"Setelah phpin gue, sekarang lo nyuruh gue nginep sini! Untung gue temen yang baik!" cerocos Ratu sambil naik ke atas kasur empuk milik Kinan. Gadis ini sudah berganti pakaian dengan baju tidur motif tie dye.
Kinan mencibir. "Gue sogok mcd dulu baru lo mau kesini." Balas Kinan.
Ratu mengangkat bahunya angkuh. "Ya jelaslah! Perjalanan kesini tuh butuh energi."
Kinan mengabaikan ucapan Ratu. Ia kembali fokus mengoleskan krim malam khusus untuk kulit berjerawat, krim yang tadi diberikan dokter. Kinan mendapatkan krim pagi, krim malam dan obat totol jerawat.
"Habis berapa lo beli krim?"
"Gak tau."
"Lah? Lo nyolong?"
"Enak aja!" Kinan mendengus tak terima. "Tadi yang bayar Rikas. Rikas yang ke resepsionis. Pas gue tanya, katanya nanti aja."
"Positif, Nan!" Seru Ratu bersemangat. Gadis ini sampai turun dari kasur dan mendekati Kinan yang masih berada didepan meja rias.
"Positif apa?" Kinan menaikkan satu alisnya bingung.
"Positif kalau Rikas itu bokap lo! Iya kan? Ngaku lo!"
Kinan memutar bola matanya. Sejak kapan kinerja otak Ratu menurun? "Iya, positif." Sahut Kinan. "Positif lo gila!"
"Sialan!" Ratu spontan menoyor kepala Kinan.
"Ih, Ratu," Kinan mencebik, mengusap pelan kepalanya yang ditoyor Ratu.
"Ih, Ratu." Ratu mengikuti gaya bicara Kinan dengan bibir yang ikut mencebik. "Gak usah sok tersakiti." Ucap Ratu, ia kembali merebahkan dirinya dikasur.
Kinan duduk di samping Ratu, teringat tujuannya meminta Ratu untuk menginap dirumahnya. "Rat, ajarin gue nyetir mobil dong." Ucap Kinan sambil memilin ujung baju tidurnya.
Ratu melotot. "Lo mau belajar naik mobil?!"
Kinan mengangguk.
"Minta ajarin gue?!"
Kinan lagi-lagi mengangguk.
"Lo mau gue dibunuh Rikas hah?!"
"Emang kenapa? Kan Rikas gak tau. Makanya jangan bilang-bilang Rikas."
"Lo ngomongnya enak. Kalo ketahuan bukan elo yang dimaki-maki, tapi gue." Ratu mendengus.
"Kalo gue bisa naik mobil sendiri, gue gak akan ngerepotin Rikas lagi. Gue udah banyak ngerepotin dia. Gue mau belajar mandiri, Rat."
"Lo kan bisa naik taksi, Nan, bisa naik bus, bisa nebeng gue juga. Ada banyak kendaraan umum. Lo juga sekarang punya banyak temen, gak Cuma Rikas." Ucap Ratu. Gadis ini bangkit dari posisi rebahannya, ia duduk bersila berhadapan dengan Kinan. "Percaya sama gue, Rikas pasti gak akan ngizinin lo bawa mobil sendiri."
"Rikas juga gak akan izinin gue naik kendaraan umum, Rat, lo tau sendiri kan?"
"Tapi, Nan..." Ratu menggigit bibir bawahnya, bingung harus memberi jawaban apa lagi agar Kinan tidak memaksa untuk belajar naik mobil. Ia bisa mengajari orang naik mobil, karena sebelumnya ia sudah mengajari adiknya mengendarai mobil hingga mahir. Tapi jika mengajari seorang Kinandya, hati kecil Ratu ragu.
"Gue mohon, Rat," Kinan menangkupkan kedua tangannya didepan dada dengan mata memejam. "Gue bakal bayar berapapun kok. Gue janji. Mau, ya? Plis, plis, plis..."
Ratu menyentil dahi Kinan. "Bukan masalah bayaran, bego! Tapi masalah keselamatan lo."
"Rikas selalu menganggap gue anak kecil. Dan lo juga gitu. Terus kapan gue dewasanya? Gue gak mungkin bergantung sama kalian berdua kan, Rat? Lo gak mau ajarin gue untuk dewasa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.