Davira membuka loker miliknya, dan melihat handuk kecil berwarna merah jambu lantas ia mengambilnya, baru saja ia ingin menutup loker miliknya, seseorang sudah menutupnya membuat Davira berbalik untuk melihat siapa yang melakukannya.
Dewa, ia berdiri tepat di depan Davira dengan jarak yang lumayan dekat, lelaki di hadapannya memandang Davira lekat membuat ia risih sendiri, akhirnya setelah lama menormalkan detak jantungnya akibat kaget, Davira bergeser sedikit menjauh dari Dewa.
"Chat gue bisa di bales?" Ujarnya.
"Buat apa?" Sinis Davira, ia sungguh ingin menjauh dari spesies bernama Dewa, hidupnya tidak akan tenang jika harus berhubungan dengan lelaki di hadapannya ini.
"Kenapa gak di bales?" Dewa kembali bertanya.
"Pindah, gue mau pulang" Ucap Davira.
Ponsel Davira berbunyi tanda ada satu notif yang masuk, ia segera membukanya dan bersungut kesal satu pesan dari Tania yang memberitahu kalau ia sudah ingin pulang, ia berpikir ada pesan penting yang masuk.
"Bahkan belum lo addback" Ucap Dewa membuat Davira terlonjak kaget, lupa bahwa masih ada Dewa di sini. Lelaki itu terkekeh pelan, lantas menyodorkan tangannya di hadapan Davira.
Davira mengernyit bingung dengan apa yang Dewa minta.
"Hape lo, sini"
"Enggak!" Ucap Davira, menjauhkan ponselnya.
"Ya udah addback" Ujar Dewa.
Terlalu malas untuk berdebat ia membuka aplikasi berwarna hijau tersebut lantas langsung meng-addback Dewa Kananta. Hal tersebut tidak luput dari pandangan lelaki di hadapannya.
Davira menyodorkan ponselnya di hadapan Dewa.
"Udah kan?" Ujar Davira sinis. Lantas berlalu pergi.
"Gue pernah bilang-kan jangan suka nyusahin orang lain" Ucap Dewa, membuat langkah Davira terhenti, lantas berbalik memandang lelaki yang masih bersedia berdiri dengan menyandar pada loker, dengan satu tangan di masukkan kedalam kantong celana miliknya.
"Maksudnya?" Tanya Davira.
"Masalah lo, hadapin sendiri jangan berlindung sama orang, apa lo enggak bisa menyelesaikan masalah? Gue pikir lo lumayan cerdas untuk hal seperti itu, taunya enggak" Ucap Dewa membuat Davira menahan emosinya.
"Maksud lo ngomong kayak gitu apa?" Ujarnya.
"Gue tau apa yang udah terjadi antara lo dan juga Meera, jangan jadikan hidup lo sebagai beban buat orang lain, masalah harus lo hadapi sendiri." Ujar Dewa.
Davira melangkahkan kakinya mendekat ke arah Dewa berdiri.
"Sadar gak sih, kalau masalah yang gue hadapin sekarang penyebab utamanya adalah, lo?" Ucap Davira tertawa sumbang.
"Lo bilang apa barusan?, hidup gue beban buat orang lain?, Ngaca gak sih? sejauh ini satu-satunya beban terberat yang harus gue hadapin itu karena lo?!"
Dewa diam ia hanya memasang wajah datarnya saja.
"Dari awal gue udah gak mau berurusan sama Meera, tapi lo datang waktu itu sok jadi pahlawan buat gue, nyatanya itu jadi awal untuk gue hadapin masalah akibat ulah lo!, sadar gak sih? semuanya berawal dari lo sendiri, terus sekarang apa?, Lo nyalahin gue disaat semua ini udah terjadi?" Ucap Davira sarkastik.
"Setidaknya gue gak berlindung dibalik punggung orang lain, Gue gak membeba--"Ucap Dewa terpotong.
"Gak ada yang gue bebani!, Gue gak berlindung dibelakang siapa-pun!, Lo pikir selama ini gue hadapi Meera gimana?!" Ucap Davira dengan tangan yang mulai terkepal menahan segala gejolak emosi dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic
Teen FictionDavira sekar, gadis cuek dengan parasnya yang manis tidak begitu peduli dengan sekitarnya tetapi membuat heboh satu sekolah. Kedatangannya di SMA Sanjaya membuat sang pentolan sekolah dengan sifatnya yang dingin, Meliriknya. Dia, Dewa Kananta merasa...