Sekarang ia berada di ruang ganti. Dewa mengambil handuk kecil didalam lokernya, kelasnya baru saja selesai praktek dilapangan indoor, karena pelajaran Olahraga menyangkut Ilmu Beladiri Karate.
"Tadi sebelum ke lapangan lo kemana Wa?, gue cari" Ucap Gavin sambil mengambil seragamnya.
"Gue ada urusan" Balasnya
"Lo sebenarnya ada hubungan apasih sama- siapa tuh namanya" Ucap Rio berpikir.
"Maksud lo si Davira?" Jawab Gavin.
"Iya!, itu- lo suka ya Wa sama Davira?" Tanyanya kearah Dewa yang masih setia berdiri didepan lokernya melihat foto yang sengaja ia gantung dibagian dalam lokernya.
"Wa lo kenapa sih?" Ucap Gavin karena tidak mendapat respon dari Dewa.
"Wah kesambet nih anak"
"Udah Vin. Tenang aja, udah biasa" Ucap Rio berencana berdiri dari kursi yang tersedia didalam ruangan tersebut.
Murid-murid yang lain sibuk dengan urusannya masing-masing sampai seseorang masuk dengan membuka pintu secara kasar, hal itu membuat beberapa murid terlonjak kaget tetapi melihat siapa penyebabnya mereka memilih diam.
"Gue minta kalian semua keluar" Ucap lelaki tersebut membuat Dewa berbalik dan menatapnya santai. Seluruh murid di dalam ruangan merasa bingung sekaligus takut melihat Andaru.
"Gue mau bicara sama Dewa" Ucapnya menatap Dewa entah apa arti tatapannya. Mau tidak mau sebagian murid mulai keluar satu per satu. Gavin dan juga Rio menatap Dewa meminta persetujuan, Dewa mengangguk santai akhirnya mereka berdua ikut keluar.
"Lo masih sama seperti dulu" Ucap Dewa bersidekap. "Kekanak-kanakan" Lanjutnya.
Andaru diam dia menatap Dewa menunggunya selesai berbicara.
"Lo gak harus ngusir mereka"
Andaru tersenyum miring, ia memasukkan tangannya kedalam saku celana.
"Gue mau bicara dan mereka gak harus dengar"
Ucap Andaru. "Atau mereka memang boleh dengar?" Tanyanya menatap Dewa yang hanya diam."Gue rasa lo udah lupa sama masalalu kita" Lanjutnya lagi.
"Luka lo aja belum kering, jangan nantangin gue" Ucap Dewa ia terlalu malas mendengar ucapan Andaru barusan. "Lo mau berkelahi di sini?" Lanjutnya.
Andaru sempat tertawa. "Kita bukan anak kecil lagi" Balasnya.
"Terus, lo mau apa?" Ucap Dewa jengah.
"Jauhin Davira, gue tahu alasan lo dekatin dia" Ucap Andaru menatap Dewa serius.
"Jauhin?, bukannya lo yang harusnya ngejauhin dia?" Balas Dewa sinis, perkataan Dewa membuatnya teringat kembali wajah Davira yang kesakitan, ia menghela nafas gusar lantas kembali menatap Dewa.
"Gue kasih lo kesempatan, sebelum gue beritahu mereka kalau Dewa yang selama ini mereka kenal hanya seorang pembunuh" Ucap Andaru menekan kalimat terakhirnya
Dewa menatap Andaru tidak kalah serius wajahnya berubah, rahangnya mengeras ia berjalan mendekat ke arah Andaru, sekarang posisi mereka berhadapan.
"Gue sekarang ngerti arti kalimat, Menyalahkan orang lain gak serta merta membenarkan diri lo" Ucap Dewa menatap tajam Andaru.
"Gue gak tahu kenapa bisa percaya sama lo" Balas Andaru. "Gue rasa udah terlambat untuk kita berteman kembali" Lanjutnya
"Dan gue rasa lo gak perlu lagi penjelasan dari teman lo" Ucap Dewa menekan kalimat terakhirnya, mereka saling melempar tatapan tajam satu sama lain, ada luka di tatapan keduanya, mereka terlalu munafik untuk sekedar bercerita, mereka terlalu dibutakan oleh kenangan pahit masalalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic
Teen FictionDavira sekar, gadis cuek dengan parasnya yang manis tidak begitu peduli dengan sekitarnya tetapi membuat heboh satu sekolah. Kedatangannya di SMA Sanjaya membuat sang pentolan sekolah dengan sifatnya yang dingin, Meliriknya. Dia, Dewa Kananta merasa...