"Lo dimana?" suara Rikas terdengar ketika Kinan menempelkan ponselnya ditelinga. Kinan meringis mendengar suara dingin Rikas. Kelasnya tadi keluar duluan dibanding kelas Rikas, jadi Kinan langsung melarikan diri dari pria itu. Kini Kinan sudah berada dihalte menunggu taksi online pesanannya datang.
"Udah pulang."
"Udah naik taksi?"
"He'em."
"Coba gue mau ngomong sama supirnya."
"Ih, ngapain sih?! Ntar kalo udah sampe rumah gue kabarin."
"Kinan, kasih hp lo ke supirnya."
Kinan mengusap pelipisnya. Gimana mau ngasih ponselnya ke supir kalau mobilnya saja belum datang. Terakhir Kinan lihat posisi si taksi online masih jauh dari sekolahnya.
"Nan, gue gak suka dibohongin ya."
"Gue masih dihalte. Taksinya belum dateng."
"Gue kesana."
Kinan mendengus memandangi layar yang mati karena sambungan telpon sudah diputus begitu saja oleh Rikas. Kinan kembali membuka aplikasi ojek online untuk mengecek posisi si taksi yang akan menjemputnya. "Lama deh. Keburu Rikas dateng." Gumam Kinan. Dia takut Rikas akan berubah pikiran dengan tidak memperbolehkannya naik taksi.
Ratu : Woi
Ratu : lu tadi dicariin Rikas
Ratu : kabur kemana lu
Kinan mengetikkan balasan untuk chat Ratu yang baru saja masuk. Dia tadi izin pulang duluan pada Ratu, meninggalkan gadis itu yang masih sibuk mengemasi buku-bukunya ke dalam tas.
Kinan : halte hehe
Ratu : lah lu gak balik sama Rikas?
Kinan : nggak. Naik taksi
Ratu : lah si bege. Knp? Kalian berantem ya?
Kinan : dia mau kerja kelompok
Ratu : kirain lu ditikung sama si anak baru HAHA
Ratu : kenapa ga nebeng gue aja sih
"Aduh." Kinan meringis merasakan ketukan pelan di kepalanya. Dia mendongak dan mendapati tatapan tajam Rikas sudah terarah padanya. "Gue bilang tunggu dikelas. Punya telinga kan?"
Kinan cemberut. "Gue bisa pesen ojol sendiri. Nih, udah pesen kok." Membuka aplikasi ojek online kemudian menunjukkannya ke Rikas agar pria itu percaya kalau dia sudah memesan taksi. "Alamat rumah gue kan? Bukan ke mall." Ucapnya lagi.
"SS terus kirim gue."
Kinan kali ini menurut, dia screenshot layar yang menunjukkan pesanan taksinya, disana juga tertera nomor plat mobil yang akan menjemputnya. "Udah gue kirim." Ucap Kinan.
Kinan menoleh heran melihat Rikas justru duduk disampingnya. "Kok duduk sih? Sana pergi. Kan gue udah ngirim ss pesenan taksinya."
"Taksinya udah sampe mana?"
"Bentar lagi paling nyampe. Udah sana ih. Gak enak tau dilihatin." Kinan mendorong-dorong bahu Rikas agar segera beranjak dari halte. Suasana disekitar sekolah masih rame karena bel pulang baru berbunyi beberapa menit yang lalu, halte juga ramai dengan anak-anak yang menunggu bus atau menunggu pesanan ojek online seperti Kinan. Kinan tidak nyaman ditatap dengan penasaran oleh beberapa anak. Mereka pasti bukan memperhatikannya, tapi memperhatikan si ketua osis yang sialnya duduk disebelahnya. "Pergi sana, Kas." Rengek Kinan.
"Gue nunggu lo masuk taksi."
"Bentar lagi nyampe."
"Yaudah. Gue tungguin."
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.