Chapter 6

147 12 0
                                    

"Hanya perlu berdamai dengan diri sendiri agar merasa tenang.."

****

Bel tanda istirahat berbunyi, murid-murid yang awalnya mengantuk seketika terbangun siap untuk mengisi perut yang sendari tadi minta di isi, termasuk Raila.

"Yuk!, kantin" ajak Raila kepada Davira yang baru saja memasukkan alat tulis menulisnya kedalam tas ungu pastel miliknya.

"Lo duluan deh, gue mau ngumpul formulir Paskib dulu nih" balasnya sambil mengerluarkan kertas dari dalam tasnya, ia memang telah lama tertarik dengan organisasi Paskib.

"Yaudah barengan, terus lansung ke kantin." usul Raila yang di setujui Davira.

Mereka berjalan bersama, sewaktu di koridor tadi tidak sedikit yang memandang Davira dengan tatapan seolah dirinya orang aneh. Dia tidak peduli, sekarang dirinya sedang mencari seseorang, pandangan matanya berkeliaran mencari orang yang menolongnya kemarin, mengingat dirinya belum berterimakasih dengan pantas, jadi ia pikir ada baiknya ia menemui laki-laki itu lagi.

Davira berfikir untuk melupakan saja kejadikan kemarin, buat apa dirinya susah-susah memikirkannya, tetapi mengingat bagaimana dirinya yang ditolong dan ketika luka dan darah segar yang mengalir dari sudut bibir cowok kemarin membuat Davira ngeri sendiri dan merasa tidak enak hati. Sesampainya di basecamp Paskib. Ia mengumpulkan formulir dan segera pergi menuju kantin mengingat perutnya sendari tadi meminta untuk di isi, sebelum ia menutup pintu kembali, seseorang berteriak memanggil nya.

"Eh?" perempuan dengan tinggi semampai datang menghampiri Davira.

"Davira ya..?"

"Hm, iya kak ada apa ya?"

"Oh enggak, mastiin doang" sahutnya sambil menepuk pelan pundak davira.

"Kamu ikut paskib?" tanyanya kepada Davira.

"Iya--" Ucap Davira sambil mengangguk.

"Berarti kita bakalan sering ketemu dong, aku juga anak paskib" ucapnya sambil meulurkan tangannya di hadapan Davira.

"Nesya Nabila, panggil aja esya"

Orang di depannya ini sangat bersemangat, Davira jadi bingung sendiri.

"Davira--" Ucapnya terpotong ketika baru saja mebalas uluran tangan gadis tersebut.

"Davira sekar!, gue tau kok" ia langsung saja memotong ucapan Davira, membuat dirinya tambah merasa bingung.

"Hm.., kalo gitu gue duluan" ucap Davira, memutuskan segera pergi, mengingat bagaimana dirinya saat ini sudah kelaparan.

"Lo kenapa Ra?, gue liat kayak ada yang lo pikirin" Raila tidak bohong, dirinya melihat Davira seakan ia sibuk memikirkan sesuatu.

"Enggak papa, gue cuman laper aja" Ucap Davira kemudian menarik tangan Raila agar segera sampai di kantin, dirinya sangat malas memikirkan perihal tadi mengenai lelaki kemarin yang menolongnya dan perempuan yang baru saja ia temui.

Davira dan Raila memasuki kantin yang sedang ramai-ramainya saat ini mengingat mereka kurang cepat, jadi sekarang kantin benar-benar full.

"Lo cari tempat duduk, biar gue yang pesan, lo mau apa?" tanya Raila kepada dirinya.

"Nasi goreng deh, sama es teh manis" Ujar Davira

"Sip!" Raila pergi menuju penjual nasi goreng yang kebetulan bersebelahan dengan beberapa penjual minuman dingin. Davira melangkah mencari tempat duduk, beberapa senior di kantin saling berbisik melihat Davira.

"Ehh, itu incaran kak Dewa yahh??" ucap salah satu dari beberapa cewek yang berpakaian nyetrik dengan bandana berwarna merah menyala.

"Gak cantikk, kok Dewa mau sih" beberapa dari merika ikut menimpali.

"Emang Dewa suka sama dia?" tunjuknya ke arah Davira tanpa rasa takut sama sekali.

Davira menghela nafas sesaat sampai sejauh manapun. Dia mencoba bersabar ia juga memiliki batas kesabaran, dirinya tidak buta untuk melihat bahwa sekarang dialah yang menjadi topik pembahasan cewek-cewek di kantin.

"Diem deh.. nanti orangnya dengar tuh.."

Davira hanya memutar bola matanya malas meladeni omong kosong orang-orang di sekitarnya, ia melihat dan kebetulan sekali kursi di tengah tidak terisi, langsung saja Davira menghampiri.

Beberapa menit Davira menunggu ia pun mengangkat tangannya memberi tanda ketika ia melihat Raila kebingungan mencari dirinya.

"Kenapa tuh muka asem banget" sahutnya sambil meletakkan nampan makanan mereka.

"Sekarang lo harus kasi tau gue, adaapa sih sebenarnya?!" Ucap Davira, ia sudah mencoba untuk tidak peduli, tetapi keadaan benar-benar membuat dirinya harus mengetahui adaapa sebenarnya.

"Hm... bentar" Raila celinguk seperti mencari seseorang sehingga membuat Davira yang membutuhkan jawaban tambah dibuat bingung.

"Nah!,yang itu!" tunjuk raila ke arah pintu masuk kantin, bersamaan dengan beberapa segerombolan laki-laki memasuki kantin. Davira melihat dan mengernyit bingung, itu adalah segerombolan siswa kelas dua belas.

"Siapa?"

"Yang pake sepatu coklat, lo liat?"

"iya, kenapa?"

"Itu yang namanya kak Dewa, yang selama ini buat lo jadi topik hangat"

Davira memperhatikan cowok itu, ia merasa tidak asing sepertinya dia pernah melihatnya, tapi di mana?, Davira benar-benar lupa.

"For your information nih yah, kak Dewa itu orangnya dingin gak tersentuh, dia jadi orang kedua paling di takuti di sekolah ini, banyak banget yang deketin kak Dewa buat di jadiin pacar tapi gak pernah di respon." Raila meminum sebentar es jeruknya setelah itu menunduk dan mendekat ke arah Davira agar yang mereka bahas ini tidak didengar oleh orang lain.

"Bahkan ada yang bilang kak Dewa belum pernah pacaran, jadi kalau lo jadi pacar kak Dewa, bisa jadi lo yang pertama. Rumor yang gue dengar kak dewa ada masalah dengan kak ravin dan itu yang ngebuat dirinya benar-benar berubah jadi dewa tak tersentuh, lo jadi topik hangat karena kemarin selama upacara sambutan kak Dewa ngeliatin lo, itu ngebuat orang-orang kaget dong langsung dan berfikir lo jadi incarannya kak dewa." Ucap Raila panjang lebar

Davira benar-benar menyimak semua apa yang di katakan Raila, banyak sekali pertanyaan yang ada dalam pikirannya.

"Kok gue?, kenapa gue??" tanya Davira, sebenarnya lebih ke dirinya sendiri.

"Gue gak bisa bilang lo beruntung karena secara gak langsung lo udah narik perhatiaan kak Dewa,tapi gue juga gakbisa bilang lo sial soalnya sebagian orang banyak yang mau di posisi lo a.k.a sekedar di perhatiin sama kak Dewa" jelasnya panjang lebar.

"Pemikiran orang-orang tuh pendek!, gue bahkan gak mikir sama sekali kak Dewa tertarik sama gue, gimana kalau "incaran" dalam artian dia pengen ngecelakain gue?" sahut Davira, memperjelas kata incaran diucapannya.

"Gue gak tau Ra, lo jalanin aja dulu, gue yakin lama-kelamaan topik tentang lo akan hilang dengan sendirinya"

Davira menghela nafas, melanjutkan makannya yang sempat tertunda, ia melirik meja dimana Dewa berada, tidak sulit mengetahui keberadaannya dengan sepatu bewarna coklat itu. Disana ia berada, memisahkan diri dari segerombolan laki-laki yang tadi bersamanya memasuki kantin, yang ia liat cowok itu sedang tertidur di kursinya.

"Bikin hidup gue gak tenang aja sih" gerutu Davira kecil.

"Kenapa Ra?"

"Hah? enggak kok" ujar Davira

Setelah itu mereka berdua melanjutkan makannya.

•••••

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang