Chapter 7

139 12 0
                                    

"Hati diciptakan buta, karena ia tidak perlu melihat penampilan untuk bisa jatuh cinta.."

*****

Davira dan Raila sedang menikmati makanannya masing-masing sebelum tiba-tiba seseorang mengebrak meja mereka.

"Yang namanya Davira yang mana?" Tanya orang tersebut.

Ada nada meremehkan yang di keluarkan seseorang dengan baju yang sengaja di potong dan sangat melekat di tubuhnya serta kos kaki berwarna yang mencolok.

Meera,
kalau laki-laki mempunyai Dewa dan Ravin sebagai orang ditakuti di SMA SANJAYA perempuannya mempunyai Meera sebagai primadona ditakuti, gadis dengan banyak pengikut yang siap membantunya.

Meera dengan wajahnya yang cantik serta rambutnya yang bergelombang membuat dirinya menarik perhatian laki-laki dengan mudah, ia memiliki semua yang ia inginkan, teman yang ada untuk dirinya tapi lebih tepatnya kacung sih, sebagian ingin dekat serta akrab dengan Meera mereka mengejar popularitas di sekolah ini, mereka yakin akrab dengan primadona sekolah membuat dirinyapun ikut terkenal, tetapi semuanya tahu Meera tidak benar-benar menganggap mereka sebagai teman, ia hanya memanfaatkan saja.

Davira hanya melirik sekilas dan melanjutkan makannya, terlalu malas mengubris orang-orang tidak tau etika seperti perempuan ini, sedangkan Raila disampingnya benar-benar ketakutan.

"Eh! orang kalo ngomong tuh di liat, gak punya sopan santun yaa lo!" bentaknya dengan suaranya yang sudah meninggi.

"Gue lagi bicara!, lo benar-benar yah!" ia mengebrak dengan keras meja Davira, membuat dirinya sempat kaget sesaat, namun ia tetap pada aktivitasnya.

Raila menyenggol lengan Davira, tetapi tidak membuat dirinya berenti dari kegiatannya itu, lebih baik dirinya mengisi terlebih dahulu perutnya.

"Gak diajar lo sama orang tua lo?!, kurang ajar banget nih cewek"

Davira mendengus.

"Ngajarin orang sopan santun, ngomong aja gak benar" gumam Davira dengan suara kecil namun masih bisa di dengar, sontak hal tersebut membuat Meera naik pitam

Jujur Davira tidak ingin mencari masalah lagi, sudah cukup dirinya terjebak dengan hal yang tidak masuk akal di sekolah ini, ia ingin damai tidak tersorot sama sekali, ia begitu malas jika dirinya harus terlibat dengan orang-orang yang harus ia hindari, Davira ingin menyelesaikan masa SMA nya dengan tenang, agar dirinya bisa lulus tanpa catatan masalah sedikitpun.

Jika seperti ini, ia pasti akan berurusan dengan guru,ia memperhatikan sekitarnya, melihat bagaimana dirinya di kerumuni orang-orang yang kepo mengurusi hidup orang lain, bahkan diantara mereka tidak ada yang berniat sama sekali membantu dirinya.

Berulang kali Ia merasa bajunya di tarik oleh Raila untuk pergi saja, tetapi Davira hanya diam, ia tidak merasa bersalah lagipula bukannya ia akan lebih keliatan cupu kalau dirinya pergi bahkan dengan hal yang tidak ia lakukan, ia juga tidak tahu perempuan yang datang marah-marah ini sebernarnya kenapa, ia juga harus mengetahui alasannya.

"Ngomong apa lo barusan!" bentaknya sekali lagi, tapi Davira benar-benar malas untuk meladeni, ia tidak ingin kejadian ini membuat dirinya lagi-lagi menjadi sorotan, ia terlalu benci dengan situasi seperti ini.

"Eh cupu!, punya mulut gak lo?" Meera menendang meja Davira, membuat sang empunya merasa jengkel tetapi berusaha bersabar ,orang-orang yang melihat hal tersebut sontak saling berbisik dengan heboh.

•••

Di lain tempat, lebih tepatnya di pojok kantin, dengan beberapa laki-laki sedang menonton dari jauh hebohnya sebuah perkelahian.

"Siapa tuh?!" sahut rio bertanya.

"Biasalah si Meera palingan nyari sensasi lagi"

Dewa melirik sekilah bagaimana kejadian itu terjadi ia terlalu malas melihat perempun seperti Meera, ia juga bingung dengan perempuan satu itu yang sangat suka mencari perhatian, dan sering kali mengejarnya tidak tau malu.

"Si Meera primadona sekolah kan?, yang cantik itu?!" ujur Rio dengan tampangnya seperti orang yang begitu kaget, dan menghentikan kegiatan makannya sejenak.

"Lo santai aja dong, muncrat nih nasi lo!" sungutnya jengel dengan Rioyang terlalu berlebihan.

"Hehe sori, gue semangat nih dengar nama Meera" Rio meneguk minumnya.

"Alay lo!" Gavin menoyor pelan kepala rio.

"Loh, ini tuh Meera Vin! primadona sekolah kita--" Rio masih saja berlebihan, membuat Gavinjengkel sendiri.

"Terus kenapa?, Dewa aja yang dideketin mulu biasa aja tuh"

Ya, memang benar Meera sudah lama menyukai Dewa, pada saat itu, waktu mereka masih kelas sepuluh masih menjadi siswa baru, saat mos hari pertama Meera dengan parasnya yang cantik tertarik dengan Dewa, Meera secara terang-terangan mendekati Dewa, ia juga tertarik karena sifatnya yang dingin, membuat dirinya penasaran dengan sosok laki-laki seperti Dewa, jarang sekali ia susah untuk menarik perhatian lelaki, biasanya ia dengan gampang menarik perhatian laki-laki, bahkan tanpa bersusah payah pun semuanya sudah antri ingin dijadikan pacar olehnya.

Waktu itu Meera sangat yakin ia bisa menaklukan hati Si dingin yang tampan, tidak banyak juga yang mendukung keduanya karena mereka sama-sama berparas menawan, yang satu cantik dan satunya lagi ganteng, mereka sangat cocok.

Tetapi Dewa tidak begitu tertarik, ia bahkan malas meladeni perempuan seperti Meera perempuan yang menggunakan segala cara untuk menarik perhatian orang-orang itu membuat dirinya risih, waktu mos pun Dewa secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada perempuan itu, tetapi ia tidak mudah menyerah, Meera bersikeras mendekati Dewa untuk dijadikan pacarnya.

"Kalau lo gak mau Wa, kasi gue aja sayang banget cantik gitu" ujar Rio menjijikkan ditelinga Gavin.

"Cantik sih, tapi gayanya kek gitu, jijik gue" Gavin memang memiliki krateria sendiri, ia lebih menyukai peremuan kalem dan manis, yang memiliki keunggulan tersendiri dan yang penting mempunyai hati yang baik.

"Gue gak yakin lo ngomong kayak gitu kalo si Meera deketin lo langsung, paling lo juga kecantol." sahut Rio tidak mau kalah.

"Gak akan, sori gue bukan lo"

"Yaelah nih bocah, songong lo"

"Denger nih, ada dua tipe wanita, pertama menarik karena prestasi dan kedua menarik karena sensasi, nah perempuan yang lo bilang cantik itu menarik karena sensasi doang tapi otak gak ada, kalo disuruh pilih sih gue di option pertama." ujar Gavin panjang lebar.

"Apa kata lo aja dah, bisa nih gue ganti nama lo jadi Gavin teguh."

Gavin hanya mendengus malas, Dewa sendiri daritadi hanya menyimak tanpa ikut menimpali, ia melirik sekali lagi, sekarang suasana kantin tambah ribut dan semakin heboh.

brakkk

"Wahh udah mulai seru tuh,," sahut Rio sambil meminum es jeruk pesanannya tadi.

"Enak kali yah gue ikut nonton disana" tiba-tiba Rio nyeletuk membuat Gavin menoleh.

"Ngapain? gak! gak! jangan malu-maluin lo"

"Engga kok gue cuman mau nonton aja--"
Baru saha Rio ingin beranjak dari duduknya Dewa berdiri terlebih dahulu membuat Rio dan Gavin memandang heran.

"Eh, Wa! mau kemana lo?!" teriaknya ketika ia baru saja sadar kemana arah tujuan Dewa pergi.

Akhirnya mereka berdua pergi dan mengikuti arah tujuan Dewa sesekali mereka menarik satu-sama lain.

•••••

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang