Chapter 14

120 14 0
                                    


Mencegah jatuh hati lebih baik daripada mengobati patah hari

****

Pemandangan yang mereka lihat pertama kali ketika keluar dari kelas  adalah seorang perempuan dengan gugup dan risau sedang menggenggam sekotak kecil berisikan cake coklat yang melihatnya pasti akan tergiur ingin mencoba.

Lambang yang berwarna biru itu menandakan siswi tersebut kelas sepuluh, ada tiga lelaki di lapangan sekarang dan yang di tengah menjadi sumber pehatian semuanya. Semua siswi-siswi mendekat menyaksikan apa yang akan terjadi. Mereka semua ingin mengetahuinya, apa lagi ada Dewa di sana yang menjadi pusat perhatian orang-orang.

Di koridor lantai tiga dan dua juga sudah di penuhi dengan murid-murid, berhubung guru-guru sedang rapat maka mereka dengan bebas keluar dari kelas menyaksikan apa yang akan terjadi.Mereka semua penasaran apa yang akan perempuan dengan kotak bekal kecil di tangannya.

"Wa, gue serius kali ini jangan kasar,soalnya udah heboh nih, bahaya ntar" ucap Gavin menyenggol pelan lengan Dewa yang berdiri di sampingnya.

"Cantik loh Wa, gak mau lo?" sahut Rio memandang perempuan yang masih berdiri gugup di hadapannya.

Setelah beberapa lama akhirnya perempun tersebut memberanikan dirinya.

"Hm..waktu pertama aku liat kak Dewa, aku tidak peduli dengan semuanya, tentang apa yang orang bilang mengenai aku, aku jujur dari hati yang paling dalam kalau aku suka sama kak Dewa,aku sudah lama kagum dengan kakak, aku memberanikan diri berdiri disini untuk mengungkapkan yang selama ini ku pendam, Kak Dewa Mau Jadi Pacar Ku?" Ucap gadis itu dengan suara lembut miliknya, dalam satu tarikan nafas.

Sontak suara riuh saling bersahutan tentu saja hal itu membuat Heboh semua yang melihatnya, mereka dibuat melongo dengan apa yang perempuan itu baru saja lakukan, Mereka dibuat tidak percaya dengan apa yang baru mereka dengar.

"Serius nih..?"

"Kok gue kasihan sama dia.."

"Di tolak nih..kayak gak tau Dewa aja.."

"Bertambah nih orang-orang yang jadi korban Dewa!"

"Cewek kok gak ada malunya sih.."

"Gak tau deh mau taro dimana tuh muka!"

"Sok cantik!"

Celotehan saling bersahutan menimpali, mengejek perempuan itu.

Davira masih berada didalam kelas, kelasnya sudah kosong karena semua teman-temannya sudah berlari keluar, jujur ia juga bingung sebenarnya ada-apa.

"DAVIRA!, ikut gue sekarang, lo harus liat Kak Dewa baru aja di tembak!!"

Tiba-tiba Saja Raila datang sambil berteriak, ia langsung menarik Davira keluar dari kelas dan menyaksikan kejadian heboh tersebut, Raila membawa Davira turun ke lantai dua, sebenarnya Raila ingin turun ke lapangan agar bisa melihat secara dekat, tetapi Davira menolak dan mengatakan untuk melihat dari sini saja, bahkan ketika Davira baru saja datang ia masih bisa mendengar beberapa sahutan saling mengejek dan mencacimaki perempuan yang beridiri di bawah dengan tangan meremas pinggiran roknya.

Dewa hanya memberikan tatapan dinginnya, ia menghela nafas malas, kalau bukan teman-temannya menarik dirinya kelapangan sudah pasti ia tidak akan mendapatkan pengungkapan dari adik kelasnya seperi ini di pagi hari.

"Nama lo siapa?" ucap Dewa

"Prista Sanjani kak, aku buat kue untuk kakak di terima yah kak!" ucapnya sambil menyondorkan kotak bekal tersebut.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang