Diam adalah cara terbaik untuk menjaga, entah itu kata ataupun rasa
****
"Etss..mau kemana?" ujar seorang cowok dengan merentangkan tangannya menghalangi jalan Davira yang baru menaikki beberapa anak tangga untuk menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.
Apa lagi ini?, Davira memandang risih, jujur ini masih pagi dan ia sudah dibuat jengkel seperti ini, ia memandang laki-laki di depannya menunggu apa yang akan orang itu katakan.
"Lo yang namanya Davira?" ucapnya setelah melihat Davira dari ujung kepala sampai kaki, memperhatikan semua gerak gerik Davira, bagaimana cara perempuan itu memperbaiki tas yang ia gantungkan di bahunya.
"Kenapa?" hanya itu yang keluar dari mulutnya, sungguh ia ingin sekali berlalu pergi dan menuju cepat ke kelasnya, ia ingin tidur sebentar mengingat tadi ia masih ingin melanjutkan mimpinya.
"Kenalin- gue Feri Ferdhito kelas 12 Ips 3" ucapnya sambil mengulurkan tangannya di hadapan Davira yang hanya diam memandang tanpa berniat membalas.
Tunggu, ia ingat Feri ini bukannya orang kemarin yang berkumpul bersama Teman-temannya di dalam kelas kelasnya sendiri, ia ingat Raila pernah memberitahukan bahwa Feri ini mengincarnya, ia juga tidak tahu ada apa, apakah ini berhubungan lagi dengan Dewa?.
"Gak di bales nih..?" ucapnya dan menarik kembali tangannya, oke sekarang ia tahu kenapa Dewa mengincar perempuan dihadapannya ini, ternyata perempuan didepannya ini memang berbeda, ia tidak seperti perempuan lain yang akan menjerit kesenangan didekati dengan most wanted sekolah ini.
Jangan salah Feri itu termasuk cowok dengan kadar kegantengan di atas rata-rata, perawakannya yang tinggi dan gaya khasnya menggunakan kacamata yang tidak minus membuat orang-orang ingin menjadi pacarnya, tak heran kalau sudah banyak yang menjadi mantannya, walaupun rata-rata adalah adik kelasnya.
Sumpah Davira ingin sekali pergi terlalu malas dirinya untuk berada di sini, ia juga merasa tidak nyaman dengan laki-laki di depannya ini, Baru saja Davira ingin melangkahkan kakinya melewati Feri, laki-laki tersebut merentangkan tangannya kembali.
"Eh- gue gak kasi lo jalan sebelum lo kasi nomor lo ke gue.." ucapnya sambil menghadapkan ponselnya ke arah Davira.
Tentu saja Davira tidak ingin memberikan nomornya kepada orang dengan sembarangan apalagi laki-laki didepannya ini, sudah termasuk ke dalam orang yang harus ia hindari.
Brakkk
Davira dan Feri terkejut pasalnya seseorang dengan tiba-tiba menendang tempah sampah di belakangnya, Davira berbalik melihat siapa yang membuat hal seperi itu, atas perbuatannnya hal itu membuat beberapa sampah didalamnya terjatuh berhamburan.
"Apaan nih, masih pagi mata gue udah gak suci"
Andaru bersidekap sambil bersandar ditembok tempatnya berdiri, ia menggunakan jaket khas miliknya yang Davira lihat pertama kali pernah, seragam sekolah yang di balut jaket tidak dimasukkan kedalam seragam ,dasi yang tidak terpakai dan hanya di gantungkan di sisi kanan bahunya, serta rambutnya yang berantakan tetapi menambah kesan menawan, sungguh Davira sendiri baru kali ini mengakui, melihat bagaimana ketampananan yang di miliki Andaru.
Orang yang di tatap hanya memandang lurus kedepan tidak menghadap ke arah Davira berdiri sekarang.
"Eh vin! iya nih gue lagi pdkt biasa.." ujar Feri terdengar sok akrab ditelinga Andaru, walaupun di nadanya ada sedikit gemetar, dan rasa gugup seperti takut..?.
Davira kembali menghadap Feri yang baru saja berucap seperti itu, ia melotot melihat Feri, apa-apaan fikirnya, Pdkt?, tentu saja tidak. Tunggu dulu kenapa laki-laki didepannya ini seperti menciut nyalinya, seakan ia takut dengan...Andaru?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic
Teen FictionDavira sekar, gadis cuek dengan parasnya yang manis tidak begitu peduli dengan sekitarnya tetapi membuat heboh satu sekolah. Kedatangannya di SMA Sanjaya membuat sang pentolan sekolah dengan sifatnya yang dingin, Meliriknya. Dia, Dewa Kananta merasa...