Chapter 16

112 9 0
                                    

Rasa sakit akan berhenti, ketia ia telah selesai memberikan pelajaran yang berarti

*****

Suasana koridor begitu sepi, semua murid betul-betul pulang, tetapi Davira masih saja berfikir positif, ia meyakinkan dirinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa, ia melangkahkan kakinya menuju Perpustakaan sekolah yang letaknya berada di Gedung B.

Walaupun sepi tidak bisa Davira lupa bahwa masih ada guru-guru di sekolah, mereka sedang rapat di ruang guru, entahlah ruang guru sendiri berada di gedung C berdekatan dengan masjid sekolah gedung C juga berada di belakang jadi jika Davira tidak mengetahui bahwa sedang ada rapat mungkin ia mengira sekolah ini benar-benar kosong sekarang.

Ketika sampai didepan perpustakaan ia melangkahkan kakinya masuk, ternyata se-sepi bagaimanapun suasana sekolah, ia masih bisa bertemu dengan beberapa murid di sini, seperti di kursi tengah perempuan dengan tenang dan serius sedang membaca buku miliknya, dan di dekat jendela seorang perempuan sedang menulis dan sesekali melihat referensi didepannya, tidak lupa juga terdapat penjaga perpustakaan yang sedang mengecek beberapa buku dihadapannya.

Davira melangkah mencari buku yang ia butuhkan, setelah mendapatkannya ia menghampiri perempuan yang sedang duduk di dekat jendela itu yang sedang serius masih menulis.

"Nala, gak pulang?"

"Eh-itu bentar lagi mau pulang kok.." ucapnya gugup.

"Oh, lagi ngerjain apa?"

"Ini, lagi ngerjain soal bahasa soalnya aku mau ikut olimpiade jadi disuru kerja soal-soal sama bu daya" ucap Nala antusias.

"Wah, hebat semangat deh kalau gitu"

"Iya, makasih kalau kamu ada-apa ke sini?"

"Ini" mengangkat buku Biologi yang ingin di pinjammya. "mau minjem buku"

"Yaudah deh" Davira mengecek jamnya di ponsel.

"Gue pulang duluan kalau gitu"

"Oke"

Davira melangkahkan kakinya menuju petugas perpustakaan, menuliskan namanya serta tanggal, dan buku yang ia pinjam, setelah itu barulah Davira keluar dari perpustakaan.

••••

Gerombolan siswa laki-laki dengan seragam SMA SANJAYA memenuhi jalanan, mereke siap melakukan aksinya. TAWURAN, itulah yang akan terjadi, beberapa di antara mereka adalah murid kelas sebelah, tetapi jalanan kali ini dipenuhi dengan murid-murid kelas duabelas. Dewa berada di antara banyaknya laki-laki di jalan tersebut, untungnya semua murid sudah banyak yang pulang, jadi mereka bisa dengan leluasa melakukan aksinya.

Guru-guru tidak tahu mengenai hal ini, Gedung C berada jauh dari gerbang SMA SANJAYA, semuanya bergabung menjadi satu di jalan depan sekolah, sekarang akses untuk ke jalan tersebut tertutup dengan rapat, warga sekitar yang ingin lewat memilih balik arah, tidak ingin terlibat aksi anak SMA itu.

"Yang namanya DEWA mana HA?!" ucap Genta anak SMA BAKTI, dengan sinis dan tampang kemarahannya.

Dewa yang mendengar namanya disebut melangkah kakinya maju kedapan, dengan wajah datar dan dingin yang khas miliknya.

"Oh, jadi ini DEWA, pentolan SMA SANJAYA yang terkenal dingin?" ucap Genta sekali lagi sambil tertawa hambar.

"Modal dingin doang lo?!, emang bisa berantem?, gue ragu deh" ucap Bintang yang berdiri persis di samping Genta dengan nada meledek.

"Dewa!, tau gak cara berantem?!, pake otot, bukan pake tampang, lo pikir pasang muka datar gitu kita jadi takut?!" ucap Faraz mengundang tawa teman-temannya.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang