PART 14

1.2K 68 9
                                    

Suasana dikelas sebelas IPA 2 benar-benar sunyi. Tak ada yang berani buka suara saat Pak Suryo yang dikenal tegas sedang menerangkan tentang kedatangan Jepang di Indonesia. Mereka memasang telinga baik-baik karena biasanya sesudah Pak Suryo menjelaskan, beliau akan memanggil beberapa siswa untuk menjelaskan kembali didepan kelas.

"Sebelum saya memanggil beberapa siswa untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi. Saya akan memberi kalian tugas." Pak Suryo berjalan menuju meja guru, meletakkan penggaris panjang yang ia gunakan untuk menerangkan.

"Tugasnya yaitu kalian harus membuat film tentang kemerdekaan Indonesia. Dimulai dari di jatuhkannya bom atom dikota Nagasaki dan Hiroshima. Masing-masing kelompok berjumlah 10 orang. Ada yang mau bertanya?"

"Pak," Anton, cowok berkaca mata yang duduk dideretan nomor dua mengacungkan tangannya.

"Ya,"

"Durasinya berapa menit?" tanya cowok berkaca mata itu.

"Minimal 30 menit." jawab Pak Suryo.

"Pak, kan tokoh-tokohnya banyak. Jadi 1 orang boleh 2 peran, kan?" kini giliran Rendy yang bertanya.

Pak Suryo mengangguk. "Kalau bisa kalian mencari latar tempatnya yang sama seperti jaman dulu. kalian juga bisa membuat filmnya menjadi hitam putih. Dikumpulkan tanggal 20, yang telat saya tidak terima lagi,"

"Pak, Kelompoknya kami yang pilih sendiri atau bapak yang pilihkan?" tanya Yana

"Untuk kelompok saya serahkan pada kalian. Sekarang kalian boleh menentukan kelompoknya." Pak Suryo duduk dikursinya. Membiarkan anak didiknya memilih kelompok untuk pembuatan film.

"Kas, gue ikut lo ya." ucap Azka yang duduk disebelahnya.

Rikas berdehem, kepalanya dia sandarkan dimeja dengan posisi menghadap Azka.

"Lo kenapa diem aja dari tadi? Sakit gigi yaa?" Azka mengambil ponsel Rikas yang berada dikolong meja. Ia melirik Pak Suryo, setelah memastikan Pak Suryo tidak memerhatikan mereka, Azka membuka aplikasi instagram. Pria ini merapikan rambutnya sejenak kemudian mulai mengambil gambar dengan ponsel milik Rikas. Muncul di instragram story Rikas itu menurutnya berkah melimpah karena bisa menaikkan followers. Makanya Azka sering diam-diam mencuri HP teman sebangkunya itu agar wajahnya bisa terpampang di sosial media Rikas.

"Ngantuk," balas Rikas dengan mata yang sudah terpejam. Dia semalam tidur pukul 01.00 WIB karena harus menemani 2 partner cerewetnya. Siapa lagi kalau bukan Rania dan Sivia. Dua gadis itu minta dibantu untuk membuat lpj-an karena harus diserahkan ke koordinator osis hari ini. "Gak usah pansos lu," Rikas merebut ponselnya, menyipitkan matanya untuk memastikan Azka belum membuat story apapun diakun instagramnya. Rikas bukan tipe pria yang suka bikin story, update foto saja bisa 2 bulan sekali.

"Yaelah, Kas, bantu temen. Siapa tau followers gua tembus 1k,"

"Kas, lo masuk kelompok gue yaa." Suara lantang Rania mengalihkan perhatian dua pria tampan ini.

"Gue jugaa!" Sahut Azka.

Rania mencibir. "Gak!"

Azka langsung beranjak menuju kursi Rania, mengeluarkan rayuan maut agar bisa ikut gabung dengan kelompok Rania.

Ketukan pintu serta suara kepala sekolah mengalihkan perhatian semua orang yang berada dikelas ini, termasuk Azka yang langsung kembali ke tempat duduknya. Bu Ira memasuki kelas dengan menggandeng seorang gadis cantik. Dilihat dari seragamnya yang berbeda dengan seragam SMA Alvano, sepertinya gadis itu murid baru.

"Maaf mengganggu, Pak. Saya ingin mengantarkan murid baru." Ucap Bu Ira setelah sampai dihadapan Pak Suryo. Pak Suryo mengangguk, beliau langsung menyuruh murid baru tersebut duduk dibangku kosong yang berada dibelakang Rania.

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang