Chapter 27

63 9 0
                                    


Davira berada di dalam rumah minimalis besar miliknya ia melakangkah turun nenuju dapur untuk mengambil minuman dingin didalam kulkas, ia baru ingat kalau stok minuman dingin miliknya sudah habis akhirnya ia berencana untuk pergi ke minimarket dekat rumahnya.

Ia melangkah menuju kamar mengambil jaket untuk ia kenakan mengingat udara malam ini lumayan dingin, berjalan keluar rumah, minimarket ini tidak begitu jauh dari rumah Davira ia hanya harus berjalan sebentar, Ketika sampai ia langsung menuju bagian kulkas minuman dingin, tidak sadar bahwa seseorang memperhatikannya dengan lekat.

Davira berjalan keluar ketika selesai membayar belanjaanya belum ada beberapa langkah seseorang berbicara tepat di belakangnya.

"Kenapa lo selalu berani sama bahaya?"

Davira mengernyit bingung merasa tidak asing dengan suara tersebut, Ia memutuskan berbalik untuk melihat siapa orang yang baru saja berbicara.

"Itu ngebuat gue mau ngelindungin lo" Ucap Dewa.

Dewa berdiri disana dengan hoodie yang ia kenakan sambil memengang minuman kaleng yang baru saja ia beli.

Davira bingung, ia hanya diam melihat Dewa, berusaha mencerna kembali apa yang barusan lelaki tersebut katakan.

Suara ponsel membuat keadaan hening terpecahkan, suara itu berasal dari saku celana milik Dewa, Ia pun mengambil ponselnya, melihat sebentar siapa yang menelfonnya lantas mengangkat panggilan tersebut. Hal itu tidak luput dari pandangan Davira.

"Lo tau nomor gue dari mana?" Ucap Dewa dingin menjawab panggilan tersebut.

"Lo tau nama gue-"

"kita impas" Ucap seseorang di ujung telfon.

Dewa menghela nafas kasar lantas kembali bersuara.

"Apa?" Ucap Dewa

"Sampai kapan lo berdiri di sana?" Balasnya membuat Dewa mengedarkan pandangannya kesekitar, disana Andaru berdiri dibelakang Davira sekarang, lelaki itu memegang ponsel yang ia letakkan di telinganya. ia melihat cukup lama Davira yang berdiri didepannya. Davira belum menyadari hal tersebut ia masih saja diam menatap bingung Dewa.

"Kenapa?, lo mau gabung?" Ucap Dewa sarkas.

"Gue nelfon bukan buat itu" Balas Andaru santai.

Dewa menatap Davira lantas menghampirinya, ia masih meletakkan ponsel di telinganya dan sambungan tersebut belum terputus.

"Andaru ada di belakang lo" Ucap Dewa menatap Davira.

Davira mengernyit bingung, ia membalikkan badannya untuk memastikan apa yang barusan Dewa katakan. Benar saja, Di sana Andaru berdiri dengan posisi yang sama dengan Dewa sekarang, Ia sempat bingung kenapa keduanya ada di sini.

"Kalian berdua ngapain di sini?" Ucap Davira menunjuk Dewa dan juga Andaru.

"Lo kenapa bisa di sini?" Ucap Davira lagi ke arah Andaru.

Dewa menatap Davira dalam, masih dengan ponsel di telinganya.

"Kalian berdua ada hubungan apa?" Ucap Dewa dingin menatap Andaru yang bahkan dapat Dewa lihat karena tinggi badan Davira hanya sebatas dagunya itu tidak membuat ia terhalangi.

"Lo ke sini mau ketemu sama dia?" ucap Dewa menatap Andaru, lelaki itu menunjuk Davira dengan dagunya.

"Kenapa gue mau ketemu sama dia?" Balas Andaru. Ia sempat tersenyum miring lantas mematikan ponselnya dan melangkah pergi.

Davira melihat Andaru, lelaki itu pergi bahkan tidak mengatakan apa-pun kepadanya, ia juga bingung sebenarnya ada apa dengan mereka berdua.

"Dia pergi. Lo gak mau nyusul?" Ucap Dewa.

"Gue disini bukan karena Andaru" Balas Davira cuek.

Dewa menatap Davira lekat lantas melempar asal minuman kaleng yang ia genggam. Namun beruntung berhasil masuk kedalam tong sampah. Hal itu sempat membuat Davira terkejut karena sikap Dewa yang tiba-tiba, tetapi kembali bersikap normal.

"Jadi ini cuman kebetulan?" Ucap Dewa dengan mengangkat satu alisnya.

"Kita janjian ketemu di sini?" Ucap Davira membuat Dewa diam sesaat.

"Enggak kan?, itu berarti lo disini juga kebetulan" Ucap Davira melangkah kakinya menjauh.

Dewa melihat punggung Davira mulai menjauh.

"Keras kepala" Ucapnya.

•••

Di perjalanan pulang Davira terus menerus berpikir mengenai kejadian tadi, ia bingung kenapa Andaru bisa ada di sana, ia juga tidak mengerti kenapa Andaru pergi begitu saja. Tidak sadar bahwa sendari tadi ia melamun, seseorang berdiri tepat di hadapan Davira membuatnya kaget seketika.

"Kenapa jalan malam-malam?. Lo gak takut?" Ucap Andaru.

Davira sempat menatapnya sebentar dan membuang nafasnya gusar menatap lelaki tinggi didepannya.

"Mau beli minuman, gue haus" Balas Davira mengangkat kantong plastik putih di tangannya sedikit menggoyangkan, lalu kembali ia turunkan.

"Kenapa gak di antar? atau suruh orang aja?" Ujar Andaru.

"Gue sendiri bisa, kenapa harus suruh orang lain?" Balas Davira malas berdebat.

"Gue mau pulang, minggir" Lanjutnya ingin berjalan melewati Andaru, tetapi lekaki tersebut menahannya.

"Gue belum selesai." Ucap Andaru membuat Davira kembali menatapnya.

"Apa?"

"Kenapa ketemu sama Dewa?" Ucap Andaru dengan suara rendah.

"Enggak, cuman kebetulan" Balas Davira malas, apa yang ia ucapkan memang seratus persen jujur.

"Dia ada di sana sebelum gue datang" Lanjutnya.

Andaru mengehela nafas sebentar, ia menatap Davira lekat.

"Gue udah bilang menghindar dari Dewa" Ucap Andaru.

"kenapa?"

"Dia bilang apa?" Lanjut Andaru. Tidak menjawab pertanyaan Davira, membuat gadis itu berdecak.

Davira berfikir sebentar apa yang Dewa katakan padanya tadi.

"Enggak ada, dia cuman bilang mau ngelindungin gue" Ucap Davira polos.

"Lo harus dengar gue!" Ucap Andaru membuat Davira terkejut.

"Jauhin Dewa, ini bukan saran, ini peringatan" Lanjut Andaru

"Gue gak bisa" Ucap Davira.

"Lo harus bisa" Balas Andaru.

"Gimana gue mau ngejauh?, masalah gue selalu ada di Dewa" Davira memutar kedua bola matanya malas, jujur saja ia tidak lupa hari pertamanya sekolah, itu semua karena Dewa, masalah yang ia dapatkan selama ini memang dari lelaki itu.

"Tapi, sebenarnya kalian berdua ada masalah apa?" Ujar Davira.

Mendegar pertanyaan Davira membuat Andaru diam sesaat, ia malas menjawabnya.

"Gue gak mau ingat" Ucap Andaru membuang pandangannya ke arah lain.

Davira mengela nafas sebentar.

"Gue pulang" Ucap Davira

Andaru diam, dia tidak menahan Davira lagi, entah apa yang ia pikirkan sekarang, pertanyaan Davira membuatnya seperti ini. Masa lalu nya dengan Dewa tidak akan pernah membuat nya lupa, hal itu membuat ia membenci dirinya sendiri juga membenci Dewa.

•••

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang