"Indah banget ciptaan Tuhan ya, Ki," ucap Dea dengan pandangan lurus ke lapangan dimana anak laki-laki sedang tanding basket.
Jadwal kelas 12 IPA 2 hari ini setelah jam istirahat yaitu PJOK. Mereka sudah melakukan pemanasan keliling lapangan 3 kali dan mengambil nilai voli. Masih tersisa 1 jam pelajaran lagi, Pak Sandi memperbolehkan untuk ke kantin jika ada yang ingin membeli minuman atau pun ganti baju. Beberapa perempuan sudah balik ke kelas untuk mengganti seragam olahraga dengan seragam putih, sedangkan anak laki-laki memilih menghabiskan jam olahraga dengan bermain sepak bola.
"Yang jadi pacarnya Rikas beruntung banget ya, " Dea masih mengagumi ketampanan ketua OSIS Alvano. Saat jam kelas mereka sedang olahraga, tidak heran melihat beberapa anak berdiri di pinggir lapangan untuk mencuri-curi pandang kearah Rikas. Kadang ada juga yang modus ke kelas IPA 2 dengan alasan meminjam barang, padahal alasan sebenarnya ingin melihat Rikas.
Kiara mengangguk. "Dia sempurna banget, De." gadis ini mengeluarkan ponsel, mengambil potret Rikas diam-diam. Ini bukan pertama kalinya Kiara mengambil foto Rikas, saat pria itu sedang fokus belajar, saat sedang ngobrol dengan teman-temannya, saat sedang tertidur di kelas, Kiara ada semua potretnya. Kiara tidak mau menyia-nyiakan pemandangan indah didepan matanya.
"Enak banget ya jadi Kinan. Tiap hari cuci mata. Berangkat bareng, pulang bareng, kadang digandeng. Gue kalo jadi Kinan udah gue iket si Rikas biar gak kemana-mana."
"Dia mainnya pinter, De. Diam-diam dia ngiket Rikas dengan muka lugunya."
"Maksud lo?"
"Nanti juga lo tau." Kiara berdiri, menepuk celana bagian belakang lalu mengajak Dea untuk kembali ke kelas.
🪷🪷🪷
Selesai menunaikan sholat zhuhur, Kinan menuju toilet untuk memperbaiki ikatan rambutnya yang berantakan. Ia sendirian ke mushola karena Ratu sedang kedatangan tamu bulanan. Tadi Rani mengajaknya untuk barengan, namun Kinan belum selesai mengerjakan soal bahasa Indonesia, ia juga tidak begitu dekat dengan Rani meskipun mejanya ada didepannya. Kinan memang payah jika urusan berteman."Sendirian, Nan?"
Kinan menoleh, tanpa sadar ia menghela nafas berat setelah melihat siapa yang bertanya.
"Iya," jawabnya.
Kiara berdiri disamping Kinan, ikut merapikan rambutnya yang bergelombang. Kinan melirik, diam-diam mengagumi penampilan Kiara yang modis dengan make up tipis dan lipstik yang diombre membuatnya terlihat seperti gadis korea.
"Rikas nanti malem ngajakin nonton balapan. Lo ikut?"
Kinan menggeleng. "Nggak," jawabnya singkat.
"Gak diajak? Ah iya, lo kan masih kecil yaa. Rikas mana mungkin ngajak lo ke tempat begituan." Ucap Kiara. Ia memasukkan liptint ke dalam saku bajunya, kemudian menepuk bahu Kinan pelan. "Gue duluan ya."
Kinan menatap pantulan dirinya didepan cermin. Kalimat Kiara cukup mengganggunya. Apa ia masih terlihat seperti anak kecil di mata Rikas?
"Tahun ini gue 17 tahun. Emang nonton balapan minimal umur berapa?" Gumam Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.