Chapter 18

110 9 0
                                    

Mungkin Cinta itu buta ataupun tuli, tapi cinta itu mampu merasakan

✨✨✨

Pagi ini matahari bersinar dengan cerah, kendaraan berlalu-lalang kesana kemari, burung-burung berterbangan memberi kesan sejuk di pagi ini. Hari ini Davira berangkat menggunakan angkutan umum, karena lagi-lagi kedua orang tuanya semakin sibuk dengan urusan masing-masing. Mamanya berpesan untuk naik taxi saja mengingat ini masih lumayan pagi jadi Davira menolak katanya naik angkutan umum di pagi hari lebih enak.

Wajahnya cerah seperti biasa, kali ini rambutnya terurai dengan sedikit curly di bagian bawah menambah kesan manis pada dirinya, Davira turun dari angkutan umum sekiranya sudah dekat dari sekolah, ia berjalan sedikit untuk sampai di depan gerbang SMA SANJAYA.

Di jarak lima meter dari sekolah ada sebuah warung kecil yang ditempati gerombolan lelaki yang sedang merokok, Davira benci dengan asap rokok, padahal pagi ini udara begitu sejuk tetapi harus tercemari dengan asap rokok dari beberapa murid berseragam SMA itu, jujur jika ada jalan lain ingin sekali ia berbalik. Risih juga jika harus berjalan sendirian dan merasa di tatapi oleh semua cowok-cowok di warung itu, jadi Davira hanya menunduk dan mempercepat langkahnya ketika akan melewati warung itu.

Karena terburu-buru dan tidak melihat apa yang ada di depannya Davira menabrak sesuatu yang keras, Matanya menangkap sepasang sepatu yang berdiri tepat di hadapannya, seseorang baru saja mencegat jalannya.

Davira mendongak, seorang laki-laki berdiri tepat di hadapannya, dilihat dari budget yang di kenakan cowok itu sepertinya bukan anak SMA Sanjaya. Masih menggenggam sebatang rokok yang kemudian diselipkan di antara bibirnya lalu ia hembuskan asapnya tepat didepan muka Davira, sontak hal tersebut membuat Davira terbatuk-batuk sambil menutup hidungnya.

"WOI!, NGAPAIN LO BEGO!"

Andaru mematikan rokoknya dengan menginjaknya, dia menghampiri Davira dan membawa Davira di belakang punggungnya agar tidak mengenai kembali asap rokok tersebut, Davira sempat kaget ternyata beberapa anak SMA Sanjaya ada di warung itu.

"Dia cewek, jangan ganggu bro.."

Teman-temannya menyoraki Andaru, pasalnya baru kali ini Andaru peduli dengan kaum wanita, setelah kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Tumben lo Vin!, siapa nih cewek?, gebetan lo?"
sahutnya sambil berusaha melihat Davira yang berdiri dibelakang Andaru.

"Gue liat boleh lah Vin.." ucapnya ingin menarik Davira dari belakang Andaru, tetapi langsung saja Andaru tahan dan menggenggam dengan erat tangan Davira.

"Lain kali aja. Ayo gue anter, Ra"

Davira menggeleng.

"Gak usah, gue bisa sendiri" tolak Davira halus, Andaru sempat berdecak.

"Lo mau di apa-apain sama mereka?, gak mau kan?, Udah, gue anter" bisiknya ditelinga Davira agar teman-temannya tidak mendegar.

Akhirnya Andaru menggenggam tangan kanan Davira, ia hanya bisa pasrah berjalan melewati warung dengan sorak-sorakan kecil, Davira melirik tangannya yang sedang di genggam oleh Andaru. Perasaan Davira menghangat dengan perlakukan Andaru ia merasa aman dan hangat.

"Terlalu pagi untuk lo ngerokok" ucap Davira.

Andaru menoleh, ia tersenyum kecil mendengar ucapan Davira.

"Kenapa?, peduli?" sahut Andaru, sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ngerokok biar apa?, gak ada manfaatnya kalau ngerusak sih, iya" ucap Davira tidak memandang Andaru, lelaki itu sendiri merasa aneh dengan apa yang Davira ucapkan, seakan dirinya baru saja menunjukkan kepeduliannya kepada Andaru.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang