"Panass gila," Desah Dela sembari mengibaskan kedua tangannya didepan wajah. Matahari sedang bersinar terik, membakar kulit siapa saja yang sedang berada di luar ruangan termasuk anak-anak Alvano yang tengah melaksanakan outbond.
Sinta mengangguk, gadis manis ini mengikat rambutnya menjadi cepol karena gerah. Untung saja kelompoknya dan kelompok Dela mendapat urutan pertama untuk jalan menyusuri hutan dan melakukan outbond yang sudah di siapkan oleh pihak OSIS, jadi mereka selesai lebih dulu dan boleh istirahat.
Sinta menyenggol lengan Dela setelah memastikan ikatan rambutnya kencang. "Semalem lo yang dorong Kinan?" Bisiknya dengan mata melirik kanan-kiri, memastikan tidak ada yang mendengar obrolan mereka. Kinan yang jatuh ke jurang sudah menyebar luas di kalangan anak Alvano.
Dela mengangguk.
"Gila ya lo!"
"Gue Cuma dorong biasa," ucap Dela, kemudian mengangkat kedua bahunya. "Gak taunya malah jatuh ke jurang. Jadi bukan salah gue dong?"
"Lo dimarahin anak kelompok?"
Dela menggeleng. "Gak ada yang tau. Dan lo harus tutup mulut, jangan sampai anak-anak tau, apalagi Rikas."
"Gak mungkinlah Rikas gak tau, tuh anak cupu pasti bakal ngadu,"
"Coba aja kalo berani ngadu," Dela menatap tenda kesehatan dimana gadis yang saat ini berada di deretan nomor satu orang yang ia benci berada. "Gue bener-bener bisa bikin dia gak nafas lagi."
Sinta meneguk ludahnya melihat tatapan tajam Dela dan ucapan dingin yang keluar dari gadis di sebelahnya. Sinta sudah mengenal Dela selama 2 tahun dan dia paham kalau gadis itu sudah menginginkan sesuatu, Dela akan melakukan apapun. Dalam hal ini, Dela menginginkan Rikas. Tidak menutup kemungkinan Dela benar-benar akan mencelakai Kinan lagi.
****
Pukul 11.00 WIB semua peserta sudah selesai melaksanakan outbond dan kini waktunya untuk bersih-bersih. Toilet menjadi tujuan anak-anak untuk membersihkan diri hingga terjadi antrian panjang, apalagi di toilet perempuan.
"Mau ngantri sembako, Buk?" Ledek Ratu pada teman-temannya yang berbaris didepan pintu toilet. Ratu sudah bersih dan rapi dengan kemeja kotak-kotak dan celana jeans hitam. Gadis ini sudah mandi sejak tadi karena kelompoknya selesai melaksanakan outbond lebih dulu. "Byee!" Ratu buru-buru lari sebelum teman-temannya melemparkan sesuatu ke wajahnya.
Ratu melangkahkan kakinya menuju tenda kesehatan. Sejak semalam dia ingin menemui Kinan, tapi tidak jadi ketika melihat sudah ada Rikas disana. Sedangkan tadi pagi dia tidak sempat ke tenda kesehatan karena bangun kesiangan terus di buru-buru oleh panitia untuk segera berbaris.
"Kinaannn," Ratu berlari mendekati brankar dimana Kinan tengah tiduran dengan ponsel di tangan. "Nan, sorry gue semalem sebenernya mau nemuin lo, tapi udah ada Rikas. Gue takut ganggu kalian. Jadi gue baru nemuin lo sekarang. Gimana keadaan lo? Mana yang sakit?"
Kinan tersenyum geli. "Bawel," ucapnya. Kinan merubah posisinya menjadi duduk. "Gue udah gak papa kok,"
"Hih, gue bawel karena gue perhatian sama lo," Sebelum duduk, Ratu menarik kursi plastik agar lebih dekat dengan brankar. "Lo kok bisa jatuh sih?"
"Kepleset,"
Ratu mencibir. "Bohong banget."
"Iya, bener."
Ratu menyilangkan kedua tangannya didada. "Lo kira gue gak tau? Lo di dorong Dela kan?"
Kinan melotot. Bagaimana Ratu bisa tau? Kinan tidak cerita pada siapapun bahkan Rikas saja tidak tau. Dan saat kejadian itu tidak ada yang melihat kalau Dela mendorongnya karena mereka tertinggal dari anggota kelompok lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.