"Changbin, nih gaji kamu bulan ini."
Senyum Changbin melebar, melihat amplop putih ditangan bos-nya yang sedang berkunjung ke minimarket tempat ia bekerja. "Waduh, makasih banyak, Pak Bos!" seru Changbin semangat, mengambil amplop putih berisi uang gajinya bulan ini.
"Kerja kamu bagus akhir-akhir ini, sudah tidak kaku kaya dulu. Ingat semua nama barang, dan ngomongnya tidak belibet."
"Ya 'kan dulu baru, Pak Bos. Sekarang mah saya udah bisa karena terbiasa. Enam bulan di sini, lumayan lah."
"Tingkatin lagi ya kerjanya."
"Baik, Pak Bos."
Sepeninggalan Bos-nya dari hadapannya, Changbin bergegas menuju loker kerjanya, bersiap untuk pulang dari minimarket yang sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Beberapa teman seperjuangan Changbin yang juga menjadi pegawai di minimarket tersebut, menyapa Changbin dengan wajah lelah sekaligus cerah karena baru saja gajian. Berbagi cerita sedikit untuk hari ini yang mereka alami, mulai dari para pelanggan atau tukang parkir yang sedikit menyebalkan; atau anak-anak jalanan yang masuk ke dalam minimarket untuk meminta minum; hingga kucing yang masuk ke dalam dan merobek bungkus makanan khusus kucing.
Changbin ikut tertawa mendengarnya, sembari membereskan bawaannya dan menaruh uang gajinya ditas, lalu memakai jaket hendak keluar dari ruangan khusus pekerja, tak lupa ia pamit dengan beberapa pegawai.
Saat ia berjalan keluar menuju tempat parkir untuk mengambil motor vespa kesayangannya, sosok pria besar dengan setelan pakaian formal hitam, duduk di atas motor Changbin dengan rokok di jemarinya.
"Lama amat lo kerja."
Netra Changbin membelalak, melihat sosok kakak laki-lakinya di sana, "Mas ... ngapain?"
"Mampir." Pria itu membuat puntung rokoknya ke jalan, "Tiga jam gue di sini."
"Siapa suruh?" ketus Changbin. Ia menarik pelan kakaknya itu dari atas motor untuk turun, "Awas ah! Adek capek, Mas, Mau balik!"
"Ikut gue aja sih," tawar pria itu seraya mengusak surai hitam Changbin.
"Adek bawa motor, Mas."
"Motornya biar di bawa sama Yanto."
"Mas..."
"Bin..."
"Mas, gue––"
"Gue?"
Changbin mendengus, "Mas Baekho ... adek bawa motor!"
Pria itu--Baekho, mencubit hidung Changbin, seraya memukul pelan pundak laki-laki bersurai undercut itu yang menatap Baekho sebal. "Ikut. Gue. Ti. Tik."
Kalimat Baekho dibalas decakan keras dari Changbin yang langsung menyerahkan kunci motornya ke Yanto--supir pribadi Baekho yang keluar dari kursi kemudi mobil--yang terparkir di belakang motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Railroads
FanfictionMencari pilihan itu bukan suatu perkara mudah; kalau bisa memilih, mungkin Hitomi Yoon bisa saja sudah membunuh dirinya sendiri dari lama karena tuntutan sang ibunda. Mencari pilihan itu sebenarnya cukup mudah; Changbin Seo memilih untuk keluar dari...