Kinan memasukkan buku catatan sejarah ke dalam laci meja, kelas sudah sepi karena bel istirahat sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kinan belum beranjak dari kelas karena masih harus menyelesaikan catatan sejarah yang ada di papan tulis, ini nasibnya jadi sekretaris. Dia harus kerja dua kali yaitu menulis di papan tulis untuk teman-temannya dan menulis untuk dirinya sendiri di buku catatan.
"Udah selesai?" Ratu yang menemani Kinan menyelesaikan catatannya buka suara, pandangan gadis ini masih tertuju pada ponsel. "Ini impostornya pasti si Bangsat," Ucap Ratu.
Kinan melirik pada ponsel Ratu. "Game mulu. Ayo ke kantin,"
"Bentar-bentar,"
Kinan menopang dagunya dengan tangan kanan, memperhatikan Ratu bermain game. Karena Ratu sudah berbaik hati menunggunya, dia jadi tidak berani protes pada gadis cantik itu. "Lo jadi apa, Rat?" Tanyanya penasaran.
"Kinann!"
Kinan mendongak, menoleh pada sumber suara.
"Di cari Rikas, Nan," Teriak Satria dari depan kelas.
Kinan mengernyit. "Ngapain sih?" Dengusnya. Kinan sedang mode malas bertemu Rikas. Pagi tadi dia berangkat duluan tanpa menunggu Rikas karena masih marah pada pria itu.
"Yah, Kinan di jemput doi." Ucap Ratu.
"Ayo ke kantin," Kinan meraih tangan Ratu, menarik teman sebangkunya itu untuk beranjak dari kelas. Sampai di depan kelas benar saja ada Rikas yang tengah mengobrol dengan beberapa anak cowok IPA 4.
"Mau kemana?" Rikas menahan lengan Kinan ketika gadis itu melewatinya.
"Kantin," Jawab Kinan dengan ketus.
Rikas menyodorkan susu kotak rasa cokelat pada Kinan. "Jangan galak-galak, mirip kayak anjing tetangga gue," Bisiknya.
Kinan mencubit lengan Rikas dengan kuat. "Gue benci sama lo," setelah mengatakan itu, Kinan melangkah meninggalkan Rikas dengan tetap menarik tangan Ratu.
"Benci tapi susunya di ambil," Sindir Ratu, melirik susu cokelat di tangan kiri Kinan.
Kinan memilih tidak membalas ucapan Ratu. Lebih baik pura-pura tidak dengar.
*****
"Ih, ada jurit malem," Kinan mendengus kesal. Menulis rentetan acara yang disebutkan Cecep dengan malas.
Saat ini kelas 10 dan kelas 12 di kumpulkan di aula untuk pembekalan acara camping yang akan dilaksanakan 2 hari lagi.
"Seru tau, Nan. Bisa modus," Ucap Ratu dengan suara pelan. Tidak seperti Kinan yang sejak tadi mencatat rangkaian acara camping, Ratu asik bermain game di ponselnya. "Semoga gue satu kelompok sama Bani,"
"Lo suka sama Bani? Dia kan playboy,"
"Yang penting ganteng,"
Kinan melengos. "Cowok ganteng banyak tau. Kenapa harus suka sama yang playboy,"
"Rikas lebih ganteng sih dari Bani. Ketos, terus kapten basket, wibawanya behhh... gak nahan. Tapi udah punya pawang,"
Kinan menoleh. "Siapa? Rikas belum punya pacar kok. Dia masih jomblo." Kening Kinan berkerut mengingat-ingat siapa yang tengah dekat dengan sahabatnya. "Sivia ya?"
Ratu meletakkan ponselnya pada pangkuan, dia menoyor kepala Kinan pelan. "Elo lah dodol!"
"Gue emangnya kenapa?"
"Tau ah. Capek gue ngomong sama lo."
Kinan cemberut. "Ih, gue beneran gak paham,"
Ratu meletakkan telunjuknya di bibir. "Diem. Pembagian kelompok tuh. Ntar gue foto catetan lo ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
KINAN
Teen FictionTentang mereka yang sudah saling membutuhkan. Tentang mereka yang berada dalam lingkaran persahabatan. Tentang Kinan si gadis pemalu. Tentang Rikas si ketua osis. Mungkin klise. Tetapi setiap cerita memiliki alur berbeda.