Menjelang malam pada hari sabtu yang sedang hujan deras ini, tak membuat Hitomi bisa bolos dari pekerjaannya. Make up sudah ia bubuhkan ke wajahnya, gaun malam tak berlengan berwarna merah dengan aksen gliter, menambahkan sisi seksi dari Hitomi. Gaun ini pemberian dari Eunbi pada ulang tahunnya bulan kemarin, baru saja ia pakai karena Eunbi yang minta.
Hari ini ada tamu spesial, katanya. Jadi Eunbi meminta Hitomi mengenakan gaun yang ia berikan agar 'si pelanggan' menyukai penampilan Hitomi malam ini.
Gadis itu menghela napas, melihat tubuhnya sendiri di depan cermin. Baginya, gaun ini terlalu pendek, bentuk tubuhnya terlalu terlihat, apalagi bentuk lengannya yang kecil dan bokongnya yang padat. Eunbi seakan lupa juga tak menghiraukan kejadian Hitomi yang hampir saja diperkosa si supir.
Ponsel Hitomi bergetar, menampilkan pop-out notifikasi yang terlihat dilayar. Dari Changbin. Hitomi makin ingin menangis dibuatnya.
Dua bulan sudah Hitomi mengenal anak itu, dua bulan juga ia masih merahasiakan pekerjaannya. Padahal Hitomi sudah berjanji pada Nakyung untuk menceritakannya sebelum Changbin tau sendiri. Ia takut Changbin akan membencinya, bahkan menjauhinya karena menganggap Hitomi bukan perempuan baik-baik.
Ponselnya kembali bergetar, kembali menampilkan pop-out notifikasi dari Changbin. Laki-laki itu jadi sering mengiriminya pesan akhir-akhir ini. Hitomi tau, laki-laki itu sudah putus dari pacarnya. Mungkin hal itu yang membuat Changbin jadi getol menghubunginya.
Seperti sekarang, ponsel Hitomi bergetar panjang, menandakan adanya panggilan masuk di sana. Nama 'Kakak Tembem' muncul, membuat Hitomi tersenyum. Meskipun gadis itu tidak bisa mengangkat panggilannya untuk sekarang.
"Hitomi!" Suara bantingan pintu kamarnya, membuat gadis itu tersentak, melihat Eunbi di sana terengah. "Pak Baekho!"
"Pak Baekho?"
"Pak Baekho di luar!"
Hitomi mengernyit, ia berlari kecil keluar kamar, menuju pintu rumah yang terbuka. Sosok tegap pria yang dibalut pakaian formal serba hitam, membelakangi pintu rumahnya, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sambil bersiul dan sesekali merapikan rambutnya ke belakang.
"Pak Baekho?"
Pria itu menoleh, sambil menampilkan senyuman manis yang dilayangkan untuknya, "Hei."
"Ngapain, Pak?"
"Mampir aja."
"Masuk, Pak..."
Baekho malah menggeleng, "Gak usah. Saya cuma mampir aja mau lihat kamu."
Jawabannya malah membuat Hitomi makin kebingungan, "Liat saya?"
"Kamu gak bisa pake baju lebih beneran dikit?"
"Saya mau kerja, Pak."
"Kalo gitu, gak usah kerja."
Sikap Baekho yang aneh itu membuat Hitomi menoleh ke sang ibu yang berada di belakangnya, Eunbi hanya diam tanpa kata, sama kagetnya dengan Hitomi yang tidak tau harus melakukan apa dengan pria berbadan besar ini.
"Saya harus kerja, Pak."
"Gak usah." Baekho kemudian melirik Eunbi di dalam rumah, "Heh! Sini!"
Merasa dipanggil, Eunbi berjalan pelan menuju pintu rumah dan melirik Baekho sinis, "Gak bisa sopan ya? Mentang-mentang orang kaya."
"Dia gak usah kerja," kata Baekho menunjuk wajah Hitomi. "Diem-diem aja di rumah."
"Kenapa gitu? Situ punya hak apa emangnya sama Hitomi? Maen larang-larang aja. Dia udah dibayar mahal sama––"
"Sama Pak Han? Anggota Kepresidenan itu? Tenang. Dia udah saya urus."
"Bapak tau dari mana pelanggannya Hitomi si Tuan Han? Siapa yang ngasih tau?" Hitomi melihat wajah Eunbi sudah kaget dan Baekho yang membalasnya dengan seringai.
"Pokoknya, saya gak mau dia ... kerja," tegas Baekho yang lagi-lagi jari telunjuknya ditunjukkan ke wajah Hitomi, membuat gadis itu merasa terintimidasi dan sedikit takut dengan perangai pria itu.
"Kenapa saya gak boleh kerja?"
"Kata siapa gak boleh?
Hitomi mengembuskan napasnya kasar dan menatap pria itu sebal, "Kamu! Kamu gak ngebolehin saya kerja, maksudnya apa?"
"Gak boleh kerja di tempat itu! Bukannya gak boleh kerja!"
Hitomi berdecak, "Gak jelas!"
"Abis itu kamu harus terima kasih sama saya!"
Baekho kemudian pergi bergitu saja dari hadapan Hitomi dan masuk ke dalam mobil yang terparkir di depan rumah. Mobil itu melesat pergi, membuat Hitomi dan Eunbi yang masih berada di depan pintu kebingungan setengah mati.
Deringan telepon terdengar dari ruang tamu, Eunbi menghampirinya, menyuruh Hitomi untuk menutup pintu rumah terlebih dahulu.
Hitomi bingung dengan Baekho, pria yang sudah dua kali menjadi pelanggannya di klub. Setelah ia menyelamatkan Hitomi dan pemerkosaan yang terjadi, Baekho tak lagi memesan atau berkunjung ke klub. Aneh sekali pikirnya, tidak mungkin juga ada pria aneh yang memiliki sikap seperti itu.
"Hitomi!"
Panggilan keras dari ruang tamu, membuatnya menoleh. Wajah Eunbi begitu kaget, tak henti-hentinya Eunbi memijit pelipisnya. Hitomi yang sama bingungnya, menghampiri Eunbi yang sedang berusaha untuk duduk di sofa. "Ibu kenapa?"
"Lo dipecat."
Air muka Hitomi berubah menjadi cerah, walaupun tetap memasang wajah sok kaget di depan Eunbi yang uring-uringan di atas sofa. "Pak Seokjin ngasih tau gue kalo lo dipecat dari klub, Pak Han juga ngebatalin pemesanannya, terus juga lo gak boleh ikut kerja lagi di sana. Anjing! Kok bisa sih?"
Hitomi ikut duduk di sofa, sebuah senyum tipis di tampilkan di wajah Hitomi. Ia... senang. Sangat senang. Dipecatnya dari klub adalah sebuah mimpi yang akhirnya tercapai. Tak ada lagi gaun malam seksi yang membalut tubuhnya, ia akan menjadi remaja pada umumnya yang sibuk dengan sekolah dan belajar, atau bahkan sibuk dengan kisah percintaannya yang mungkin saja akan terjalin sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Railroads
FanfictionMencari pilihan itu bukan suatu perkara mudah; kalau bisa memilih, mungkin Hitomi Yoon bisa saja sudah membunuh dirinya sendiri dari lama karena tuntutan sang ibunda. Mencari pilihan itu sebenarnya cukup mudah; Changbin Seo memilih untuk keluar dari...