36. Pelakunya

123 16 5
                                    

Pada dasarnya berbuat baik akan mendatangkan sebuah balasan yang sama baiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada dasarnya berbuat baik akan mendatangkan sebuah balasan yang sama baiknya. Dan yang kita ketahui pula jika berbuat kejahatan, balasannya akan sama buruknya sesuai perbuatan yang pernah dilakukan atau bisa lebih jahat dari yang kita duga. Tapi bagaimana jika selama ini perbuatan baik yang kita lakukan belum mendapat balasan yang setimpal? Siapa yang harus disalahkan? Diri sendiri? Orang lain? Atau bahkan, Tuhan?

Kardus berukuran sedang yang berada di depan kafe milik Hyunjin, membuat Hyunjin dan para karyawannya pening bukan main. Apalagi saat dibuka isinya adalah bangkai burung gagak yang sudah membusuk. Di paling atas bangkai itu ada kertas dengan tulisan, 'HITOMI YOON' begitu besar dengan huruf kapital berwarna merah, juga bercak darah disekitar kertas.

Changbin juga berada di sana; baru saja pulang sekolah berniat mengantar Hitomi untuk bekerja, langsung mengumpat seada-adanya. Napasnya menghela berat, merogoh saku celana mengambil ponsel, menekan panggilan ke kontak sang kakak laki-lakinya yang ia masukkan ke dalam daftar favorit. Untung saja langsung diangkat dengan cepat.

"Mas, ada kiriman bangkai lagi di kafe tempat Hitomi kerja," ujar Changbin, "aku share-loc, Mas ke sini langsung."

Setelah melakukan panggilan dan meletakkan ponselnya kembali ke dalam saku celana, Changbin berjalan masuk ke dalam kafe, menghampiri Hitomi yang termenung dengan wajah sendu di bangku kafe dengan karyawan perempuan di sebelahnya.

"Adek..." Hitomi menengok ke arah Changbin, lesu. Tak ada gairah sama sekali melihat Changbin yang berjongkok di hadapannya, membelai kedua lutut Hitomi dengan lembut serta mengecupnya pelan tanpa ada penolakan atau tawa.

"Kak Mi, gue tinggal ya." Ningning––karyawan perempuan yang tadi menemaninya, berdiri untuk berbaur dengan karyawan lain yang menatap Hitomi iba dari kejauhan.

"Adek..." panggil Changbin sekali lagi.

"Kak..." Suara pelan Hitomi keluar, yang kemudian menatap Changbin dengan gumpalan air mata yang hampir tumpah. "Capek..."

Lolos sudah air mata yang sedari tadi Hitomi tahan. Tubuh Changbin berdiri, mendudukkannya di samping Hitomi dan merengkuhnya dengan erat. Ceruk leher Changbin basah olehnya, suara isakan keras yang keluar dari bibir kekasihnya itu membuat Changbin benar-benar sedih.

"Kakak di sini, Adek." Changbin ingin sekali semuanya berakhir, ia tak ingin melihat Hitomi sedih seperti ini. Ia tak ingin Hitomi merasa terancam, ia juga tidak ingin Hitomi dalam bahaya. Changbin ingin cepat-cepat mengakhiri semuanya.

Kafe Hyunjin hari ini diliburkan, bau tak sedap dari bangkai burung gagak yang tak sedikit itu, membuat Hyunjin akhirnya memutuskan menutup kafenya untuk hari ini saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafe Hyunjin hari ini diliburkan, bau tak sedap dari bangkai burung gagak yang tak sedikit itu, membuat Hyunjin akhirnya memutuskan menutup kafenya untuk hari ini saja. Dibantu dengan beberapa karyawannya; Hyunsuk, Yoshi, Ningning, dan Beomgyu, yang untung saja kedapatan mendapatkan shift yang sama di hari rabu sore.

Hitomi membantu merapikan meja-meja yang sebelumnya telah disiapkan Beomgyu dan Yoshi saat buka kafe. Sayang sekali tenaga mereka sia-sia akan hal itu, Hitomi jadi merasa bersalah.

"Gyu, maafin aku."

Mata Beomgyu yang sedang membersihkan meja kasir langsung membola, "Lah, minta maaf kenapa?"

"Hari ini..."

"Ya elah, Mi. Kaga ngapa-ngapa, asli. Namanya nolong orang mah."

"Aku gak enak..."

Beomgyu terkekeh pelan, "Kasih kucing kalo gak enak."

"Hitomi!"

Kepala Hitomi menoleh ke arah pria berambut gondrong yang baru masuk ke dalam kafe, "Kak Ren!"

Pria itu memeluknya erat, mengusap-usap punggung Hitomi lembut dan membelai surainya dengan pelan, "Kuat ya, Mi. Bentar lagi kok, bentar lagi."

Hitomi tak paham, tapi ia hanya diam. Ia melihat Baekho sedang berbicara dengan Changbin dan Hyunjin di depan kafe, Hyunjin juga sedng berkutat dengan laptopnya. Ada dua orang pria berbadan besar yang berada di belakang Baekho. Hitomi ingat wajah dua orang pria itu, mereka yang pernah bersama Baekho di parkiran klub saat Baekho menolongnya.

"Itu pengawal Pak Baekho?"

Pelukannya Ren lepas, ia melihat dua pria besar yang Hitomi lihat di belakang Baekho. "Iya, bodyguard kesayangan Baekho. Udah dari jaman SMP tuh." Mata Ren kembali dialihkan ke Hitomi, "Baekho udah nemu bukti dari dua orang yang ngirim bangkai ke rumah kamu sama butik Nyonya Seo, semuanya emang ngarah ke adik iparnya itu. Cuma Baekho masih harus bukti kongkret lagi yang lebih spesifik."

"Contohnya, Kak?"

"Dari iparnya langsung. Pengawal Baekho udah dikerahin buat nyelidikin kehidupan iparnya itu diluar rumah. Katanya sih rada susah, soalnya pengawal iparnya ini sama banyaknya kaya punya Baekho dan sama-sama punya kemampuan hebat juga."

Kepala Hitomi tertunduk, "Aku ... jadi ngerepotin semua orang gini."

"Hitomi, dengerin aku ya..." Dagu Hitomi dinaikkan oleh tangan Ren, pria gondrong itu menatap langsung kedua mata sang puan dengan intens sambil tersenyum, "Ini bukan tentang kamu aja, Cantik. Aku juga terancam. Selain untuk Changbin, Baekho juga ngelakuin ini demi aku, demi Nyonya Seo juga, demi adik perempuannya juga. Kamu gak bikin repot, Hitomi. Malah kamu yang buat semuanya jadi terbongkar, jadi gampang dilacak, dan mudah untuk dipahami pattern-nya kaya gimana. Udah takdir kamu ada di sini."

"Aku gak mau kamu sedih dan menyalahkan diri kamu. Semuanya bukan salah samu, Mi. Harusnya aku yang minta maaf sama kamu karena udah bikin kamu terjebak disituasi ini. Aku, Jisung, Eunbi, Mbak Irene, Kak Seokjin, semuanya salah kita. Dan karena aku yang masih hidup di sini, aku bakal tanggung jawab," pungkas Ren yang merengkuh kembali Hitomi.

Gadis itu sudah menangis lagi, Tak tau apa yang harus ia perbuat lagi selain menangis. Benar kata Ren, Hitomi memang tidak salah. Ia hanya menjadi seorang korban yang mewarisi dosa dan kesalahan orang tuanya di masa lalu. Dan Ren berusaha untuk melindungi Hitomi, sebagaimana ia tahu Hitomi adalah anak dari sahabatnya, Eunbi. Dibantu Baekho, kekasihnya itu dan Changbin, adiknya Baekho yang merupakan kekasihnya Hitomi.

"KETEMU!"

Teriakan Hyunjin memenuhi ruangan. Baik Hitomi, Ren bahkan Beomgyu dan para karyawan lainnya juga ikut terperanjat. Hitomi melihat kearah mereka, khususnya Changbin yang mengepalkan kedua tangannya kemudian berkacak pinggang. Baekho yang berada di sampingnya melakukan hal yang sama.

"Urus!" desis Baekho ke dua pria besar yang merupakan pengawalnya itu. "Gue mau semua kelar! Malem. Ini."

"Siap, Tuan!"

Mata Hitomi kemudian bertemu dengan Changbin, laki-laki itu berjalan cepat menuju Hitomi dan langsung memeluknya erat. "Adek..."

"Kak ... kenapa?"

Napas Changbin berhembus berat, kemudian berkata, "Yohan. Yohan yang kirim kardus bangkai gagak ke sini."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] RailroadsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang