Teriakan kencang Kinan mengalihkan perhatian kelompoknya yang tengah mencari jalan menuju ke pos 4. Satria yang menoleh lebih dulu melotot melihat Kinan terperosot ke jurang, dengan gerakan cepat Satria diikuti teman kelompoknya yang lain berlari menuju tempat Dela berdiri.
"Nan! Pegang pohon yang kuatt!" Teriak Satria.
"Nan, tahan! Jangan lepasin pegangannya!" Aby ikut berteriak. Pria hitam manis ini dengan gerakan cepat melepaskan jaket kulitnya. "Sat, nanti tarik gue," ucap Aby lalu merosot turun ke jurang. Aby menahan tubuhnya dengan memegang pohon, sama seperti Kinan. Posisinya berada di atas Kinan agar memudahkan menarik tubuh Kinan naik.
"Pegang tangan gue, Nan," Aby mengulurkan tangan kanannya, sementara tangan kiri memegang batang pohon dengan kuat.
Kinan menggeleng, dia takut jika tangannya melepas batang pohon, dia akan terperosot jatuh.
"Nan, percaya sama gue!"
Wajah Kinan sudah memerah menahan rasa takut dan juga ingin menangis. Jantungnya berdetak lebih cepat, siapa yang tidak takut ketika berada diantara hidup dan mati. Kedua tangannya saja sudah bergetar.
Tak ingin membuang waktu, Aby merosot ke bawah dengan perlahan, menyambar tangan kiri Kinan kemudian menggenggamnya erat. Aby menarik tangan Kinan sekuat tenaga. "Sial licin!" Umpat Aby yang kesusahan menarik Kinan naik karena medan yang licin.
"Ayo, By, tarik!" Teriak Wira.
"Ayo, Kak Aby!" Teriak anggota lainnya. Semua menunggu di pinggir dengan khawatir dan didalam hati tentu saja merapalkan doa. Tidak lucu camping yang menjadi agenda tahunan Alvano memakan korban.
"Gue gak kuat, By," Air mata Kinan luruh. Dua tangannya sudah tidak kuat lagi. Tangan kiri yang ditarik Aby dengan kuat dan tangan kanan terus berpegangan pada pohon. Dua bibirnya bergetar, dalam hati merapalkan doa.
"Nan! Tahann!" Teriak Aby panik.
"Rikas, gue takut," Ucap Kinan dalam hati.
"Satria!" Semuanya memekik melihat Satria merosot turun begitu saja.
Pria itu meraih pohon yang sama dengan pohon yang menjadi pegangan Kinan. "Nan, tahan ya," Bisik Satria. Tangannya melingkar di tubuh Kinan untuk menopang gadis itu agar tidak terjatuh. Wajah Kinan sudah pucat pasi, Satria yakin jika dia tidak turun Kinan dipastikan akan jatuh ke jurang.
Wira akhirnya ikut merosot ke bawah untuk membantu Aby menarik Kinan dan juga Satria. Sementara yang cewek mengarahkan semua senter ke bawah. Tidak ada yang menyangka kelompok mereka akan mengalami kejadian ini, padahal panitia sudah mewanti-wanti agar berhati-hati dan di pinggiran jurang sudah di pasangi tali rafia merah sebagai penanda area berbahaya.
"Kak Kinan!" Hanin berjalan mendekati Kinan yang sudah berhasil di selamatkan dan kini berada di rangkulan Aby. Wajahnya pucat pasi dengan nafas yang tidak teratur. Hanin mengambil air mineral di tas ranselnya, membuka tutupnya kemudian memberikannya pada Kinan. "Minum dulu, Kak,"
Kinan meminum air mineral tersebut dengan bantuan Aby. Tangannya masih lemah untuk digerakkan.
"Kita langsung balik ke tenda," Ucap Satria.
Wira mengangguk, menyetujui ucapan Satria. Rasanya tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan. "Gue tau jalan cepet ke tenda," ucapnya. Wira adalah anak pramuka yang sudah biasa mengikuti kemah di tempat ini, jadi dia sedikit banyak mengetahui jalur yang ada di hutan ini.
Aby menggendong tubuh Kinan ala bridal style. Kondisi Kinan tidak memungkinkan untuk berjalan sendiri.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.