Kinan membuka album foto masa kecil. Bibirnya tertarik melihat foto-fotonya bersama sang Mama, ia rindu dengan Mamanya yang cantik, baik, dan lembut. Andai saja Mamanya masih ada, mungkin Kinan tidak akan merasakan kesepian. Mungkin sekarang mereka sedang menonton TV sambil berbagi cerita tentang kegiatan yang Kinan lakukan hari ini.
"Mama cantik banget deh, Kinan jadi iri." Gumam Kinan sembari menyentuh foto Mamanya.
Kinan membalikkan ke halaman selanjutnya, disana ada foto dirinya dan Rikas saat duduk di bangku SD. Bibirnya mencibir melihat Rikas masih tetap sama sejak dulu. "Kenapa gue gak punya foto aib lo sih. Gak asik banget," Kinan benci melihat foto-foto Rikas yang tidak ada jelek-jeleknya. Meskipun hanya mengenakan baju singlet dan wajah yang penuh dengan bedak, tetap saja kelihatan tampan. Mungkin ini definisi tampan sejak lahir.
Kinan menumpukan dagunya diatas guling, Kinan jadi ingat obrolannya dengan Rikas tadi sore. "Kalo lo balikan sama Kiara, gue sama siapa dong?" ucapnya lirih. Kinan memandangi foto-fotonya bersama dengan Rikas. Tumbuh bersama sejak kecil membuat Kinan terbiasa dengan kehadiran Rikas.
Kinan mengambil ponselnya, mengetikkan pesan untuk Rikas.
Kinan
Kas, mau makan baksoSaat ini Kinan masih boleh menghabiskan waktu dengan Rikas, kan? Sebelum pria itu memiliki pawang. Nanti kalo Rikas udah punya pacar, pasti Kinan tidak bisa mengajak Rikas jalan sesuka hatinya.
Tokk Tokk Tok
Pintu kamar Kinan diketuk berulang kali, Kinan mengubah posisinya menjadi duduk sembari mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Kinan tersenyum melihat wajah Papanya muncul dibalik pintu, Kinan kira Papanya masih dikantor karena tadi pria paruh baya itu mengirim pesan jika pulang telat.
"Papa kapan pulang? kok Kinan gak denger suara mobil,"
"Habis isya. Kamu udah makan, nak?" tanya Arkan, ia duduk dikasur dan mengambil album foto yang masih terbuka. Bibirnya melengkung membentuk senyum melihat potret putrinya saat masih kecil.
"Belum, Pa. Papa udah makan?"
Arkan menggeleng. "Ayo makan diluar sekalian jalan-jalan," ucap Arkan, menutup album foto kemudian meletakkannya di meja samping kasur. Arkan mengusap rambut panjang Kinan. "Kamu udah baikan, kan?"
Kinan mengangguk dua kali, senyum di wajahnya belum pudar. "Udah kok, Pa. Ayo makan diluar aja. Kinan kangen makan berdua sama Papa."
Arkan merangkul bahu Kinan, mendekatkan tubuhnya dengan sang putri. Pria ini memberikan kecupan di pelipis Kinan. "Maaf ya Papa selalu sibuk."
Kinan menggeleng. "Papa gak perlu minta maaf. Papa kerja untuk Kinan kan,"
"Makasih ya, Nak." Sekali lagi Arkan memberikan kecupan di pelipis Kinan. "Yuk, biar gak kemaleman. Jangan lupa pake jaket ya." Arkan mengusap rambut anaknya lalu berdiri keluar kamar.
"Siapp!" sahut Kinan.
*****
Bakso yang berada didekat stadion menjadi menu makan malam ayah dan anak ini. Sebelum ke tempat ini, mereka mampir ke pasar malam hanya untuk membeli gulali. Ditengah menunggu pesanannya datang, Arkan menimati pemandangan didepannya, pemandangan Kinan yang tengah menikmati gulali berbentuk kepala doraemon dengan wajah bahagia. "Emangnya enak?"
Kinan mengangguk. "Cobain deh, Pa." Gadis ini menyodorkan gulali ke hadapan Papanya.
"Gak ah. Papa gak suka."
Kinan cemberut. "Enak tau."
"HP kamu geter tuh,"
Kinan melirik ponselnya, layar ponselnya menampilkan satu panggilan video call dari Rikas. Kinan menggeser tombol ke atas, kemudian membenarkan posisi ponselnya menjadi berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.