Chapter 10

129 12 0
                                    

Ikhlas itu tidak terucap, sabar itu tidak terbatas

*****

Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa bersemangat mencapai gerbang sekolah tak heran mereka sangat mengebu-ngebu pasalnya mereka bisa dengan bebas untuk pergi melepas penat selama beberapa jam. Seperti para murid laki-laki, mereka sudah bersedia untuk pergi ke tongkrongan masing-masing, dan yang perempuan ada saja pulang sekolah tidak langsung menuju rumah, mereka memilih mengunjungi pusat perbelanjaan, namanya juga cewek, katanya hanya ingin cuci mata sebentar, tapi sebagian langsung saja memilih pulang.

Seperti Davira yang sekarang sedang merapikan peralatan menulisnya dan memasukkan kedalam tas, ia sendiri lebih memilih untuk sampai cepat di rumahnya, menurut dia tidak ada tempat paling nyaman selain rumahnya, lebih tepatnya kamar ia sendiri, sekolah membuat ia begitu penat, terlalu capek karena sekarang sekolahnya berbasis full day jadi ia tidak bisa untuk berleha-leha pergi tanpa tujuan yang jelas, seperti pergi kepusat perbelanjaan dimana itu sangat membuat waktunya terbuang-buang yang lebih baik digunakan untuk istirahat daripada keluyuran, ia juga berfikir lebih baik ia mengerjakan tugas yang telah di berikan.

"Ra!, gue duluan yah, nyokap minta antar nih!"

Sambil terburu-buru Raila membereskan peralatan sekolahnya, beberapa dari mereka telah keluar dari kelas, menyisahkan Davira dan salah satu siswi yang tinggal sendiri untuk piket, padahal sebenarnya jadwal mereka berlima tetapi yang Davira liat perempuan itu hanya sendiri membersihkan kelas.

Nala namanya, perempuan kutu buku yang duduk di depan,waktu luangnya hanya di isi dengan buku-buku pelajaran saja tak heran mereka banyak yang tidak ingin berteman dengan dirinya, ia seperti orang yang memiliki dunianya sendiri, ia bahkan jarang bersosialisasi dengan orang-orang jadi menurut mereka Nala salah satu tipe orang yang introvent, tetapi jangan salah terkadang jawaban dari Nala ketika ulangan sangat dibutuhka, Nala sendiri tidak marah untuk membagikan jawaban milinya, ia dengan berbaik hati berbagi dengan yang lain, tetapi semuanya bertindak semaunya saja, buktinya sekarang Nala ditinggal sendiri untuk piket.

Muncul rasa simpati pada diri Davira, ia melangkahkan kakinya menuju Nala yang sedang menyapu di bagian pojok kelas.

"Yang lain mana?" tanya Davira kepada Nala yang sedang sibuk menyapu, ia juga menaikkan beberapa bangku yang tidak diangkat oleh pemiliknya.

"Eh—, oh itu udah pulang semua" Nala yang di ajak bicara kaget, pasalnya ia mengira tinggal dirinya sendiri yang berada di kelas.

"Dan lo piket sendiri?" Davira mengangkat beberapa kursi yang belum Nala angkat.

"Gakpapa, mungkin yang lain buru-buru pulang jadi mereka tidak sempat untuk piket"

"Loh, lo sendiri gimana?, gak mau pulang?" ujar Davira memasukkan beberapa botol bekas minuman kedalam tempat sampah.

"Mau, aku mau pulang kok, ini bentar lagi selesai"
ucapnya dengan menganggukkan kepalanya padahal Davira sendiri tidak melihat, ia melanjutkan kembali aktivitasnya, setelah menyapu ia kembali mengatur letak meja-meja menjadi lebih rapi.

"Makasih yah! Davira udah mau bantuin aku.." ucapnya sambil mengulurkan tangan kehadapannya, entahlah Davira sendiri bingung, tetapi tetap menjabat kembali tangan Nala.

"Santai, lain kali kasi tau gue kalau mereka gak bantuin lo" sontak Nala di hadapannya mengangguk dan memandang Davira terkagum-kagum.

"Yaudah gue duluan yah!"

Davira keluar dari kelas, mengambil earphone yang selalu ia bawa kemana-mana, suasana koridor benar-benar sepi. Davira melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul 16:20.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang