Dewa dan teman-temannya sedang nongkrong di depan kelas. Mereka sibuk dengan kegiatan masing-masing. Dewa yang sibuk dengan ponselnya, Gavin dengan rubik ditangannya yang masih berusaha ia selesaikan, Rio dengan cilok yang baru saja ia beli.
"Lo udah liat anak baru di kelas duabelas bahasa belum?" Tanya Rio masih sambil mengunyal ciloknya.
"Lah emang di kelas bahasa ada anak baru?, terus apa urusannya sama gua?" Balas Gavin masih berkutat dengan rubik ditangannya.
"Ini tuh beda, anak barunya tuh cantik anjir!, mana badannya tinggi lagi beuhh..." Ucap Rio terlihat antusias.
"Namanya siapa?" Tanya Gavin mulai tertarik, padahal awalnya biasa saja.
"Kalau gak salah namanya Rebecca Clodya, pindahan dari bandung pantes aja geulis" Ucap Rio.
"Sotoy banget lu Yo, emang lo udah kenalan?" Tanya Gavin.
"Belum sih.." Ucapnya tertawa hambar, "Tapi gue dengar-dengar dia kaya ngedeketin si Ravin gitu"
"Ravin?!—Gak mungkin lah, Ravin tuh sebelas duabelas sama noh" Ucapnya menunjuk Dewa dengan dagunya. "Mana bisa tuh cewek ngebet Ravin"
"Gue kan cuman dengar dari gosip, mana gue tau tuh berita benar apa kagak" Balas Rio.
"Gosip lo dengerin" Ujar Gavin.
"Emang napa!" Balas Rio tak mau kalah.
"Nih ya, kalau lo dengerin cerita dari orang lain, ibaratnya kayak lo makan bekas dari orang lain juga, gak enak" Ucap Gavin sok puitis.
"Iya juga sih.." balas Rio berjalan ke tempat sampah untuk membuang plastik ciloknya yang sudah habis "Udah deh, daripada bahas itu mending kita bahas soal acara sekolah" Lanjutnya.
"Nah ini nih yang mesti kita bahas daritadi" Ujar Gavin antusias.
"Woi Dewa, nyaut dong! Dari tadi hp mulu yang diliat!" Ujar Rio kesal.
Gavin menatap Dewa ia sudah terbiasa dengan sikap temannya itu, namun terkadang ia juga jengah karena ia hanya ingin Dewa menjadi lebih terbuka dan bisa mengobrol dengan temannya, namun Dewa tetap Dewa, ia hanya lelaki dingin yang pelit akan ekspresi.
"Dewa udah kayak punya pacar aja" Sahut Gavin.
"Emang ada?, siapa?" Tanya Rio penasaran.
"Tuh kotak di pegang mulu" Gavin melirik Dewa yang sedang bermain ponsel. "Di bawa kemana-mana, tiap hari di perhatiin, beruntung banget tuh Hp ngalihin dunianya Dewa" Ujar Gavin
"Berasa kalah dah sama Hp" timbal Rio.
"Jangan kacang aelah, ada yang mau kita bahas nih penting" Lanjutnya.
"Ngomong aja" Ucap Dewa, tak melepas fokusnya dari benda persegi yang ada di tangannya, Rio sempat berdecak kesal namun tetap melanjutkan pembicaraan mereka.
"Jadi lo ikutnya yang mana Wa?, Pensi atau Acara Sekolah?" Tanya Rio
"Gue saranin acara sekolah" Celetuk Gavin
"Gak ada" Ujar Dewa santai.
"Lo gak mau ikutan Wa?"
"Gak" balasnya lagi.
"Hampir tiga tahun kita sekolah dan lo gak pernah sama sekali ikut" Ucap Rio
"Lo emang gak pernah suka acara gituan?"
"Gue malas" Balasnya membuat kedua temannya menatap Dewa jengah.
"Kita gak tau sampai kapan kita hidup, jadi sebisa mungkin buat diri lo sendiri bahagia Wa, jangan stuck di satu tempat yang buat bahagia lo terhalang" Ucap Gavin membuat Dewa terbungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enigmatic
Teen FictionDavira sekar, gadis cuek dengan parasnya yang manis tidak begitu peduli dengan sekitarnya tetapi membuat heboh satu sekolah. Kedatangannya di SMA Sanjaya membuat sang pentolan sekolah dengan sifatnya yang dingin, Meliriknya. Dia, Dewa Kananta merasa...