Mencari pilihan itu bukan suatu perkara mudah; kalau bisa memilih, mungkin Hitomi Yoon bisa saja sudah membunuh dirinya sendiri dari lama karena tuntutan sang ibunda.
Mencari pilihan itu sebenarnya cukup mudah; Changbin Seo memilih untuk keluar dari...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Assalamu'alaikum, aku pulang."
Sambil menutup pintu rumah yang tadi ia buka, Hitomi langsung melepas sepatu dan kaos kakinya, meletakkan sepatunya di rak dekat pintu, dan hendak berjalan menuju kamarnya seraya membenarkan poninya yang basah karena hujan. Kaki Hitomi langsung berhenti di ruang tamu setelah melihat sang ibu, duduk dengan santai sambil merokok dan menaikan kedua kakinya ke atas meja. Kemudian Hitomi langsung menunduk saat ditatap oleh sang ibu.
"Dari mana?"
"S-sekolah, Bu."
Wanita dengan puntung rokok dijemarinya itu malah berdecak, "Sekolah apaan yang pulang jam lima sore?"
"T-tadi aku penyuluhan ekskul PMR dulu, mau ada pelantikan OSIS jadi aku--"
"Ribet!" Sang ibu, Eunbi––menyemburkan asap rokoknya kasar, "gue nyuruh lo sekolah aja yang bener, gak usah macem-macem!"
Hitomi menelan salivanya berat, "Ekskul ini buat rapor juga, Bu. N-nanti aku gak ada nilai ekskul."
Eunbi terlihat menghisap rokoknya yang tersisa setengah seraya berdiri menghampiri Hitomi, yang masih menunduk sambil memundurkan langkahnya pelan-pelan, "Kalo lo gak dikasih nilai, langsung bilang gue. Kepsek lo tinggal gue entot juga nilai lo bakal sempurna."
Masih sambil menunduk, Hitomi meremas ujung roknya. Ia ketakutan. Keringatnya mengucur dari dahinya sampai membuat mata gadis itu kemasukan air keringat,
"Gue udah ngingetin lo berkali-kali, jangan pulang lebih dari jam empat sore!" teriak Eunbi di depan Hitomi yang masih menunduk sambil memejamkan kedua matanya. "Kita kerja! Pelanggan berdatangan! Apalagi pas lo masuk, duit kita jadi nambah!"
"M-maafin aku, Bu."
Eunbi melempar puntung rokoknya ke lantai lalu menghembuskan asap yang ada di mulutnya ke wajah Hitomi, "Cepet mandi, ganti baju, dandan yang cantik! Pelanggan lo sekarang direktur utama perusahaan paling besar di negara ini. Jangan malu-maluin gue!"
Tanpa menjawab, Hitomi langsung bergegas masuk ke dalam kamarnya di lantai dua. Gadis itu bahkan hampir tersandung karena matanya yang perih kemasukan air keringat ditambah dengan air matanya yang mendesak keluar.
Dibukanya pintu kamar gadis itu dan langsung masuk ke dalamnya. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di balik pintu sambil memeluk kedua lututnya. Ia menggigit tangannya sendiri untuk menahan suara tangisannya.
Inilah yang ia sebut dengan neraka. Sang ibu, Eunbi berusaha untuk menyeret Hitomi terjun ke dalam pekerjaan dan dunianya. Dunia yang sangat sekali ingin Hitomi buang jauh-jauh dari depan matanya.
Eunbi menjadikan Hitomi sebagai wanita penghibur di sebuah klub malam di kota. Hanya sekedar menemani pelanggan untuk minum atau menemani bermain di casino yang tersedia di klub. Dengan embel-embel masih fresh yang Eunbi selalu bilang pada para pelanggan, Hitomi jadi laris manis dikalangan pria dewasa––pelanggan tetap maupun pelanggan baru di klub itu.