Chapter 19

102 10 2
                                    

Kita adalah orang asing yang sekarang bertemu dan mungkin akan menetap, lalu kembali menghilang

****

Siswa-siswi mulai heboh ketika mendengar kabar tersebut, Dan tentu saja beberapa kelas yang belum mendapat giliran di buat panik seketika, kecuali bagi mereka siswa-siswi yang tidak melanggar tata tertib.

Mereka yang berpakaian rapi, baju di masukkan, memakai dasi, kaos kaki putih, sepatu hitam tidak berwarna, dan baju para siswi yang tidak ketat, serta celana siswa yang tidak botol. Dan juga memakai lambang lokasi yang lengkap dengan papan nama.

"Assalamualaikum.." Bu Sinta tiba-tiba memasuki kelas X IPA 2. Seluruh kelas langsung kembali ke tempat duduk masing-masing, dengan gemetaran di tubuh, takut-takut yang mereka sembunyikan terlihat dan lantas di sita.

Untuk beberapa murid yang melanggar tata tertib tekadang dengan cerdik sudah menyiapkan cadangannya masing-masing, seperti siswi-siswi yang memakasi kaos kaki warna lain, sudah menyiapkan kaos kaki putih di dalam tasnya jadi ketika terjadi hal seperti ini mereka hanya perlu menyembunyikan di tempat yang aman kaos kaki berwarnanya.

"Semua berdiri di tempat masing-masing, ibu mau periksa satu-satu!" ucap Bu Sinta.

"Psst..Vir!, titip dong di laci lo" Bisik Geisha yang duduk di belakang Davira, sambil menyodorkan sebuah pouch entah berisikan apa. Sebenarnya mereka tidak begitu akrab. Geisha hanya bergaul dengan murid kelas lain, tak heran mereka akan mengira kelas Geisha bukan di IPA 2.

Davira berbalik ragu ingin mengambil benda tersebut, lantas Geisha semakin mendesak agar Davira mengambilnya, dengan memberikan isyarat mata. Tangan Davira terulur untuk mengambilnya, baru saja ia ingin memasukkannya kedalam laci. Teriakan Bu sinta mengagetkannya.

"APA ITU DAVIRA?!"

Davira kaget lantas menoleh ke arah Geisha, yang di tatap hanya buang muka tidak memperdulikan tatapan Davira seakan meminta untuk menjelaskan ke Bu Sinta.

"SINI KALAU KAMU GAK MAU KASI TAU!, BIAR IBU LIAT SENDIRI!" ucap Bu Sinta mengambil benda tersebut dari tangan Davira.

"APA INI?!, KAMU TIDAK BACA ATURAN DI TATA TERTIB,BAHWA TIDAK BOLEH MEMBAWA ALAT-ALAT MAKE UP JENIS APAPUN ITU!"

"Itu bukan punya Davira bu" Ucap Raila, karena ia tahu bahwa benda tersebut milik Geisha.

"TERUS PUNYA SIAPA?!, JELAS-JELAS IBU LIAT DAVIRA YANG PEGANG, UDAH GAK USAH BOHONG SAMA IBU!"

"Bener bu, itu buk--"

"GAK ADA ALASAN IKUT SAYA!" titahnya ke Davira.

Davira menunduk lantas mengikuti Bu Sinta dari belakang dan keluar dari dalam kelas. Teman-temannya tahu bahwa itu bukan milik Davira, karena mereka tahu Davira tidak memakai make up sama sekali, apalagi sampai membawanya ke sekolah.

"Geisha tanggung jawab lo!, itu bukan punya Davira, lo harus jelasin ke Bu Sinta sekarang!" ucap Raila.

"Sori La..Gue takut.." ucap Geisha.

"Maksudnya. Lo biarin gitu Davira yang nanggung kesalahan lo?!"

"GILA YA!, gak mikir apa, orang berkorban karena kesalahan yang lo perbuat, Sinting lo!" ucap Raila dengan muka merah padam, karena emosi.

"Udah La..,Tenangin diri lo.."

"Iya La, mending kita aja yang bantu Davira kalau Dia gak mau bantu" ucap Vinca sambil menunjuk Geisha.

Kesya dan vinca datang menenangkan Raila sebelum semakin parah, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran Geisha yang seperti itu, Davira baru saja dijadikan kambing hitam di sini dan Raila tidak suka temannya di perlakukan seperti itu.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang