"Lo lagi flu, Nan?"
"Enggak."
"Terus kenapa pake masker?"
"Banyak polusi."
Kiara yang duduk di samping kemudi menoleh, memberikan tatapan heran pada Kinan. "Kan kita naik mobil, Nan."
"Lagi kumat anehnya." Celetuk Rikas, mulai menjalankan mobil membelah kemacetan Ibu kota.
Kinan membenarkan letak masker yang menutupi wajahnya. Pandangannya fokus pada jalanan. Mood-nya sedang tidak baik-baik saja. Pertama, alasan ia memakai masker sebenarnya karena wajahnya sedang jerawatan. Kinan tidak tau kenapa tiba-tiba wajahnya muncul jerawat merah disekitaran pipi. Kedua, karena Rikas yang telat menjemputnya. Ternyata pria itu menjemput Kiara dulu.
Kinan mencibir. "Cinta lama bersemi kembali," ucapnya dalam hati.
"Nanti pulang bareng gue ya, Nan." Ucap Rikas ditengah obrolannya dengan Kiara.
"Gue pulang sama Ratu aja."
"Hari ini gue gak kelompokan, jadi lo pulang sama gue."
"Oh iya, pulang sekolah kita jadi makan es krim yang lo bilang enak itu, Kas?" Tanya Kiara.
Rikas mengangguk. "Jadi, Ki."
"Kinan mau?" Kiara menoleh ke belakang untuk meminta persetujuan Kinan.
"Dia gak usah ditanya. Pasti gak bakalan nolak kalo disodorin es krim," sahut Rikas.
"Gue nanti pulang sama Ratu aja." Ucap Kinan, sama sekali tidak tergiur dengan kedai es krim langganannya. Lagian dari pada Kinan menjadi obat nyamuk dua manusia didepan, lebih baik Kinan pulang bersama Ratu.
"Lo sama Ratu mau jalan ya?" Tanya Rikas penuh selidik.
"Nggak."
"Yaudah, pulang sama gue."
"Gue sama Ratu aja. Udah bilang sama Ratu semalam."
Rikas berdecak. "Kan tinggal bilang lo pulang sama gue. Lo pasti mau jalan kan sama Ratu? jalan kemana?"
Kinan merengut. "Terserah gue mau kemana aja."
"Kinandya."
"Apa sih, Kas? gue kan pergi sama Ratu. Gak aneh-aneh. Cerewet banget." Dengus Kinan. Sudah dibilang kan jika mood Kinan pagi ini sedang jelek dan Rikas membuat Kinan semakin kesal. "Gue gak pernah larang-larang lo pergi."
"Terserah." Balas Rikas dingin.
"Yaudah."
Biasanya kalau Rikas sudah bilang 'terserah' Kinan akan diam, tidak berani menyahut dan merasa bersalah sudah membuat Rikas marah. Tapi kali ini ia tidak peduli jika Rikas akan semakin marah. Lagian Kinan tidak salah kok. Ia hanya ingin bebas pergi kemana pun. Sama seperti Rikas yang bebas pergi kemana pun dengan Kiara kan?
Kiara yang mendengar perdebatan Rikas dan Kinan tidak berani buka suara. Apalagi setelah melihat perubahan raut wajah Rikas.
*****
"Anjir gede banget, Nan, jerawatnya." Celetuk Ratu ketika Kinan membuka sedikit maskernya untuk memperlihatkan jerawat di pipi gadis itu.
Kinan manyun. "Iya. Kalo hilangnya lama gimana, Rat? gue malu, ih. Banyak lagi jerawatnya."
"Tenang, tenang, nanti ke rumah gue ya. Gue kasih obat jerawat." ucap Ratu. "Tapi obat jerawatnya cuma untuk ngempesin sih, bukan ngilangin bekasnya." Lanjutnya lagi disertai cengiran.
"Yah, terus ntar item-item pipi gue, Rat? Ngilanginnya gimana?" Kinan memasang wajah sedih. Meskipun jarang memperhatikan penampilan, tapi siapa yang rela wajahnya ada banyak bekas jerawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.