Siang ini Alvano dihebohkan dengan kehadiran Dela di kelas Rikas. Dela menangis dihadapan Rikas sambil berkali-kali mengucapkan maaf. Tidak hanya anak IPA yang mengerubungi kelas 12 IPA 2, namun anak IPS pun ikut mendatangi kelas ketua OSIS Alvano, berkerumun didepan kelas dan ada juga yang menonton dari balik jendela.
"Kas, gue minta maaf." Ucap Dela, berusaha meraih tangan Rikas namun langsung ditepis oleh si empunya. Rikas bahkan enggan menatap mata Dela, pandangan pria itu terfokus pada layar ponsel. "Gue gak sengaja dorong Kinan ke jurang. Dan kejadian kemarin gak seperti yang lo bayangin, Kas. Kemarin gue gak nyakitin Kinan." Dela berusaha menjelaskan kejadian kemarin, namun Rikas masih acuh.
Tadi saat Dela baru saja keluar kelas untuk ke kantin, Kepala sekolah memanggilnya ke ruangan. Didalam ruangan kepala sekolah sudah ada Rikas, Satria dan juga Rania. Dan ternyata tiga orang itu menjadi saksi atas perbuatan yang sudah Dela lakukan pada Kinan. Tepatnya, Rikas yang melaporkan Dela ke kepala sekolah, sedangkan Satria memberikan kesaksian untuk kejadian pada saat camping dan Rania memberikan kesaksian bullying di toilet. Belum ada keputusan dari kepala sekolah, Kepala sekolah akan merapatkan hal ini pada seluruh guru di Alvano.
"Gue minta maaf, Kas. Tolong jelasin ke kepala sekolah, gue gak salah, Kas. Gue gak nge-bully, Kinan. Rania Cuma lihat sekilas, dia gak tau kejadian sebenarnya."
"Gue lihat lo ngejambak Kinan, Del. Itu bukan masuk tindakan bullying?" Sahut Rania dengan sinis.
Rikas meletakkan ponselnya dimeja lalu menatap Dela dengan tajam. "Lo udah hampir bunuh Kinan, gue maafin. Tapi, lo ngusik dia lagi, Del. Gue udah peringatin, jangan sentuh orang terdekat gue."
"Tapi gue gak ngusik dia! Dia yang mulai duluan. Dia yang dorong gue, Kas."
Rikas tersenyum sumir. "Lo pikir gue percaya? Lo tanya sama anak-anak disini, apa mereka percaya kalo Kinan yang dorong lo? Kinan bukan orang jahat kayak lo."
Kinan, si tokoh utama yang menjadi perbincangan menerobos masuk ke dalam kelas IPA 2. Dia baru saja dari kantin bersama Ratu, dan dia kaget ketika kelas IPA 2 ramai dikerubungi oleh anak-anak. Reno yang menyuruhnya masuk ke dalam, katanya Rikas dan Dela tengah bertengkar. Dan ternyata benar. Kinan mendekati meja Rikas sembari memainkan jari-jarinya. "Rikas."
Dela berbalik dan tatapannya beradu dengan Kinan. Gadis ini mencengkram dua bahu Kinan. "Nan, gue gak nyakitin lo, kan? Jelasin ke mereka semua kalo gue gak salah, Nan!"
Bibir Kinan bergetar, kemarahan Dela membuatnya takut.
"Jangan buat gue bersikap kasar sama lo!" Rikas melepaskan cengkraman tangan Dela dari bahu Kinan, kemudian Rikas berdiri membelakangi Kinan dengan tangan kanan menggenggam tangan Kinan yang bergetar. "Del, Kinan mungkin akan diem aja saat lo terus bully dia. Tapi gue gak akan tinggal diam, gue gak akan terima Kinan disakitin terus-terusan sama lo. Dan gue bisa pastiin, ini hari terakhir lo menginjakkan kaki di Alvano." Ucap Rikas dengan nada dingin. Pria ini lalu keluar dari kelas sembari menarik Kinan ikut bersamanya.
Rania bersedekap dibalik mejanya. "Asal lo tau, Rikas anak pemilik yayasan. Jadi bisa di pastikan ini bener-bener hari terakhir lo di Alvano." Ucap Rania yang membuat anak-anak yang masih berada dikelas IPA 2 melotot tidak percaya. Terutama Dela. "Lo salah nyari target bully, Dela." Rania tersenyum sinis. Senang melihat wajah Dela memucat.
"Sumpahh?!"
"Tajirr banget dong si Rikas."
"Eh, beneran? Rikas anaknya Pak Aditama?"
"Anjiirrrr! Gue kenapa bisa gak tau?!"
Bisikan-bisikan mengenai Rikas anak pemilik yayasan Alvano mulai terdengar. Memang tidak ada yang tau latar belakang Rikas, Rania saja tau karena tidak sengaja mendengar obrolan Pak Yadi dan Rikas saat berada di ruang OSIS beberapa bulan yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.