Chapter 12

128 10 0
                                    

Terkadang menjadi cuek itu perlu, daripada peduli tapi tidak dihargai

➖➖➖

Jam menunjukkan pukul 06.12, Davira masih berselimut nyaman didalam kamarnya, sudah berulang kali mba Ranti, pembantu rumah tangga berusaha membangunkannya.

"Bangun atuh..neng nanti telat kesekolahnya" mba ranti menepuk pelan pundak majikannya.

"Semenit lagi..." ucapnya dengan suara parau khas baru bangun tidur.

"Nanti neng di hukum aduh.." Mba ranti pusing sendiri, dan masih berusaha membangunkan Davira, dengan menepuk pelan pundaknya.

setelah beberapa menit berusaha membangunkannya, Barulah Davira bangun dengan ogah-ogahan, ia merenggangkan badannya.

"Yaudah mba siapin sarapan dulu yah di bawah.."
setelah mba Rantikeluar, Davira bergegas menuju kamar mandi, sepertinya ia masih punya beberapa menit untuk bersiap.

Davira tidak memakan waktu lama hanya untuk bersiap-siap menuju sekolah, wajahnya natural tanpa make up, serta rambutnya yang panjang dan berkilau membuat kesan manis terpancar darinya.

Davira turun kebawah, menuju dapur dan mencomot roti selai coklat buatan mba Ranti di meja.

"Mama udah pergi ya?" tanya nya kepada mba Ranti, sambil merapikan sedikit rambutnya yang acak-acakan.

"Iya neng, tadi ibu buru-buru banget"

"Oh gitu, yaudah aku berangkat yah.."ucapnya sambil berlalu pergi, ada helaan nafas pelan mengingat mamanya sibuk sekali, bahkan mamanya pergi mungkin subuh-subuh tadi, entahlah Davira sudah terbiasa melihat mamanya seperti itu.

"Eh-Neng ini bekalnya ketinggalan atuh.." mbo Ranti datang menghampiri Davira yang masih sibuk memakai sepatu.

Tidak salah kalau Davira merasa mba Ranti lebih peduli pada dirinya dibanding orangtua nya sendiri, mamanya hanya sesekali memperhatikan dirinya, ia lebih peduli dan lebih sibuk memikirkan pekerjaannya dibandingkan mengurusi Davira, terkadang ia merasa iri dengan pekerjaan-pekerjaan mamanya karena itu jadi lebih penting dibandingkan dia sendiri.

"Oh iya. Lupa, duluan ya!" setelah itu Davira pergi mencari angkutan umum, sebelum pergi Davira menyempatkan mengambil tangan mba Ranti dan menempelkan di jidatnya.

Davira tidak diizinkan untuk membawa kendaraan sendiri, Renata mamanya, terlalu khawatir terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan, mengingat Davira anak satu-satunya tentu saja ia tidak akan mengizinkannya, Davira sendiri tidak akan memaksa, ia juga tidak ingin terlalu keliahatan di lingkungan sekolah membawa kendaraan.

••••

Dewa dan teman-temannya telah berada di parkiran depan sekolah, mereka baru saja datang, tidak ada niatan untuk bergegas masuk ke dalam kelas, sesekali teman-temannya menggoda beberapa siswi yang lewat, hanya Dewa yang memandang tidak ada sahutan sama sekali.

"Eh-eh ada adik manis lewat.." rio menyahut.

"Wa!, di liatin tuh.." Gavin menyenggol pelan lengan Dewa, membuat ia yang sedang melamun menfokuskan dirinya kearah dimana Gavin tunjuk.

"Apaan?" sahutnya malas.

"Tuh, cewek cantik liatin lo kayaknya ada yang mau kasih makanan lagi, nih.."sahut Gavin sambil menyenggolnya pelan

"Sekali-kali bilang kek Wa, kalau lo pengen apa gitu, pasti dikasi deh"

"Secara fans lo itu banyak banget, gak kalah tuh sama sih Ravin.."

Dewa melirik sebentar

Perempuan itu melanggah takut-takut ke arah Dewa dan teman-temannya, ia keringat dingin menghampiri Dewa tangannya bergetar karena lelaki itu hanya melihat kearahnya dengan tatapan datar bahkan sangat datar.

"Hm-m i-ni kak...aku buat cake untuk kak Dewa ,d-m-kan yah!" sambil menyodorkan kotak bekal berwa biru itu.

"Gue gak suka makanan manis" tolaknya tanpa melihat perempuan di depannya mati-matian menahan malu, jawaban yang Dewa berikan cukup membuat perempuan manis di depannya ini sakit hati, ia sudah jauh-jauh hari merancanakan hal ini, ia mati-matian belajar membuat cake yang ingin ia berikan, bahkan tanpa berfikir sedikit-pun Dewa sudah menolaknya terlebih dahulu.

Langsung saja Rio mengambil kotak bekal tersebut dan menyengir polos, jujur Rio yang melihat bagaima perempuan itu meremas ujung rok nya membuat ia merasa simpati, ia berfikir perempuan itu sudah berbaik hati berniat memberikan makanan kepada Dewa, tetapi biar bagaimana-pun sifat Dewa memang seperti itu, terkadang ia tidak sadar bahwa apa yang ia lakukan cukup membuat orang sakit hati.

"Buat gue aja!,gue suka manis kok"

"Eh- oh yaudah kak makasih yah!" perempuan itu langsung saja bergegas pergi takut tambah malu lagi, sebenarnya tadi ia sangat berat hati untuk memberikan cake itu kepada Rio tapi mau bagaimana lagi daripada dirinya tambah malu, lebih baik seperti itu.

•••

Davira berjalan memasuki area sekolah, dengan muka datar tanpa senyum sama sekali, ia sudah mengatakan bukan, kalau dia tidak begitu menyukai suasana sekolah baru.

Dewa dan teman-temannya masih berada di tempat semula, masih mengobrol asik tanpa memerdulikan bel yang sebentar lagi akan berbunyi.

"Eh!, itu cewek yang lo tolongin kemarin bukan?"

"Samperin Wa, jangan diliatin doang. Ajak kenalan sana!" Gavin mendorong Dewa yang masih sibuk hanya memandang Davira berjalan memasuki halaman sekolah.

"Gak" sahutnya singkat.

"Lah bukannya lo suka ya?, cantik kok Wa"

"Dewa kan gitu sok cuek padahal peduli, hahaha"

Gavin dan rio saling menimpali mengejek Dewa, kapan lagi ia bisa melihat lelaki itu peduli dengan perempuan.

"Gue heran sama lo, si Meera primadona sekolah aja yang jelas-jelas ngejar lo, gak lo lirik sama sekali"

"Mana mau Dewa sama cewek carper kek gitu, udah Wa, gue dukung lo sama dia" tunjuk Gavin ke arah Davira. Yang sebentar lagi akan mencapai tangga menuju lantai dua.

"Udah hampi dua tahun gue berteman sama lo baru kali ini gue liat lo peduli sama cewek--"

"Gue cabut"

Dewa pergi begitu saja tidak memperdulikan temannya yang cekikikan dibelakang melihat ia menghindar dari pembahasan mengenai perempuan, terkadang Dewa itu lucu.

•••

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang