Hari ini, Hitomi sudah bersiap untuk pergi dengan Changbin. Semalam ia berusaha menghubungi Changbin untuk meminta maaf karena tidak membalas atau mengangkat teleponnya, tapi Changbin malah tidak mengangkatnya. Untung saja saat pagi hari, Changbin langsung menelpon Hitomi untuk mengajak anak itu jalan-jalan pagi dihari minggu, seperti biasanya.
"Lo tuh tiap minggu pagi jalan kemana sih sebenernya? Sama siapa?" Hitomi menoleh sambil tersenyum ke arah pintu kamar, menatap Eunbi yang bersedekap di depan dada dengan wajah heran.
"Ke alun-alun, Bu, sama temen."
"Temen apa demen?" sungut Eunbi yang menghampiri Hitomi di depan meja rias, "Awas aja lo kalo macem-macem sama anak laki."
"Enggak kok, Ibu. Tenang aja." Sempat tersentak pelan karena rambut Hitomi dipegang oleh Eunbi yang ternyata menyisirnya dan mengikatnya menjadi dua. Bibir Hitomi tersenyum senang, terkadang perlakuan sang ibu begitu manis walaupun kasar dalam lisan.
"Gue mau pergi sama Mbak Irene," katanya disela-sela menyisir rambut Hitomi. "Balik selasa."
"Lama banget, Bu. Mau kemana?"
Eunbi menggendikkan bahunya, "Gak tau, ada bisnis gitu. Pak Seokjin ngajak gue ke kota sebelah, nemenin bini-nya sekalian biar gak perempuan sendiri."
"Gak perempuan sendiri gimana? 'Kan ada Mbak Irene."
Eunbi malah berdecak, "Mbak Irene 'kan bini-nya Pak Seokjin gimana si lo."
"Lho? Iya tah? Baru tau aku, Bu," sahut Hitomi dengan kaget, "Aku tau mereka deket, tapi gak tau kalo mereka udah nikah. Masa Pak Seokjin biarin istrinya kerja di klub?"
"Namanya juga butuh duit," acuh Eunbi yang menyelipkan anak rambut Hitomi ke telinga. "Lo makanya cari laki yang kaya raya, jangan mau hidup susah. Gak liat ini emak lo hidup susah ngurusin lo gegara utang bapak lo di mana-mana?"
Bibir Hitomi hanya mengulas senyum tipis, "Masih lama, Bu. Aku masih kelas sepuluh."
"Cari dari sekarang, pas lulus sekolah tinggal dinikahin."
"Janganlah, Bu. Kecepetan."
Eunbi berdecak lagi, bangkit dari duduknya sambil bercermin di meja rias Hitomi, "Dah lah, gue mau berangkat. Lo jangan nginep-in laki di rumah. Awas aja lo!"
"Ya Allah, Bu. Enggak bakal."
Setelah Eunbi keluar dari kamar Hitomi, ponsel gadis itu bergetar. Melihat nama 'Kak Tembem' di layar yang melakukan panggilan, dan Hitomi langsung mengangkatnya.
"Halo, Kak?"
"Halo, Adek. Jangan marah ya."
"Kenapa, Kak? Gak jadi main?"
Diseberang sana, Changbin malah terkekeh. "Jadi dong, Kakak udah di depan rumah."
"Lho?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Railroads
FanfictionMencari pilihan itu bukan suatu perkara mudah; kalau bisa memilih, mungkin Hitomi Yoon bisa saja sudah membunuh dirinya sendiri dari lama karena tuntutan sang ibunda. Mencari pilihan itu sebenarnya cukup mudah; Changbin Seo memilih untuk keluar dari...