Chapter 9

127 12 0
                                    

"Terkadang apa yang diinginkan,tidak sesuai dengan kenyataan yang sedang terjadi.."

*****

"Woi semuanya diam!" teriak Fauzan masuk kedalam kelas, seketika mereka yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing berhenti melihat ketua kelas sedang berbicara di depan menyampaikan sesuatu, begitulah tugas ketua kelas, mereka akan memberitahukan kabar yang berhubungan dari guru-guru.

"Karena hari ini bu Dian berhalangan hadir jadi kerjakan tugas hal 13 bagian A dan B!" Lanjutnya

Semua bersorak senang. Bagaimana tidak, pelajaran sejarah termasuk membosankan di tambah lagi gurunya ketika masuk bisa-bisa menghabiskan setengah jam hanya untuk marah-marah.

Mereka semua melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda tadi. Ada yang melanjutkan tidurnya, sebagian lagi langsung melanjutkan gosip yang sempat tertunda, tidak hanya perempuan, sebagian murid yang laki-lakinya pun bergosip di pojok belakang, entah apa yang mereka bicarakan, biasanya mereka akan membahas mengenai urusan olahraga, seperti pertandingan kemarin yang diadakan oleh SMA ANAK BANGSA kebetulan tim futsal dari sekolahnya berhasil lolos ke semi final.

"DI KUMPUL HARI INI!" sambung Fauzan sang ketua kelas membuat mereka semua berdecak malas, baru saja mereka ingin terbebas dan berleha-leha merasakan freeclass.

Sontak saja semua yang mendengar hal itu langsung bergegas kembali ke tempat duduk masing-masing, mencari buku dan langsung mengerjakannya.

Guru sejarah ini berbeda dari guru yang lain, jika tidak mengerjakan tugas, jangan harap untuk datang sendiri dan mengumpulkan, kalau tidak ingin berakhir dengan marahnya selama sejam atau tidak akan mendapatkan parafnya.

kelas yang awalnya berisik menjadi tambah ribut semuanya sibuk mencari jawaban, rata-rata murid yang terlalu malas mengerjakan hanya menunggu jawaban dari Nala, perempuan berkacamata bulat dengan otaknya yang tidak diragukan lagi, ia juga sangat berbaik hati membagikan jawabannya kepada teman-temannya.

"Eh! nomor 15 apaan?!!" teriak Kesya dari kursi pojok bagian belakang.

Kesya ini anaknya supel, ia terkenal ceria dan pandai bergaul tak heran ia juga banyak disukai oleh kakak kelas, Kesya sendiri belum pernah pacaran ia hanya merespon orang-orang yang menyukainya tanpa bermaksud membalas perasaan orang tersebut, terkadang perempuan yang lainnya menganggap Kesya ini hanya memainkan perasaan cowok saja, bukan seperti itu sebenarnya, ia sendiri bingung, Kesya tidak ingin terlalu judes kepada orang-orang ia juga tidak ingin menyakiti perasaan orang yang sudah menyukainya jadi dengan berperilaku baik mereka tidak akan tersakiti, itu menurutnya.

"Woi, Adit! kembaliin buku guee!!!" Teriak Tiara perempuan manis dengan sikap polosnya, ia ini sangat manja, karena itulah Adit selalu mengganggunya.

"Astagaaa Adit! mau bawa kemana buku gue?!, nanti gue lapor ya ke bu Dian!" sungutnya yang berusaha mengejar Adit yang berlari mengelilingi kelas.

Mereka tidak heran melihat Adit dan Tiara seperti itu, sudah terbiasa melihat mereka berdua bertengkar yang berakhir dengan Tiara yang menangis sebab Adit sudah keterlaluan mengganggu Tiara.

Adit termasuk murid yang malas tetapi, tidak dalam hal menggangu Tiara, seperti saat ini Adit sedang berusaha mati-matian untuk tidak tertawa melihat wajah tiara yang sangat merah akibat berteriak meminta bukunya kembali, ia melihat wajah Tiara seperti itu bukannya kasihan malah ia menganggap itu sebagai lelucon, menurutnya wajah Tiara yang seperti itu membuat dirinya sangat suka mengganggu Tiara.

"Nih, ambill kalo bisaa" Adit meletakkan buku tersebut di atas papan tulis, mentang-mentang memiliki tubuh yang tinggi jadi semaunya saja, tak melihat tinggi Tiara yang hanya mencapai bahunya saja.

"Adit!! bukuu guee kembaliinn..." ia mencak-mencak di tempatnya, sangat kesal terhadap Adit, dirinya mana sampai mengambil buku itu yang berada dia atas papan tulis tinggi, matanya mulai berkaca-kaca sebab Adit tidak juga mengembalikan bukunya, padahal ia sudah berusaha melompat untuk mengambil.

Tiara benar-benar polos padahal ia bisa saja mengambil kursi dan mengambilnya sendiri, tetapi anak itu masih berusaha melompat agar ia bisa mengambil buku itu menggunakan kedua tangannya.

Tiara kesal dengan adit, tidak peduli dengan bukunya ia kembali ke tempatnya dengan raut wajah yang sedikit lagi akan menangis,sontak saja semuanya langsung memojokkan Adit kalau sudah seperti ini.

"Wah Dit! lo apain nih anak orang!!" teriak Beni murid dengan badannya yang besar penghuni meja belakang sebagai tempat tidur siangnya ketika guru sedang tidak ada.

"Nah loh tanggung jawab lo, anak orang nangis tuhh"

"Udah Tiara, lapor aja ke bu dian" beberapa murid perempuan mengompori Tiara.

"Eh-eh jangan dong.."

Adit yang melihat Tiara menangis jadi tidak tega sendiri. langsung saja ia mengambil buku tersebut dan memberikannya kepada Tiara yang masih sesegukan.

"Nih Ra!, bercanda doang kok, maafin ya"Adit hanya memberikan cengiran sok polosnya itu, Tiara tidak juga mengambil bukunya ia masih kesal dengan Adit.

"Yaudah nanti gue beliin es krim deh.." ujar Adit lembut.

Detik berikutnya Tiara langsung mengambil bukunya tanpah melihat sedikitpun kepada Adit, dan langsung melanjutkan pekerjaannya, ia memang tidak bisa menolak makanan manis itu.

•••

Beberapa menit berlalu, semuanya sudah mengerjakan tugas yang diberikan, kelas kembali menjadi ribut dengan kesibukan masing-masing, tetapi tak seribut tadi,mungkin mereka capek mengerjakan soal yang lumayan banyak itu.

Sebagian menghabiskan sisa waktu yang masih banyak dengan tidur, Ketua kelas baru-baru saja pergi untung mengumpulkan tugas yang tadi dikerjakan ke ruang guru.

"Raila, lo utang penjelasan sama gue" Ujar Davira

Raila yang sedang mengoleskan lipbalm ke bibirnya menghentikan kegiatannya itu dan menoleh kearah Davira.

"Apaan?" sahutnya, dan kembali bercermin.

"Cewe yang tadi di kantin, siapa?" Tanya Davira

Raila yang mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Davira, langsung menutup cerminnya dan menghadap sepenuhnya ke dirinya.

Suasana kelas lumayan sepi, yang laki-laki seperti biasa mereka akan memilih nongkrong didepan koridor atau bahkan ada yang ke kantin, padahal saat ini waktunya masih belajar, tetapi selama kepala sekolah tidak melihat tidak kenapa-napa pikirnya.

"Oh, itu kak Meera primadona sekolah, gak ada yang berani sama kak meera soalnya dia punya banyak beking di sekolah ini, apalagi cowok-cowoknya Ra, semuanya pasti siap ngebantu kak Meera kalau ada apa-apa. Secara, gak ada yang bisa nolak sama pesonanya."

Semua yang dikatan Raila benar, Meera memiliki semuanya, wajah yang cantik, kekuasaannya dimana-mana, Meera juga dari keluarga yang berada, termasuk donatur terbesar disekolahnya ini tidak heran kenapa ia ditakuti, ia sendiri bingung kenapa perempuan seperti Meera sangat mengejar Dewa? laki-laki dingin yang bahkan tidak pernah meresponnya.

"Terus yang tadi,,?"

"Nah,,yang tadi itu beda Ra, persoalannya cowok-cowok disini emang tunduk sama kak Meera tapi gak ada yang berani sama kak Dewa,semacam pengecualian gitulah"

"Dan satu lagi!, bukan cuman kak Dewa kok, masih ada kak Ravin, gak beda tipislah dari kak Dewa, cuman untuk kak Ravin gue gak yakin lo bakalan ketemu sama orang itu."

"Lo tau semuanya dari mana sih?"

"kakak gue alumni sini jadi dia ceritain semuanya ke gue, gak semua sih beberapa aja yang perlu gue tau sebelum kaget kayak lo gini"

"Ravin siapa?" tanya nya kepada Raila.

"Kakak kelas, sama kayak kak Dewa bedanya sih dia gak pernah keliatan, cuman anaknya banyak yang tau kok, secara dia itu ganteng.." Raila tertawa kecil dan melanjutkan kegiatannya kembali.

Sedangkan Davira masih berkelana dengan pikirannya, rencananya ingin masuk sekolah baru dengan tenang tanpa hambatan sedikitpun. Tanpa terlibat dengan orang-orang seperti Meera, Dewa. dan satu lagi cowok berjaket hitam waktu itu, Davira ingat dia belum bertemu cowok tersebut lagi.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang