PART 23

1.2K 68 6
                                    

            Sudah seminggu Kinan pulang sekolah selalu bersama Ratu. Rikas masih sibuk dengan tugas sejarahnya, tapi pria itu masih menjemputnya saat berangkat sekolah. Selama seminggu ini Kinan juga rutin belajar nyetir mobil bersama Ratu saat sore hari. Tentunya tanpa sepengetahuan Rikas.

"Habis ini makan ya, gue laper." Ucap Ratu

Kinan mengangguk, ia fokus menatap jalanan didepannya. Kinan sudah bisa menjalankan mobil, tapi hanya berani di jalanan sepi dan lurus. Ia masih takut-takut saat ada tikungan atau belokan.

"Besok potong rambut kuy, Nan. Rambut lo udah panjang tuh, gak gerah apa? Gue aja segini udah gerah." Ratu melihat pantulan dirinya di kaca, menyisir rambutnya yang lurus dengan jari-jari tangan.

            "Ayo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo. Tapi gue bilang Rikas dulu. Nanti dia marah-marah."

Ratu menoleh, matanya mengerjap. "Potong rambut juga harus izin Rikas?"

"Gak juga sih. Tapi kemarin dia ngomel-ngomel pas tau gue jerawatan gara-gara pake skincare aneh-aneh. Gue gak mau denger dia ngomel-ngomel lagi. Kayak emak-emak." Bibir Kinan mencebik membayangkan wajah Rikas yang menyebalkan kalau lagi marah.

"Ayo, Nan, kita pertukaran jiwa. Gue pengen ngerasain gimana rasanya di perhatiin Rikas."

Kinan mendengus. "Ya gak bisalah. Emangnya sinetron apa?!"

Ratu mengangkat bahunya. "Siapa tau bisa. Coba lo tabrakin mobil ke trotoar, siapa tau habis itu jiwa kita tertukar." Ucap Ratu ngaco.

Kinan menjitak kepala Ratu. "Ngaco! Gue gak mau masuk rumah sakit. Lagian gak ada yang menarik di hidup gue."

"Rikas menarik." Celetuk Ratu.

Kinan menarik satu sudut bibirnya. Untuk semua cewek yang mengagumi seorang Rikas dirgantara mungkin akan bicara hal seperti itu. Kinan sudah tidak heran. Tapi, bagi dirinya yang sudah terbiasa bersama dengan Rikas dari kecil, tidak ada yang spesial dari pria itu. Malah menurutnya Rikas itu nyebelin, cerewet, suka ngatur, dan masih banyak lagi minusnya.

"Lo tau kan, Nan, gimana susahnya deketin Rikas." Ratu memiringkan posisinya menghadap Kinan. "Yang gue tau, dari semua cewek-cewek cantik yang deketin dia, gak ada yang berhasil dijadiin pacar. Lo tau Nara? Pas kelas 10 dia ngejar-ngejar Rikas. Nara cantik, pintar, baik, tapi ditolak."

"Karena standar untuk jadi pacar Rikas gak Cuma cantik, Rat," ucap Kinan, ia memelankan laju mobilnya, membiarkan mobil yang ada dibelakang menyalip.

"Kayak lo?" Ratu menaikkan alisnya.

"Apaan sih!"

"Gue heran sama kalian. Saling ngasih perhatian, tapi gak jadian. Embel-embelnya sahabatan. Tapi udah kayak orang pacaran."

KINANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang