Bel tanda jam istirahat berbunyi, hari ini Raila tidak masuk karena ada acara keluarga katanya, sedangkan Vinca dan Kesya, mereka di panggil ke ruang guru untuk membawakan buku paket yang di suru oleh Bu Tikce. Davira bosan menunggu mereka berdua ia akhirnya menuju kantin seorang diri untuk mengisi perutnya.Murid-murid masih saja memandangnya namun itu menjadi hal biasa lagi bagi Davira, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam kantin yang sudah ramai.
Davira mencari kursi kosong untuk ia duduki, ketika mengedarkan pandangannya tidak sengaja ia melihat Nala duduk sendiri dengan makanan di hadapannya, akhirnya Davira melangkah untuk menemaninya.
Nala kaget melihat kursi disampingnya ditarik kemudian diduduki oleh seseorang, sesaat ia membulatkan matanya lantas melihat sekitar dengan gelisah.
"Gue numpang meja lo sebentar" Ucap Davira, meletakkan makanannya diatas meja.
"Hmm.. itu..anu.." Sahut perempuan itu gelisah.
"Kenapa?" Davira menatap Nala bingung.
"Jangan deh, Davira cari tempat lain aja." Ucap Nala sedikit ketakutan.
"Loh, gue gak boleh duduk di sini?" tanya Davira
Nala semakin bingung di tempat, ia juga semakin gelisah melirik sekitar, seperti berjaga-jaga ada seseorang yang datang.
"Gak boleh, Davira harus pergi, jangan duduk di sini" Ucapnya.
"Kenapa?" bingung Davira.
Belum sempat Nala menjawab ia sudah mendorong Davira untuk pergi dari tempatnya. Davira yang merasa ada yang aneh hanya berdiri dan berjalan menjauh. Belum sempat ia melangkahkan kakinya menjauh dari meja yang sempat ia duduki, seseorang telah duduk di sekitar Nala.
"Eh. Ganjen!, lo perlu apa di sini?" Ucap Meera, perempuan yang sedang duduk di hadapan Nala yang sekarang sedang menunduk ketakukan.
"Lo mau gabung?" Ucap teman Meera di samping Nala.
"Gue sih gak keberatan" Ucap Meera tersenyum sinis, sambil melihat kuku-kukunya yang diwarnai.
Davira berbalik tidak ingin berurusan dengan Meera dan teman-temannya.
"Makan La.., Gue dengar lo gak punya makanan di rumah kan? nih di habisin aja.." Ucap Meera yang dapat di dengar oleh Davira sekarang, mau tidak mau ia menghentikan langkahnya.
Davira kembali menghadap meja Nala dan Meera, disana ia melihat Meera dan teman-temannya sedang menumpahkan beberapa saos di baju yang dikenakan Nala. bahkan yang punya baju hanya diam sambil menunduk menahan tangisannya. Davira yang melihat itu merasa jengah, bahkan tidak ada satupun yang berani menolong Nala, mereka bahkan seakan tidak melihat Nala sekarang.
"Kalian! udah gila?" Ucap Davira melangkah maju ingin menolong Nala sebelum seseorang menarik tangannya dan membawanya menuju meja kantin yang jauh dari hadapan Meera dan teman-temannya.
"Gue udah bilang makan sama gue" Ucap Dewa, ya, orang itu adalah Dewa.
Meera melihat itu dengan kesal ia menatap tajam Davira yang sedang ditarik oleh Dewa.
"Lepas, mereka-" Ucap Davira berusaha melepas tangannya yang ditarik oleh Dewa.
"Lo mau ngebantu?" Tanya Dewa, ketika mereka sudah menjauh dari Meera dan teman-temannya. Dewa duduk dihadapannya.
Davira diam.
"Kalau lo mau baik-baik aja jangan ikut campur, dan makan sama gue dengan tenang" Lanjutnya.
"Karena ini? Karena ini lo ajak gue makan? bisa aja gue yang di posisi Nala? iya? lo bodoh kalau nganggap gue lemah Wa!" Ucap Davira dengan ekspresi yang sulit Dewa artikan.
Dewa diam ia hanya makan dengan santai.
"Lo udah tahu ini? jadi ini maksud peraturan yang Meera bilang? dia bisa bebas ngebully orang gitu?" Ucap Davira dengan kekesalan yang ia tahan.
Tiba-tiba seseorang datang menarik kursi untuk duduk disamping Davira.
"Gue gak tau, kenapa mereka hobi banget ngebully orang" Ucap Andaru yang baru saja duduk di samping Davira.
Davira sedikit kaget melihat itu ia menoleh kesamping dan kembali menoleh kedepan.
"Gue boleh duduk di sini?" Ucap Andaru jelas bukan kearahnya tetapi kearah Dewa.
"Lo boleh duduk ditempat lain" Ucap Dewa dingin.
"Gue baru dapat nafsu makan, kayaknya gue harus duduk sama lo" Ucap Andaru melirik Davira.
Davira membalas tatapan Andaru bingung, suasana tiba-tiba saja menjadi mencekam, Davira tidak tau sebenarnya ada-apa, kenapa mereka berdua seakan saling melempar tanda permusuhan. Karena tidak ingin berada di situasi yang membuat Davira resah ia ingin beranjak dari tempatnya.
"Gue pergi" ujar Davira berdiri dari kursinya.
"Enggak" Andaru menahan lengan Davira untuk pergi membuat Davira kembali duduk di tempatnya.
Dewa melihat itu dengan tatapan tajam tetapi tidak mengatakan apa-apa, Davira menyadari sesuatu tidak beres antara mereka berdua ia akhirnya mencairkan suasana.
"Yaudah, Gue makan" Ucap Davira mulai melahap makanannya berusaha mencaikan suasana antara Andaru dan juga Dewa.
"Selamat makan Davira." Ucap Andaru menopang kepalanya menghadap Davira , melirik Dewa sekilas lantas tersenyum kearah Davira hanya senyum tipis yang dapat membuat hati Davira seakan jungkir balik.
••••
Disini Davira sekarang ia uring-uringan kembali, berjalan kesana-kemari dengan gelisah, beberapa kali ia mengecek ponselnya tetapi mematikannya kembali.
Davira menghela nafas sesaat, ia memutuskan akan mengubungi Raila untuk menanyakan sesuatu.
Sambungan telfon terhubung.
"Iya Vir kenapa?, besok gue masuk kok, ini lagi tidur kenapa Vir?" Ucap Raila dengan keadaan setengah sadar.
"Hmm.. gue mau nanya sesuatu" Ucap Davira berusaha menimbang-nimbangnya.
"Nanya aja Vir" Sahutnya di ujung sana.
"Lo tau sesuatu tentang kak Dew-" Ucap Davira terpotong karena Raila sudah berteriak heboh.
"Anjir..Gue gak salah dengar?" Ucap Raila heboh.
"Apa?" Davira mengernyit bingung.
"Lo bangunin gue malam-malam gini mau nanya tentang kak Dewa?, gak salah nih?" Ucap Raila tertawa sumbang.
"Maksud gue, lo tau sesuatu tentang kak Dewa sama kak Andaru?" Ucap Davira dengan satu tarikan nafas.
"Andaru?" sahut Raila bingung.
"Iya kak Andaru"
"Oh..Maksud lo kak Ravin?" Ucapan Raila membuat Davira kembali mengernyit bingung.
"Kok Kak Ravin?"
"Iya, Ravindra Andaru, Kak ravin. Kenapa vir?, temben lo nanya tentang kak Ravin?, terus kok lo manggilnya Andaru sih?" Ucap Raila dengan berbagai pertanyaan.
Sesaat Davira berpikir sebentar ia mencerna apa yang Raila katakan.
"Lo tau ada apa sama mereka?" Ucap Davira ketika beberapa saat terdiam.
"Hm.. gue juga gak tau sih tapi dari yang gue dengar-dengar mereka punya hubungan yang kurang baik dan untuk alasannya gue sendiri gak tau, lo nanya adaapa sih?" Ucap Raila
"Gak ada, udah dulu yah gue mau kerja PR nih, Gue tutup yah!" Ucap Davira terburu-buru membuat Raila diujung sana belum sempat berkata apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic
Teen FictionDavira sekar, gadis cuek dengan parasnya yang manis tidak begitu peduli dengan sekitarnya tetapi membuat heboh satu sekolah. Kedatangannya di SMA Sanjaya membuat sang pentolan sekolah dengan sifatnya yang dingin, Meliriknya. Dia, Dewa Kananta merasa...