26. Kehidupan Baru

109 22 8
                                    

Gedung SMA 8 di depan HItomi sekarang terlihat begitu megah, meskipun tidak semegah gedung sekolahnya dulu di sekolah awéwé atau aslinya bernama Yayasan Sekolah Menengah Daraloka, sekolah swasta khusus perempuan satu-satunya yang berada di kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gedung SMA 8 di depan HItomi sekarang terlihat begitu megah, meskipun tidak semegah gedung sekolahnya dulu di sekolah awéwé atau aslinya bernama Yayasan Sekolah Menengah Daraloka, sekolah swasta khusus perempuan satu-satunya yang berada di kota. Namun, Hitomi senang. Apalagi Chaeryeong menemaninya masuk sebagai murid baru di pertengahan semester di SMA 8.

Kejadian meninggalnya Eunbi yang terlalu mendadak bulan lalu itu membuat Hitomi begitu kalut dan sibuk dengan beberapa hal. Seperti mengurus sekolah baru atas permintaan Baekho, kerja part-time di kafe milik Hyunjin, bahkan mengurus kepindahan dari rumahnya untuk membayar hutang. Gadis itu baru mengetahui hutang sang ayah masih rutin dibayar oleh Eunbi, dan sekarang Hitomi lah yang harus melanjutnya, dan pilihan Hitomi untuk melunasi hutang sang ayah adalah menjual rumah miliknya itu, untung saja bisa laku dengan cepat berkat bantuan Baekho yang memiliki banyak koneksi.

Hitomi baru saja turun dari motor Changbin, menjejakkan tungkainya di parkiran SMA 8 yang ramai orang. Pandangan mata tertuju pada gadis tembem memakai oversized hoodie berwarna merah bertuliskan '12A' di punggungnya, seperti entah sekedar memuji karena paras manis gadis itu, atau menanyakan identitas gadis itu yang begitu asing di mata mereka, atau sedang mencari bahan gosip karena gadis itu turun dari motor Vespa Changbin––yang notabenenya adalah siswa paling dikenal diseluruh warga sekolah, juga karena si gadis tembam itu memakai hoodie kelas milik Changbin.

"Hitomi!" Hitomi menoleh ke suara perempuan yang baru saja turun dari motor NMAX milik laki-laki tinggi yang sedang membuka helm. 

Kemudian Hitomi melambaikan tangannya untuk menyapa, "Nakyung! Kak Yeonjun!"

"Dek," panggil Changbin yang turun dari motornya, "kamu mau nunggu Chaeryeong dateng, apa langsung ke ruang guru?"

"Nunggu Chaeryeong dulu aja, Kak."

"Yaudah." Changbin menyelipkan rambut ke dua telinga dengan kedua tangannya dan menuntun Hitomi untuk keluar dari parkiran dengan suara heboh dari beberapa siswa yang berada di sana. "Kata Mas Baekho, kamu nanti sekelas sama Chaeryeong, sama Jeongin juga."

"Hm ... oke. Kalo Nakyung sama Bomin, kelas berapa?"

"Kelas 11 IPA ... berapa ya? Kakak lupa."

Hitomi berjengit kaget, "Lho, mereka kelas sebelas?"

"Lho, emang gak di kasih tau sama mereka?"

"Enggak. Yah ... gak sopan dong aku dari pertama kenal manggil mereka pake nama?"

Changbin terkekeh setelahnya, "Ya ampun, Dek, beda setahun doang, kok. Mereka juga gak protes, 'kan?" katanya sambil mengacak rambut Hitomi. "Santai sama mereka mah."

Keduanya berjalan beriringan sampai bertemu dengan Nakyung dan juga Yeonjun, menunggu sebentar kedatangan Chaeryeong di depan gerbang. Tak berselang lama, Chaeryeong datang dengan motor Mio hijau, berbarengan dengan Jeongin yang mengendarai motor Mio merah di belakangnya. Keduanya langsung memarkirkan motornya dan menuju teman-temannya yang sedari tadi menunggu.

[✓] RailroadsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang