Chapter 32

43 6 2
                                    

Mereka berdua memilih berteduh di bawah pohon besar, Davira sesekali mengusap kedua tanggannya untuk menyalurkan hawa panas, sekarang ia terjebak bersama Andaru disampingnya, setelah kejadian tadi suasana menjadi canggung.

Davira mengangkat tangan kirinya untuk melihat sekarang sudah jam berapa. Ternyata hari semakin malam, ia gelisah sendiri melihat hujan yang tidak juga berhenti.

Baru saja ia ingin menoleh ke arah Andaru, lelaki tersebut sudah menyampirkan jaket kepadanya, Davira menahan napasnya sesaat, matanya mengerjap dua kali jantungnya kembali berdetak sangat kencang.

"Gue belum bilang maaf" Ucap lelaki tersebut membuat Davira tersadar.

"Hah?" beo Davira, ia mengalihkan wajahnya ke arah lain untuk menormalkan kembali detak jantungnya.

"Kejadian waktu itu" Balas Andaru membuat perempuan itu mangguk-mangguk mengerti apa yang lelaki itu bicarakan.

"Iya gak papa, gue ngerti" Ucap Davira tersenyum sesaat.

Hening, tidak ada lagi yang berbicara mereka diam dengan pikiran masing-masing

"Gak ada yang mau lo tanya?" Ucapan Davira membuat Andaru menoleh kearahnya.

"Apa?"

"Kenapa gue hujan-hujanan" ucap Davira, entah kenapa dirinya hanya spontan berkata seperti itu.

Andaru menatap Davira yang hanya menatap lurus ke hamparan jalanan, wajahnya kembali sedih, hal itu membuat Andaru ingin mengembalikan wajah ceria Davira.

"Terus, lo gak mau tanya kenapa gue bisa ada di sini?"

"Lo ngikutin gue?" Tanya Davira memicingkan matanya, tetapi Andaru hanya diam.

"Kenapa?" tanya Davira.

"Lo pikir kenapa?" Davira tampak bingung dengan ucapan Andaru, ia kembali menatap jalanan didepannya.

"Gue diam aja gitu ngeliat lo di halte sendirian, terus hujan-hujanan. Gimana gue gak ngikutin lo?" Lanjut Andaru, perkataannya sempat membuat Davira terdiam.

"Hmm.. gue pulang" Ucap Davira menatap langit ketika hujan mulai reda.

"Gue tau lo gak benar-benar mau pulang" Ucapan Andaru sempat membuat Davira tertegun, sebenarnya ia berencana berjalan sebentar karena ia tau kalau rumahnya tidak benar-benar menjadi tempatnya pulang.

"Gue juga engga mau pulang" Lanjut Andaru

Davira tertawa, hal itu sempat membuat Andaru tertegun, ia menatap perempuan itu yang terlihat manis ketika tertawa, jarang sekali dirinya melihat momen langka seperti itu. Senyuman Davira membuat Andaru menatapnya lekat.

"Lo aneh, gue mau pulang" Ucap Davira, ia berjalan meninggalkan Andaru.

Langkah Davira terhenti ketika ia sadar bahwa seseorang kembali mengikutinya.

"Stop, lo ngikutin gue?!"

"Gue juga"

"Apa?"

"Mau balik"

Davira mengernyit bingung.

"Lo sendiri yang bilang kalau gak mau pulang, gimana sih"

"Yaudah, gak jadi"

Wah, Davira benar-benar bingung dengan orang seperti Andaru ini, ia tidak mengerti jalan pikiran lelaki tersebut. Dia berbalik untuk kembali berjalan namun ia kembali berhenti.

"Jangan ngikutin gue!"

"Stop, diam di situ" Tunjuk Davira kearah Andaru. Ia pun kembali berjalan namun lelaki dibelakangnya tetap mengikutinya, Davira kesal ia kembali berbalik.

"Kalau lo ngikutin lagi, gue anggap lo suka sama gue" Ancaman Davira sempat membuat Andaru terdiam, entah kenapa kata-kata itu keluar dari dalam mulutnya, ia sendiri tidak paham.

Mungkin ia berpikir, dengan ancaman seperti itu lelaki di belakangnya akan berhenti. Kenapa juga lelaki itu mau mengikutinya, Davira tidak ingin terlalu melibatkan hatinya pada seseorang.

Munafik kalau ia tidak ada rasa sedikit-pun pada  lelaki yang akhir-akhir ini muncul dalam hidupnya, namun sebelum rasa itu semakin besar Davira mencoba menghindar.

"Ah, apa gue terlalu egois sama hati gue?" batinnya, ia membuang jauh-jauh pikiran anehnya.

Andaru menatap punggung perempuan itu, Rambut panjangnya yang bergelombang ikut bergerak, Andaru tersenyum simpul, lantas berjalan kembali mengikuti perempuan itu dari belakang.

••••

Davira menyadarinya, ia merutuki ucapannya sendiri, keadaan berubah menjadi canggung dan tanpa sadar mereka telah sampai di rumah minimalis berukuran besar.

Davira melihat seseorang yang sedang berdiri didepan rumahnya, lekaki itu bersandar pada motor ninja berwarna merah miliknya, ia bersedekap dan berdiri tegak ketika menyadari kehadirannya. Davira sempat membulatkan matanya kaget.

"Dewa?"

Lelaki tersebut berjalan mendekati Davira dan juga Andaru.

"Lo kenapa di sini?" Tanya Davira

"Gue tunggu lo" Balas Dewa menatap jaket yang Davira kenakan, ia tau persis jaket tersebut milik Andaru.

Perkataan Dewa membuat Davira menatapnya ia sempat mengernyit bingung.

"Kena-"

"Kenapa gue datang?" Potong Dewa, "Chat gue gak lo balas" Lanjutnya.

Andaru menatap Dewa tajam.

"Davira, masuk" Ucap Andaru membuat perempuan itu menatapnya lantas kembali menatap Dewa.

"Hp nya gue matiin" Ucap Davira

Perempuan itu berjalan kearah gerbang rumahnya baru saja ia ingin membukanya seseorang menahan lengannya.

"Kenapa?" Ucap Dewa

Seseorang menghempas dengan kasar tangan Dewa yang sempat menahannya.

"Masuk" Ujar Andaru

Davira sempat menatap Dewa lantas berjalan masuk, kenapa dua lelaki ini selalu saja membuat dirinya berada di tengah-tengah.

"Sejak kapan lo suka sama Davira?"

"Kenapa lo peduli?" Balas Dewa

"Jawab!"

"Lo takut dia lebih butuh gue daripada lo" Ucapan Dewa membuat Andaru menarik kerah baju milik lelaki tersebut, Dewa hanya tersenyum menatapnya.

"Maksud lo apa?!"

"Lo jelas takut Andaru, kalau Davira sama seperti dia" Balas Dewa sambil menghempas dengan kasar tangan Andaru dari kerah seragamnya ia melangkah menuju motornya.

"Lo gak usah khawatir, Davira beda" Perkataanya terakhir Dewa sebelum ia menancap gasnya meninggalkan Andaru yang terdiam.

EnigmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang