung mendapat tatapan tajam dari anggota Ceron. Eh ralat, hanya Fiki yang ditatap tajam semua orang di gedung ini.
Setelah semua orang didisiplinkan oleh Gio, Niel datang sambil menyeret sebuah balok kayu serta tangan kirinya meremas beberapa foto yang memperlihatkan bukti kejahatan dari salah satu anggota Ceron.
Niel berdiri di samping Gio lalu melempar balok kayu tersebut di tengah-tengah barisan. Sontak anggota Ceron terkejut lalu menatap Niel dengan raut wajah kebingungan. Ada apa dengan Niel?
"Bawa balok kayu itu kemari!" perintah Niel. Tetapi, tidak ada satupun orang yang berani bergerak.
"Gue bilang, bawa balok itu kemari!" bentak Niel membuat semua terkejut lagi. Kebetulan balok itu tidak jauh dari tempat berdirinya Dera, gadis itu memungutnya lalu memberikan pada Niel.
"Apa kamu gak punya kaki sama tangan sih? Kenapa mesti nyuruh kami mengambilnya?" tanya Dera tepat di hadapan Niel. Lelaki itu hanya diam tak ada niat menjawab pertanyaan Dera, ia hanya mengulurkan beberapa foto yang sedari tadi ia remas.
Dera menerima foto itu dengan kesal. Seketika perasaan kesalnya hilang tergantikan perasaan terkejut sekaligus marah. Mulutnya menganga melihat foto yang ia pegang. Tangannya bergetar, gadis itu tak mampu melihatnya lagi, ia mendatangi Fiki lalu melempar beberapa foto itu tepat di wajah lelaki itu.
Ia berlari dengan bulir-bulir air mata yang terus keluar dari pelupuk matanya. Entahlah, ia merasa sangat marah sekaligus tak terima. Fiki hendak mengejarnya, namun suara Niel menginterupsinya agar tetap di sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me & Bro [END] ✓
Teen FictionTentang Dera, gadis desa yang mati-matian mencari kakaknya di kota Jakarta. Saat sampai di sana, ia justru mengalami banyak kejadian yang tak terduga. Salah satunya menjadi anggota Ceron yang bermusuhan dengan Geng Mata Elang. Di kota Jakarta, ia bi...