Kinan meremas perutnya yang sakit karena maag-nya kambuh. Pagi tadi Kinan tidak sempat sarapan, dan saat istirahat pertama ia harus ke ruang guru karena di panggil wali kelasnya.
"Lo bawa obat maag?" tanya Ratu panik. Gadis ini membongkar kotak obat yang ada di UKS, namun tidak menemukan obat maag satu pun. Kebanyakan obat demam dan sakit kepala.
Kinan menggeleng lemah.
"Nan, jangan nangis dong." Ratu menggaruk pelipisnya bingung. Ia tak tega melihat wajah Kinan yang kesakitan.
"Sakit banget." Lirih Kinan.
"Gue beliin obat maag dulu. Mata lo tetep melek ya, jangan pingsan!" Ratu langsung berlari keluar UKS. Sambil berlari, ia merogoh sakunya untuk mencari kunci mobil. "Sialan, mana lagi kunci mobil gue!"
Brukkk
"Aduhhh!" Ringis Ratu karena tak sengaja menabrak orang. Ia mendongak dan menemukan wajah tampan Rikas ada didepannya. "Sorry, Kas, gue buru-buru. Gak fokus lihat jalan." Ucapnya.
Rikas mengangguk. "Iya, gak papa."
Ratu berdecak karena belum menemukan kunci mobilnya.
"Lo nyari apa?"
"Kunci mobil."
"Ck! Pasti di tas. Keburu si Kinan pingsan kalo begini." Gumamnya.
"Gue ke kelas dulu ya. Sorry buat yang tadi. Gue gak sengaja."
Sebelum Ratu melanjutkan langkahnya, tangannya sudah dicekal kuat oleh Rikas. "Kinan kenapa?"
"Maagnya kambuh."
"Dia dimana?"
"UKS."
"Di UKS gak ada obat?"
Ratu menggeleng. "Udah gue bongkar kotak obatnya, tapi nggak ada. Parah banget sampe kehabisan obat."
"Bego." Maki Rikas. Ia mengepalkan tangannya, tidak habis pikir dengan pengelola UKS yang tidak teliti dalam mengecek kesediaan obat. "Lo balik ke UKS, Rat, temenin Kinan. Gue yang beli obatnya. Ikat pinggangnya suruh lepas." Setelah mengucapkan itu, Rikas berlari menuju keluar gedung sekolah.
Ratu mengerjapkan matanya, heran sekaligus kagum. "Mereka lagi marahan kan?" tanyanya pada diri sendiri. "Tapi si Rikas kok makin ganteng ya. Mana wangi banget lagi," Ratu mencium tangannya yang tadi dipegang Rikas, aroma pria itu masih menempel disana.
*****
"Rat, hiks..." Kinan terisak, ia sudah tidak kuat menahan sakit di perutnya. "Sakit banget... hiks..." Kinan sudah meringkuk diatas brankar, memegangi perutnya dengan dua tangan.
"Bentar ya, Nan," Ratu mengusap-usap punggung Kinan. Ratu jadi semakin panik melihat wajah Kinan yang pucat dan Kinan yang menangis. Ratu mengambil ponselnya, mencari nomor Rikas di kontak. Baru saja ingin menekan tombol telfon, seseorang membuka pintu UKS dengan kasar.
"Ck! Kenapa baring. Makin sakit jadinya. Duduk!" perintah Rikas tegas.
Dengan dibantu Ratu, Kinan mengubah posisinya menjadi duduk. Sementara Rikas mengambil dua buah sendok, kemudian menggerus obat maag menggunakan sendok. Setelah halus, ia meneteskan sedikit air ke obat yang sudah digerus lalu menyuruh Kinan untuk meminumnya. "Buka mulut."
Kinan membuka mulutnya, tidak berani membantah karena Rikas terus menatapnya tajam.
"Telen. Jangan dimuntahin." Ucap Rikas, mengambil segelas air lalu menyuruh Kinan meneguknya. Kinan memang paling susah kalau disuruh minum obat. Gadis itu tidak bisa minum obat dalam bentuk pil. Kalo minum obat pasti banyak dramanya, contohnya yaitu obatnya dimuntahin. Katanya gak bisa ditelen, padahal Rikas sudah menggerusnya sampai halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.